BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR DALAM
D. Perlindungan Hukum Berdasarkan Perjanjian antar Pihak
Transaksi Margin Trading dan Short selling dituangkan dalam bentuk perjanjian yang merupakan prinsip pelaksanaan prinsip kebebasan berkontrak antara perusahaan sekuritas dengan nasabah/investor yang salah satu isinya adalah hak dan kewajiban para pihak sebagai bentuk dari perlindungan hukum.
Prinsip ini merupakan topik dalam setiap kajian hukum yang berkaitan dengan kontrak. Ini mungkin menjadi domain terpenting dalam kontrak tetapi dalam perkembangannya mengalami pasang surut, tidak seperti prinsip itikad baik yang menunjukan fungsi yang lebih menguat, kebebasan berkontrak justru mengalami penurunan secara fungsional karena kuatnya intervensi Negara dalam membatasi individu dalam menciptakan dan mengatur hubungan kontraktual.136
Hukum perdata yang berlaku di Indonesia mengakui adanya kebebasan berkontrak, hal ini dapat disimpulkan dari ketentuan pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, yang menyatakan bahwa semua kontrak(perjanjian) yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Sumber kebebasan berkontrak adalah kebebasan individu, sehingga yang merupakan titik tolaknya adalah kepentingan individu pula. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kebebasan individu memberikan kepadanya kebebasan untuk berkontrak. Sifat buku III KUHPerdata yang bersifat terbuka mempunyai arti bahwa KUHPerdata memungkinkan adanya perjanjian yang belum diatur dalam KUHPerdata, jadi para pihak dapat membuat perjanjian yang belum diatur secara konkrit, namun tetap sesuai dengan asas dan syarat dari perjanjian yang sah dalam KUHPerdata, dengan kata lain dibolehkan mengesampingkan peraturan-peraturan yang termuat dalam buku ketiga.137
Buku ketiga hanya bersifat pelengkap (aanvullend recht), bukan hukum keras atau hukum yang memaksa. Kontrak yang terjadi dalam transaksi Margin Trading
dan Short Selling merupakan suatu bentuk kesepakatan antara kedua belah pihak terhadap suatu perjanjian yang telah ada, dimana kesepakatan terhadap kontrak tersebut menimbulkan keterikatan antara para pihaknya yang dalam hal ini antara perusahaan sekuritas dengan nasabah/investor, sehingga dengan hal tersebut, maka asas kebebasan berkontrak sangat tampak dalam transaksiMargin Trading danShort Selling.138
Asas kebebasan berkontrak (contractvrijheid) berhubungan dengan isi perjanjian yaitu kebebasan menentukan “apa” dan “dengan siapa” perjanjian itu diadakan. Perjanjian yang diperbuat sesuai dengan pasal 1320 KUHPerdata ini
137T. Darwini,Op.cit hal 45 138Endi Budiman.,Op.cit. hal. 101
mempunyai hukum mengikat, sehingga dengan adanya asas kebebasan berkontrak serta sifat terbuka dari buku III KUHPerdata, maka para pihak dalam transaksi
Margin Trading dan Short Selling bebas untuk menentukan isi dari kontrak yang disepakati yang pada akhirnya akan mengikat kedua belah pihak.139
Kebebasan berkontraklah yang merupakan landasan bagi perusahaan sekuritas dalam melakukan tindakan kontraktualisasi. Ini tercermin misalnya dalam hak pembatalan, pembaharuan kontrak atau penentuan sanski secara sepihak oleh perusahaan sekuritas sebagaimana diatur dalam ketentuan pasal 12 ayat (3) Perjanjian Pembiayaan Penyelesaian Transaksi efek yaitu Perusahaan Efek berhak untuk mengakhiri Perjanjian Pembiayaan Penyelesaian Transaksi Efek secara sepihak.140
Untuk melindungi kemungkinan timbulnya kerugian pada individu khususnya perusahaan sekuritas pada akhirnya diperlukan undang-undang sebagai landasan bagi pengadilan dalam memutuskan. Dalam konteks inilah diperlukan batas-batas yang layak yang dapat dijadikan sebagai acuan. Perlindungan hukum terhadap perusahaan sekuritas dalam transaksi Margin Trading dan Short Selling berkaitan dengan pemberian jaminan oleh investor.
Pada dasarnya perlindungan hukum yang timbul dari Perjanjian Pembiayaan Penyelesaian Transaksi Efek secara materiil sudah terlindungi. Dikatakan telah
139Ibid. hal 115 140Ibidhal 115
terlindungi karena telah memenuhi syarat sah nya suatu perjanjian menurut pasal 1320 KUHPerdata yakni:
1. Adanya kesepakatan kedua belah pihak
maksud dari kata sepakat adalah kedua belah pihak yang membuat perjanjian setuju mengenai hal-hal yang pokok dalam kontrak tersebut
2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hokum
Asas cakap melakukan perbuatan hokum adalah setiap orang yang sudah dewasa dan sehat pikirannya. Ketentuan sudah dewasa ada beberapa pendapat, menurut KUHPerdata dewasa adalah 21 tahun bagi laki-laki dan 19 tahun bagi perempuan.
3. Adanya objek
Sesuatu yang diperjanjikan dalam suatu perjanjian haruslah suatu hal atau barang yang cukup jelas.
4. Adanya kausa yang halal
suatu perjanjian yang tidak memakai suatu sebab yang halal, atau dibuat dengan suatu sebab yang palsu atau terlarang tidak mempunyai kekuatan hukum karena telah memenuhi seluruh syarat diatas maka dapat dikatakan perjanjian tersebut telah memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Namun secara formalitas belum. Hal ini karena kedudukan hukum Perjanjian Pembiayaan Penyelesaian Transaksi Efek yang hanya berbentuk formulir, termasuk perjanjian dibawah tangan yang tidak memenuhi syarat formalitas. Suatu perjanjian yang telah memenuhi syarat formal akan memiliki kekuatan
pembuktian yang lebih kuat. suatu perjanjian dikatakan telah memenuhi syarat formil apabila kata sepakat antara kedua belah pihak dituangkan dalam bentuk akta tertentu dan disahkan oleh pejabat yang berwewenang dalam hal ini notaris.141
Berkaitan dengan hal tersebut, perlu adanya pengasan hubungan antara Perusahaan Sekuritas dengan Nasabah/Investor dalam arti hubungan tersebut tidak hanya tertuang dalam satu formulir saja tetapi harus dituangkan dalam akta otentik yang dibuat oleh pejabat yang berwenang, yaitu Notaris, termasuk pemberian jaminan oleh Nasabah/Investor, sehingga memiliki kekuatan hukum yang mengikat sebagai alat bukti yang kuat bagi para pihak maupun kepada pihak ketiga mengenai adanya hubungan hukum antara perusahaan Sekuritas dengan Nasabah/Investor dalam melaksanakanmargin tradingdanshort selling.142
Walaupun menurut ketentuan pasal 1338 KUHPerdata semua perikatan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi pihak-pihak yang membuatnya. Namun demikian, meskipun tidak dipenuhinya syarat formalitas yakni dibuat dihadapan pejabat berwenang, namun tidak berarti perjanjian Pembiayaan Penyelesaian Transaksi Efek (termasuk pemberian jaminan) batal, tetapi sebagai perjanjian biasa yang tidak memberikan kedudukan hak preferen dan kekuatan eksekutorial bagi kreditor (perusahaan efek).143
141Ibidhal 116 142Ibidhal 116
143
Berikut ini kasus short selling yang pernah terjadi di Indonesia adalah kasus saham PT Bank PIKKO Tbk.PT Bank Pikko Tbk (Bank Pikko) melakukan Penawaran Umum Perdana atas sejumlah 28 juta saham pada tanggal 17 sampai 19 Desember 1996 dengan harga perdana sebesar Rp. 800,00 per saham. Setelah Penawaran Umum tersebut dilakukan, seluruh saham Bank Pikko sejumlah 128 juta saham dicatatkan di PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan PT Bursa Efek Surabaya (BES) pada tanggal 8 Januari 1997.
Walaupun seluruh saham Bank Pikko dicatatkan di Bursa namun sejumlah 100 juta saham Bank Pikko tersebut yaitu dimiliki oleh pemegang saham pendiri tidak dapat diperdagangkan dalam kurun waktu 8 bulan dari sejak tanggal 10 Desember 1996 s/d 10 Agustus 1997. Atas dasar itu, saham Bank Pikko yang dapat diperdagangkan di BEJ adalah sejumlah 28 Juta saham. Sejumlah 11 juta saham Bank Pikko yang dapat diperdagangkan tersebut dimiliki oleh pemodal institusi dan sebagian karyawan. Dengan asumsi pemodal institusi dan karyawan tidak menjual saham-saham yang dimilikinya maka berarti saham yang diperdagangkan di BEJ adalah sekitar 17 juta saham.
Dalam kurun waktu Januari s/d Februari 1997 volume perdagangan harian saham tersebut rata-rata adalah 100.000 saham dan harganya bervariasi antara Rp. 875,00 s/d Rp. 1.425,00. Pada pertengahan Maret 1997 Sdr Benny Tjokrosaputro melakukan transaksi saham sehingga jumlah pemilikan oleh yang bersangkutan mencapai 4.500.000 saham. Transaksi tersebut dilakukan melalui PT. Multi Prakarsa Investama Securities dengan menggunakan nama 13 pihak lain.
Pada tanggal 7 April 1997 perdagangan saham Bank Pikko menjadi sangat aktif dan harga saham tersebut meninggkat sebesar 20%. Atas dasar itu BEJ meminta konfirmasi kepada Bank Pikko mengenai ada atau tidaknya hal material mengenai Bank Pikko yang perlu diungkapkan kepada publik. Bank Pikko memberikan informasi kepada BEJ pada tanggal 8 April 1997 sebelum sesi pertama perdagangan bahwa tidak terdapat adanya hal-hal material yang perlu diungkapkan kepada publik. Informasi tersebut kemudian diumumkan di BEJ pukul 10.30 WIB pada hari yang sama.
Walaupun telah diinformasikan mengenai hal tersebut, namun harga saham Bank Pikko mengalami peningkatan yang tajam pada sesi pertama dan kemudian berlangsung pada sesi kedua sampai dihentikannya perdagangan saham Bank Pikko oleh BEJ pada pukul 14.24 WIB.
Sdr Pendi Tjandra yang menjabat sebagai direktur PT. Multi Prakarsa Investama Securities yang dikendalikan oleh Sdr. Benny Tjokrosaputro bersama- sama dengan afiliasinya, melakukan transaksi saham Bank Pikko secara aktif melalui PT Putra Saridaya Persada Securities (PSP Securities). Atas permintaan Sdr Pendi Tjandra, PT PSP Securities memecah order beli dan jual saham Bank Pikko melalui perusahaan efek lain.
Pemecahan order beli dan jual tersebut dilakukan oleh Sdr Pendi Tjandra dengan maksud agar kegiatan perdagangan menjadi aktif. Pada tanggal 8 April 1997 jumlah keseluruhan pembelian setelah dikurangi penjualan saham Bank Pikko yang dilakukan oleh PT. PSP Securities, PT. Multi Prakarsa Investama Securities dan PT
DanaSakti Securities untuk kepentingan nasabah masing-masing termasuk untuk kepentingan Sdr Benny Tjokrosaputro dan Sdr Pendi Tjandra mencapai jumlah perkiraan saham yang tersedia untuk diperdagangkan, Nampak bahwa ada masalah penyelesaian atas transaksi Bank Pikko yang dilakukan pada tanggal 8 April 1997
Karena Bank Pikko memberikan informasi bahwa tidak ada hal-hal material, spekulan memperkirakan harga saham Bank Pikko turun. Oleh karena itu para pelaku spekulasi tersebut memperkirakan harga saham Bank Pikko turun. Oleh karena itu, para spekulan melakukan transaksi jual saham Bank Pikko meskipun mereka tidak memiliki saham tersebut (posisi short) dengan harapan harga saham tersebut akan turun. Walaupun peraturan V.D.3 melarang perusahaan Efek menerima pesanan jual dari nasabah yang tidak mempunyai saham namun kenyataannya hal tersebut terjadi secara luas di pasar. Hal ini terbukti dari terdapatnya 52 dari 127 Perusahaan Efek yang gagal menyerahkan saham Bank Pikko pada tanggal 8 April 1997 BEJ memutuskan untuk menghentikan sementara perdagangan saham Bank Pikko pada pukul 14.24 WIB.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas Bapepam telah mengambil tindakan sebagai berikut:
1. Berdasarkan pasal 100 ayat (2) huruf d Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, kepada saudara Benny Tjokrosaputro dan Sdr Pendi Tjandra, diwajibkan untuk menyerahkan keuntungan yang diperole atas transaksi saham Bank Pikko selama kurun waktu bulan maret sampai dengan april 1997 masing-masing sebesar Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah) dan
Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) ke kas Negara selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari. Disamping itu kepada Sdr Pendi Tjandra diminta untuk mengundurkan diri sebagai Direktur PT Multi Prakarsa Investama Securities. Penetapan tersebut didasarkan atas bukti yang menujukan bahwa yang bersangkutan telah melakukan dan atau terlibat secara aktif baik langsung maupun tidak langsung dalam transaksi jual beli saham Bank Pikko dalam jumlah yang cukup besar yang pelaksanaannya dilakukan dengna memecah order melalui 9 perusahaan Efek untuk Sdr Pendi Tjandra dan untuk mempergunakan nama sedikitnya 13 (tiga belas) pihak lain untuk kepentingan Sdr. Benny Tjokrosaputro. Transaksi tersebut dapat menciptakan gambaran seolah-olah kegiatan saham Bank Pikko tersebut adalah akrif. Hal ini dapat mempengaruhi pihak lain baik langsung maupun tidak langsung melakukan secara akrif atas saham Bank Pikko.
2. Berdasarkan Pasal 102 ayat (2) huruf a dan b Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal juncto pasal 61 dan 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Di Bidang Pasar Modal, kepada PT PSP Securities dan PT Multi Prakarsa Investama Securities diberikan sanksi administrative
Sanksi administrative ini diberikan atas dasar bukti yang menunjukan bahwa kedua Perusahaan Efek tersebut telah melakukan atau terlibat secara aktif, baik langsung maupun tidak langsung dalam transaksi jual beli saham Bank Pikko dalam jumlah yang cukup besar untuk kepentingan nasabah yang dapat
menciptakan gambaran semu atas kegiatan perdagangan. Transaksi tersebut dilakukan PT PSP Securities dengan cara memecah order beli dan jual melalui 8 (delapan) Perusahaan Efek lain atas perintah nasabahnya disamping itu PT PSP Securites sendiri juga melaksanakan sebagai order jual maupun beli atas saham Bank Pikko untuk kepentingan nasabah bersangkutan.
Sementara itu, transaksi atas saham Bank Pikko oleh PT Multi Prakarsa Investama Securities dilakukan dengan cara menggunakan nama sedikitnya 13 (tiga belas) pihak lain atas perintah nasabah yang juga merupakan pengendali PT. Multi Prakarsa Investama Securities.
Kedua Perusahaan Efek dimaksud seharusnya tidak memenuhi permintaan nasabah tersebut, mengingat hal ini dapat menciptakan gambaran seolah-olah telah terjadi kegiatan perdagangan saham yang aktif, disamping dapat mengakibatkan terjadinya jual beli yang tidak mengakibatkan perubahan kepemilikan atas saham.
Atas dasar itu, kedua perusahaan efek tersebut dikenakan sanksi berupa denda masing-masing sebesar Rp. 150.000.000 (seratus lima puluh juta rupiah) yang harus segera disetorkan ke kas Negara selambat-lambatnya 14 hari. Disamping itu, kedua perusahaan efek diperingatkan agar segera melakukan perbaikan atau system pengendalian intern dan penyelenggaraan pembukuannya sesuai dengan peraturan V.D.3 dimaksud perbaikan sistempengendalian intern dan penyelenggaraan pembukuan perusahaan efek
tersebut wajib diperiksa oleh akuntan yang terdaftar di Bapepam dan hasilnya wajib disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya 90 hari.
3. Berdasarkan pasal 102 ayat (2) huruf a dan b undang-undang nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal juncto pasal 61 Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Di bidang Pasar Modal, kepada 54 (lima puluh empat) Perusahaan Efek (terlampir) yang melakukan pelanggaran atas ketentuan peraturan V.D.3 tentang Pengendalian Intern dan Penyeleggaraan Pembukuan Perusahaan Efek dan atau Peraturan V.E.1 tentang Perilaku Perusahaan efek yang Melakukan Kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek kepada Perusahaan Efek yang melakukan pelanggaran atas ketentuan Peraturan V.D.3 diberikan peringatan dan diwajibkan untuk memperbaikisystempengendalianinterndan penyelenggaraan pembukaan dan diperiksa oleh akuntan yang terdaftar di Bapepam. Selanjutnya hasil tersebut wajib disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya 90 (Sembilan puluh) hari.
4. Berdasarkan ketentuan Pasal 102 ayat (2) huruf a dan b Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal juncto pasal 61 dan pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal, kepada Direksi BEJ dikenakan sanksi administrasi berupa peringatan dalam kaitannya dengan pengawasan pasar dan Anggota Bursa.
Pada kasus Bank Pikko ini Benny Tjokrosaputro bersama dengan afliasinya melakukan transaksishort sellingpada saham Bank Pikko melalui beberapa sekuritas secara besar-besaran sehingga saham Bank Pikko menjadi sangat aktif dan harga saham tersebut meningkat sebesar 20%. Karena pada saat itu Bank Pikko tidak mengeluarkan informasi tentang hal-hal material. Maka spekulan memperkirakan harga saham Bank Pikko akan turun. Oleh karena itu para spekulan melakukan transaksi jual saham Bank Pikko meskipun mereka tidak memiliki saham tersebut dengan harapan harga saham tersebut akan turun. Tercatat 52 dari 127 perusahaan efek gagal menyerahkan saham Bank Pikko. Hal tersebut berefek buruk terhadap harga IHSG pada saat itu dan tentu nya sangat merugikan investor lain.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan kajian dan analisa atas hasil penelitian yang dilakukan dan sebagaimana telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Pada pelaksanaan Margin trading dan short selling investor diharuskan untuk membuka rekening dan menandatangani Perjanjian Penggunaan Fasilitas Pembiayaan Penyelesaian Transaksi Efek. Investor diwajibkan membuka rekening pada bank yang telah ditentukan oleh sekuritas. Karena dalam transaksi
margin trading dan short selling menggunakan sistem pemindah bukuan jadi nasabah tidak perlu lagi menggunakan uang secara fisik untuk membeli maupun menjual efek. Pemindahan uang dari penjual ke pembeli dilakukan oleh KPEI melalui rekening bank secara otomatis. Pembukaan rekening merupakan syarat awal untuk melakukan margin trading. Investor harus membuat perjanjian tersebut karena dalam melakukan transaksi margin trading nasabah meminjam uang dari sekuritas untuk membeli saham di pasar modal. Pada perjanjian pembiayaan penyelesaian transaksi efek diatur mengenai ketentuan-ketentuan dalam melakukan transaksi margin trading seperti fasilitas/nilai pembiayaan, jangka waktu, jaminan, status saham, persyaratan serta kewajiban nasabah, dan resiko. Sehingga investor mengerti resiko yang dapat ditimbulkan bila
menggunakan fasilitas pembiayaan ini. Untuk transaksi short selling investor harus membuat perjanjian pinjam meminjam efek dengan KPEI. Karena dalam transaksi short selling investor yang hendak menjual saham yang tidak dimilikinya sehingga sebelum melakukan transaksi short selling nasabah wajib meminjam saham dari KPEI terlebih dahulu sebagai jaminan investor akan mengembalikan nya tepat waktu.
2. Penggunaan fasilitas margin trading sangat mudah investor hanya perlu membuka rekening margin dan membuat perjanjian penyerahan jaminan pembiayaan dengan perusahaan sekuritas. Investor dapat menggunakan uang sebanyak 2 x dari modal awalnya tergantung peraturan sekuritas yang memberikan pinjaman. Namun terdapat ketentuan yakni investor wajib menjaga rasio margin nya tidak lebih dari 65%. Jika melebihi 65% maka dalam 3 hari nasabah wajib menambah modal atau perusahaan efek akan melakukan force selling (jual paksa) terhadap saham-saham tersebut. Apabila margin trading
investor meminjam dana untuk melakukan transaksi, padashort selling investor meminjam saham untuk dijual terlebih dahulu dan kemudian dalam waktu 3 hari investor harus membeli kembali saham tersebut untuk dikembalikan kepada perusahaan efek. Apabila investor tidak dapat mengembalikan dalam jangka waktu 3 hari maka investor akan dikenakan sanksi berupa teguran tertulis, peringatan tertulis ditambah denda, biaya administrasi, skorsing, pencabutan persetujuan sebagai anggota kliring. Namun tidak semua saham dapat ditransaksikan melalui margin tradingdan short selling.Biasanya saham-saham
yang bisa ditransaksikan dalam transaksimargin tradingdanshort sellingadalah saham-saham yang masuk kedalam indeks LQ45 yaitu 45 saham paling liquid
dan memiliki fundamental yang kuat. Namun saham-saham yang masuk dalam indeks LQ45 bisa saja berubah sesuai dengan keadaan pasar. Jadi perusahaan sekuritas harus senantiasa memberitahukan kepada investor apabila terjadi perubahan saham yang masuk di dalam nya.
3. Transaksi margin trading dan short selling merupakan transaksi yang memiliki resiko yang besar sehingga perlu perlindungan terhadap investor maupun sekuritas agar tercipta rasa aman dan nyaman dalam bertransaksi di pasar modal. Perlindungan bisa diberikan oleh pihak-pihak yang memiliki wewenang dalam pasar modal seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK). OJK sebagai badan pengatur dan pengawas terhadap kegiatan di dalam sektor jasa keuangan mengeluarkan peraturan V.D..6 mengenai penyelenggaraan pembiayaan transaksi efek oleh perusahaan dan transaksi short selling sebagai acuan pelaksanaan kegiatan
margin trading dan short selling. Selain OJK, Bursa Efek Indonesia sebagai pihak yang menyelenggarakan sistem dan/atau sarana untuk mempertemukan penawaran beli dan jual pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. Turut memberikan perlindungan kepada investor sesuai dengan tugas nya sebagai penyelenggara pasar modal. Bursa Efek sebagaiself regulatory organization meluncurkan JATS-NextG yang merupakan sistem perdagangan efek secara otomatis dengan menggunakan komputer dengan tujuan mempermudah dan mempercepat proses transaksi serta memberikan perasaan
aman bagi investor. Bursa Efek juga membuat Peraturan Nomor II-H mengenai Persyaratan dan Perdagangan Efek dalam Transaksi Margin Trading dan Short Selling. Peraturan tersebut mengatur mengenai saham-saham yang bisa ditransaksikan melalui margin tradingdan short selling. Hal ini dilakukan oleh Bursa Efek untuk memberi perlindungan terhadap investor dari potensi kerugian yang dapat timbul dari transaksi tersebut. karena apabila investor melakukan transaksi margin trading dan short selling terhadap saham-saham yang tidak
liquidatau yang fundamentalnya jelek. Harga saham-saham tersebut akan mudah turun. Hal tersebut juga akan memberi pengaruh terhadap Bursa Efek Indonesia atau IHSG yang cukup besar. Sedangkan KSEI dan KPEI sebagai lembaga kliring dan penjamin menjamin penyelesaian transaksi efek secara pemindahanbuku yakni saham yang terjual akan secara otomatis berpindah kepemilikan dan tercatat secara elektronik di KSEI dan penyelesaian transaksi dilakukan oleh KPEI dengan cara melakukan kliring dan pemindahbukuan dari rekening pembeli ke rekening penjual secara otomatis sehingga investor tidak perlu khawatir tentang status saham yang telah dibeli maupun pencairan uang dari penjualan saham. Selain perlindungan yang diberikan pihak ke 3 antara investor dan perusahaan sekuritas juga perlu mengadakan perjanjian agar tercapai kesepakatan mengenai ketentuan-ketentuan yang mengikat kedua belah pihak dalam melakukan transaksi margin trading dan short selling sehingga dapat terlindungi dari kemungkinan kerugian pada individu baik sekuritas maupun investor yang akhirnya menjadi landasan bagi pengadilan untuk memutuskan
apabila terjadi problema hukum. Sebenarnya perlindungan terhadap investor dalam pasar modal sudah cukup namun yang perlu diingat oleh para investor adalah memilih sekuritas yang dapat dipercaya. Serta investor harus jeli dalam memilih saham mana yang hendak dibeli jangan terpengaruh oleh broker-broker yang hanya mengejar omset.
B. Saran
Berdasarkan pemaparan yang penulis uraikan dalam bab sebelumnya dan kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang berhubungan dengan pasar modal. Saran-saran yang penulis ajukan antara lain :
1. Dalam melaksanakanmargin tradingdanshort sellinginvestor harus teliti dalam memahami setiap isi dari perjanjian yang hendak ditanda tangani sebagai syarat awal penggunaan fasilitas pembiayaan penyelesaian transaksi efek. karena
margin tradingdan short selling merupakan fasilitas yang menggiurkan dimana