• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlunya Kebijakan Satu Identitas pada KTP-el di Indonesia

Perubahan Berat Badan Tikus

INDONESIA Fatria Khairo

1. Perlunya Kebijakan Satu Identitas pada KTP-el di Indonesia

Kebijakan satu Identitas yang disampaikan oleh Dirjen Dukcapil Prof Dr. Zudan Arif Fakrullloh, SH., MH. pada saat kuliah Umum di STIH-Sumpah Pemuda Pada tanggal 1 Oktober 2016, menurut penulis merupakan kebijakan yang harus sangat didukung oleh seluruh warga negara Indonesia. Dalam mensukseskan Program Strategi Nasional Kependudukan dan Pencatatan Sipil tolak ukurnya tidak hanya didukung pada regulasi semata. Aturan hukum dan regulasi mutlak diperlukan sebagai landasan dan melaksanakan program kerja, namun lebih dari itu yang paling utama adalah komitmen bersama antara Pemimpin di daerah dengan melihat jauh ke depan betapa besar manfaatnya dalam mendukung kesejahteraan rakyat karena berkaitan dengan konsep kebijakan pembangunan itu sendiri. Dengan komitmen dan dukungan semua pihak, diharapkan masalah kependudukan dapat teratasi sehingga kebijakan pembangunan tepat sasaran.

Tujuan penggunaan Satu Identitas yang tertera pada NIK dan penerapan e-KTP, akan menghasilkan database yang lengkap dan akurat pada gilirannya akan mampu menyediakan data bagi perumusan kebijakan, perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomis masyarakat baik pusat maupun daerah. Disamping itu, penggunaan NIK nasional dan penerapan e-KTP juga akan bermanfaat untuk mencegah dan menutup peluang adanya KTP ganda dan KTP palsu, sehingga memberikan rasa aman dan kepastian hukum bagi masyarakat mendukung terwujudnya database kependudukan yang akurat, mendukung peningkatan keamanan Negara sebagai dampak positif dari tertutupnya peluang KTP ganda dan KTP palsu. Terkait masalah data palsu, penulis berasumsi bahwa data palsu merupakan jembatan untuk menuju suatu tindak korupsi. Penggunaan data palsu dapat dipergunakan untuk berbagai tindak pidana misalnya,

pencucian uang dan lainnya. Penyamaran dokumen salah satunya banyaknya KTP ganda adalah salah satu dari modus tindak pidana korupsi di Indonesia 94.(Rohim,2008).

Dalam menjalankan aturan kependudukan di Indonesia terdapat Dasar Hukum yang menaungi Administrasi Kependudukan, yaitu; UU no. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan; PP No. 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan; Perpres NO. 25 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil; Perpres No. 26 Tahun 2009 tentang Penerapan KTP Berbasis NIK secara Nasional; dan Perpres No. 35 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Perpres No. 26 Tahun 2009. Substansi adminduk adalah berupa pencatatan sipil dan pendaftaran kependudukan. Pencatatan sipil berupa pencatatan kelahiran, lahir mati, perkawinan, pembatalan perkawinan, perceraian, pembatalan perceraian, kematian, pengangkatan pengesahan dan pengakuan anak, perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan, peristiwa penting dan pelaporan penduduk yang tidak bisa melapor sendiri.

Sementara pendaftaran kependudukan berupa pencatatan biodata penduduk per keluarga berikut sidik jari (biometrik), pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan, pendataan penduduk rentan kependudukan, pelaporan penduduk yang tidak dapat melapor sendiri. Manfaat yang diperoleh pemerintah adalah dalam hal perumusan kebijakan, perencanaan pembangunan, kebutuhan sektor pembangunan lain, pemilu dan pilkada, penyusunan perkembangan kependudukan; penyusunan proyeksi pembangunan, verifikasi jati diri penduduk dan dokumen kependudukan.

Strategi yang dilakukan dalam rangka mewujudkan tertib administrasi kependudukan adalah melalui pemutakhiran database kependudukan; meningkatkan kualitas database kependudukan Kab/Kota, Provinsi dan Pusat melalui pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil dengan menggunakan SIAK secara on line dari Kabupaten/Kota ke Provinsi dan Pusat; percepatan penguatan regulasi di daerah melalui Perda penyelenggaraan administrasi kependudukan serta diikuti dengan penegakan hukum (Law Enforcement) bagi pelanggaran administrasi kependudukan; penerapan awal (uji petik) KTP berbasis NIK secara Nasional yang dilengkapi dengan sidik jari dan chip; pemberian; menerapkan KTP berbasis NIK secara Nasional yang dilengkapi dengan sidik jari dan chip (e-KTP) ; melakukan kerjasama antara Kemendagri dengan BPPT, Lembaga Sandi Negara, ITB dan APTIKOM untuk mengantisipasi kebutuhan tenaga teknis.

94Rohim, Modus Operandi Tindak Pidana Korupsi, Pena Multi Media, Jakarta, 2008, hlm. 87.

Penerapan KTP berbasis NIK secara nasional yang dilengkapi dengan sidik jari dan chip memiliki dasar hukum yang menjadi payung dalam pelaksanaannya. Pasal-Pasal yang berkaitan dgn e-KTP (Perpres No. 26 Tahun 2009) adalah pasal 2 bahwa standart dan spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak dan blangko e-KTP diatur dengan Peraturan Menteri (jo Permendagri No. 38 Tahun 2009); pasal 6 Ayat 1 bahwa e-KTP memuat kode keamanan (sidik jari) dan rekaman elektronik (chip); Tujuan dari penerapan KTP berbasis NIK yang dilengkapi dengan sidik jari dan chip (e-KTP) ini adalah memberikan keabsahan identitas dan kepastian hukum atas dokumen kependudukan; memberikan perlindungan status hak sipil setiap penduduk; merupakan bentuk pengakuan negara bagi setiap penduduk.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 23 Tahun 2006, NIK terdiri dari 16 (enam belas) digit terdiri atas: 6 (enam) digit pertama merupakan kode wilayah provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan tempat tinggal pada saat mendaftar 6 (enam) digit kedua adalah tanggal, bulan, dan tahun kelahiran dan khusus untuk perempuan tanggal lahirnya ditambah angka 40; dan 4 (empat) digit terakhir merupakan nomor urut penerbitan NIK yang diproses secara otomatis dengan SIAK (Sistem Informasi Administrasi Kependudukan).

Kinerja Dirjen Dukcapil dalam menerapkan program Satu Identitas tidak lain untuk mendukung Tujuan Administrasi Kependudukan yaitu : Pertama, Tertib Database Kependudukan meliputi terbangunnya database kependudukan yang akurat di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat; database kependudukan Kabupaten/ Kota tersambung (online) dengan Provinsi dan Pusat dengan menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK); database kependudukan Depdagri dan daerah tersambung (online) dengan instansi pengguna. Kedua, Tertib Penerbitan NIK meliputi NIK diterbitkan setelah penduduk mengisi biodata penduduk per keluarga (F-1.01) dengan menggunakan SIAK; tidak adanya NIK ganda. Ketiga, Tertib Dokumen Kependudukan (KK, KTP, Akta Pencatatan Sipil) meliputi prosesnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku; tidak adanya dokumen kependudukan ganda dan palsu.

2. Pemanfataan Kebijakan Satu Identitas pada KTP-el dalam Penegakan Hukum

Dokumen terkait