• Tidak ada hasil yang ditemukan

MISI I: PENINGKATAN KINERJA EKSPOR NONMIGAS BERKUALITAS

Sasaran 1 Pertumbuhan Ekspor Non Migas

Sasaran 1 Pertumbuhan Ekspor Non Migas

“Meningkatnya pertumbuhan ekspor nonmigas, sebagai salah satu sumber

utama pertumbuhan ekonomi nasional”

Kinerja pertumbuhan ekspor nonmigas jauh melampaui target

Secara umum, kinerja Kementerian Perdagangan pada sasaran pertama ini telah memberikan capaian yang baik terlihat dari angka realisasi rata-rata yang mendekati target. Bahkan realisasi indikator kinerja pertumbuhan ekspor non-migas sebesar 33,02% atau sekitar 3,5 kali lipat dari yang ditargetkan sebesar 7%. Capaian masing-masing indikator-indikator kinerja sasaran pertama ini -selanjutnya disingkat menjadi IK- dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2

Capaian Indikator Kinerja Sasaran 1

No Indikator Kinerja Rencana Tingkat Capaian Realisasi Capaian

(%)

1 % pertumbuhan ekspor non migas nasional 7% 33,02% 471,7%

2 Jumlah rekomendasi kebijakan peningkatan ekspor dan investasi 1 rekomendasi 1 rekomendasi 100%

3 Jumlah PP tentang Kawasan Ekonomi Khusus 1 PP 2 PP 200%

4 Jumlah peraturan perdagangan yang dilimpahkan ke KEK 1 peraturan 0 Peraturan 0%

5 Jumlah penerbitan eksportir terdaftar 243 ET 456 ET 187,65%

6 Jumlah penerbitan surat persetujuan ekspor 900 SPE 887 SPE 98,56% 7 Jumlah partisipasi pada forum kerjasama komoditas ekspor di

dalam dan luar negeri

22 partisipasi

forum 20 Forum 90,90%

8 Jumlah komoditi yang diberikan bimbingan teknis di bidang ekspor 14 komoditi 13 Komoditi 92,86% 9 Jumlah rumusan kebijakan ekspor dan impor 19 kebijakan 25 kebijakan 131,8% 10 Jumlah penerbitan pengakuan sebagai Importir Produsen (IP) 2000 IP 1593 IP 79,65%

 

 

 

TUJUAN 1: Peningkatan Akses Pasar Ekspor dan Fasilitasi Ekspor 

 

IK-1 Prosentase Pertumbuhan Ekspor Non-migas Nasional

Posisi ekspor Indonesia pada paruh pertama 2010 lebih tinggi kenaikannya dibanding ekspor dunia, yaitu sekitar 45 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Selanjutnya total ekspor 2010 sebesar US$ 157,7 miliar merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah ekspor Indonesia, naik 35% dibanding ekspor 2009 yang hanya sebesar US$ 116,5 miliar. Ekspor nonmigas 2010 mencapai rekor tertinggi sebesar US$ 129,7 miliar, meningkat 33,02% dibanding 2009, yang berarti 3,5 kali lipat di atas target RPJM sebesar 7%-8,5%. Ekspor non migas Desember 2010 mencapai rekor tertinggi untuk ekspor bulanan sebesar US$ 13,5 miliar, meningkat 24,6% dibandingkan Desember 2009.

Rata-rata ekspor non migas bulanan meningkat bila dibandingkan dari tahun 2009 sebesar US$ 9,0 miliar menjadi US$ 10,8 miliar pada tahun 2010. Peningkatan ini tampaknya akan terus cenderung meningkat (lihat Gambar 2), seiring dengan semakin bergairahnya ekonomi dan investasi dalam negeri yang dapat memacu perkembangan ekspor non migas Indonesia.  

Gambar 2

Ekspor Non Migas dari Jan 2009 - Desember 2010

Growth rate (yoy)

-50 0 50 100 150 200 0.0 2.5 5.0 7.5 10.0 12.5 15.0

Jan'09Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov DesJan'10Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des

Persen

US$ Miliar

p g

Moving p.a growth rate

Rata ‐rata nilai ekspor non migas 

bulanan 2008  sebesar  US$ 9,0 miliar

Rata ‐rata nilai ekspor non migas 

bulanan 2010  sebesar  US$ 10,8 miliar

Growth rate m to m

 

      Sumber: BPS (diolah)    Surplus perdagangan 2010 Mencapai US$ 22.0 miliar

Total ekspor selama 2010 adalah sebesar US$ 157,7 miliar dimana dari nilai tersebut Ekspor non-migas mencapai US$ 129,67 miliar. Total impor selama 2010 adalah sebesar US$ 135,6 miliar dengan nilai impor

non-migas sebesar US$ 108,24 miliar. Surplus perdagangan 2010 mencapai

US$ 22.1 miliar, terdiri dari surplus non-migas US$ 21.4 miliar dan migas US$ 0,6 miliar. Surplus perdagangan non migas tahun 2010 adalah tertinggi sejak memasukkan nilai impor kawasan berikat di tahun 2008. Nilai tersebut juga lebih tinggi dibandingkan dengan surplus perdagangan non-migas 2009 yang mencapai US$ 19,6 miliar.

Pada paruh pertama 2010, neraca perdagangan menunjukkan surplus di atas 1 miliar USD, kecuali pada bulan April dan Juni. Selanjutnya pada paruh kedua, bulan Juli terjadi defisit namun surplus kembali di bulan

 

Agustus. Pada bulan September hingga Desember 2010, surplus bulanan menembus 2 miliar USD, dengan catatan bulan Desember 2010 mencapai angka 3,7 miliar USD.Dibandingkan dengan kinerja tahun 2009, surplus perdagangan bulan September dan November masih di bawah 2 miliar USD. Sedangkan di bulan Desember 2009 sekalipun menembus 3 miliar USD namun masih di bawah capaian surplus perdagangan Desember 2010. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ekspor non-migas Indonesia tahun 2010 menunjukkan kinerja yang sangat baik yang akhirnya memiliki dampak positif terhadap neraca perdagangan Indonesia tahun 2010. Meskipun hal ini bukan hanya hasil kinerja Kementerian Perdagangan, namun Kementerian Perdagangan memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekspor non-migas tersebut.

Tabel di bawah menunjukkan neraca perdagangan Indonesia secara bulanan pada tahun 2009 dan 2010.

Tabel 3

Kinerja Ekspor Indonesia (2009-2010)

(juta USD)

TAHUN BULAN EKSPOR nonmigas Ekspor IMPOR nonmigas IMPOR Perdagangan Neraca

Dec 16.783,4 13.511,0 13.089,5 10.496,2 3.693,9 Nov 15.338,2 12.586,3 13.071,0 10.124,0 2.267,2 Oct 14.399,6 11.557,7 12.120,0 9.735,6 2.279,6 Sept 12.181,6 10.098,7 9.654,1 7.653,9 2.527,5 Aug 13.706,2 11.766,1 12.220,8 10.014,0 1.485,4 Jul 12.486,9 10.605,5 12.625,9 10.518,0 (139,0) Jun 12.293,5 10.392,0 11.713,2 9.323,7 580,3 May 12.656,6 10.287,4 9.980,4 8.003,8 2.676,2 April 12.035,2 9.830,6 11.235,8 8.712.8 799,4 Mar 12.774,4 10.605,8 10.972,6 8.720,6 1.801,8 Feb 11.166,5 8.991,2 9.498,1 7.452,6 1.668,4 Jan 11.595,9 9.251,0 9.490,5 1.936,9 2.105,4 2010 Jan-Dec 157.732,6 129.679,9 135.606,1 108.243,2 22.126,5 Dec 13.382,5 10.826,0 10.326,6 8.223,2 3.001,9 Nov 10.775,4 8.438,0 8.814,7 6.983,8 1.960,7 Oct 12.242,7 10.131,2 9.430,1 7.514,0 2.812,6 Sept 9.842,6 8.092,9 8.516,6 6.145,3 1.326,0 Aug 10.545,4 8.913,0 9.297,6 7.818,9 1.247,8 Jul 9.684,1 8.195,2 8.683,3 6.846,5 1.000,8 Jun 9.381,5 7.929,4 7.935,5 6.493,7 1.446,0 May 9.253,0 8.157,3 7.846,7 6.546,1 1.412,3 April 8.454,0 7.200,0 6.706,8 5.474,5 1.747,2 Mar 8.614,7 7.333,1 6.554,1 5.624,1 2.060,6 Feb 7.080,4 6.056,0 5.815,5 5.044,9 1.264,9 Jan 7.153,3 6.206,2 6.600,6 5.319,1 552,7 2009 Jan-Dec 116.510,0 97.491,7 96.829,2 77.848,5 19.680,8

Keterangan Desember 2010 adalah angka sementara Sumber: BPS

Kontribusi ekspor non-migas 2010 mencapai 82,22% terhadap total ekspor Indonesia

Berdasarkan Tabel 4, kontribusi ekspor non-migas rata-rata 2010 sangat tinggi terhadap total ekspor Indonesia, yaitu sebesar 82,22% dibandingkan dengan rata-rata kontribusi ekspor migas 2010 sebesar 17,78%. Kinerja ekspor Indonesia saat ini mengalami diversifikasi dengan mulai

 

meningkatnya ekspor produk non migas tidak hanya produk utama tetapi produk lainnya. Penguatan ekspor non migas selama tahun 2010 didorong oleh peningkatan ekspor dari seluruh sektor. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, peningkatan tertinggi terjadi pada sektor pertambangan naik sebesar 35,36% disusul peningkatan ekspor di sektor industri sebesar 33,47%, peningkatan pertanian 14,90% dan di sektor lainnya sebesar -8,33%.  

Tabel 4

Perkembangan Ekspor Indonesia Menurut Sektor

Tahun 2009 - 2010

Peran thd Total Ekspor (%) Periode 2009 2010 Perub '10/'09 (%) 2009 2010 Migas 19.018,0 28,052.7 47,50 16,32 17,78 - Minyak Mentah 7.820,3 10395.0 32,92 6,71 6,59 - Gas Alam 8.935,7 13706.3 53,39 7,67 8,69 - Minyak Olahan 2.262,3 3951.4 74,66 1,94 2,50 Non Migas 97.491,7 129,679.9 33,02 83,68 82,22 - Pertanian 4.352,8 5,001.3 14,90 3,74 3,17 - Industri 73.435,8 98,013.2 33,47 63,03 62,14 - Pertambangan 19.703,1 26,655.5 35,36 16,91 16,90 Total 116.510,0 157,732.6 35,38 100,00 100,00 Sumber: BPS

Gambar 3

Peran Terhadap Total Ekspor (Pangsa Ekspor Migas dan Non Migas)

Tahun 2004 - 2010

78% 78% 79% 81% 79% 84% 82%

22

%

22

%

21

%

19% 21% 16% 18%

0 20 40 60 80 100 120 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010* % NONMIGAS % MIGAS Sumber: BPS, (diolah) Comment [P2]:  

 

Pangsa ekspor nonmigas Indonesia sejak tahun 2004 sampai 2010 terus meningkat

Berdasarkan Gambar 3, Komposisi pangsa ekspor nonmigas dan ekspor migas selama 2004-2010 menunjukkan persentase ekspor nonmigas (dengan pembulatan) berturut-turut 78% (2004), 78% (2005), 79% (2006), 81% (2007), 79% (2008), 84% (2009), dan 82% (2010). Rata-rata pangsa ekspor nonmigas selama tahun 2004 – 2009 adalah 80,14%. Kecenderungannya adalah ekspor non migas akan stabil dan tetap perlu dipertahankan pada perolehan nilai pangsa rata-rata.

Peluncuran ekspor perdana kopi ke Dubai oleh Menteri Perdagangan 

Menteri Perdagangan meninjau pabrik pulp & paper di Riau pada saat peluncuran ekspor Pulp & Paper

 

Indonesia di urutan ke

30 eksportir dunia Keberhasilan ekspor Indonesia selama ini telah menempatkan Indonesia di

urutan ke 30 (berdasarkan nilai ekspor) eksportir dunia dengan kecenderungan mengalami peningkatan sejak tahun 2007. Sedangkan di sektor regional (berdasarkan nilai ekspor), pada tahun 2009 Indonesia berada pada posisi di urutan ke-10 eksportir di Asia dengan nilai US$ 131,68 miliar tumbuh dengan trend sebesar 7.99% selama periode 2005-2009. Posisi pertama (berdasarkan nilai ekspor) ditempati oleh China dengan niai US$ 1,338 miliar trend pertumbuhan sebesar 10.04%. Secara rinci, hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar ....

Tabel 1

Posisi Ekspor Indonesia di Asia (2005 - 2009)

Nilai (juta USD)  Trend 

(%) 

No  Negara 

2005  2006  2007  2008  2009  0509 

Perubahan 

(%) '09/08 

Total  3,507  4,126  4,750  5,524  4,154  6.51  24.80 

1  China  976  1,187  1,436  1,643  1,338  10.04  ‐18.58 

2  Japan  638  692  765  826  606  0.76  ‐26.57 

3  Korea, Rep.  291  341  380  416  337  5.02  ‐18.98 

Taiwan, 

China  241  276  309  316  247  1.86  21.79 

5  Malaysia  169  192  212  237  188  4.38  ‐20.64 

6  Saudi Arabia  159  200  215  320  171  6.47  ‐46.46 

7  India  103  125  158  196  150  12.77  ‐23.41 

8  Thailand  115  135  158  184  149  8.59  ‐19.20 

9  Singapore  137  158  178  190  140  2.26  ‐26.43 

10  Indonesia  105  123  141  168  132  7.99  21.49 

Sumber: Kementerian Perdagangan

Gambar 4

Posisi Ekspor Indonesia di Asia (2005 - 2009)

 

Gambar 5

Kecenderungan Pertumbuhan Ekspor dan Impor Indonesia

Tahun 2004 - 2009

0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 0.0 3,000.0 6,000.0 9,000.0 12,000.0 15,000.0 18,000.0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 (% ) US $   M ilia r Ekspor Nilai Ekspor Dunia Pangsa Ekspor Indonesia  0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 0.0 3,000.0 6,000.0 9,000.0 12,000.0 15,000.0 18,000.0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 (% ) US $   M ilia r Impor Nilai Impor Dunia  Pangsa Impor Indonesia 

 

Sumber: BPS (diolah) IK-2 Jumlah Rekomendasi Kebijakan Peningkatan Ekspor dan Investasi

Kegiatan Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi merupakan kegiatan yang lintas sektoral dan mencakup bidang yang sangat luas Dalam rangka peningkatan ekspor dan peningkatan investasi, kementerian Perdagangan tergabung dalam Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi (Timnas PEPI) yang juga dikoordinir oleh Kemenko Perekonomian. Beberapa hasil yang telah dicapai selama tahun 2010 antara lain terkait dengan perubahan kelembagaan dan penetapan kebijakan yang sifatnya lintas sektoral.

Rekomendasi kebijakan yang telah dihasilkan yaitu yang terkait dengan peningkatan ekspor dan peningkatan investasi. Dalam hal ini terkait dengan koordinasi penetapan kebijakan Bea Keluar Kakao dengan Kementerian Keuangan serta koordinasi penyusunan dan penetapan kebijakan yang terkait dengan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam Bintan Karimun (BBK).

Terkait dengan kelembagaan, perubahan struktur Timnas PEPI yang pada tahun sebelumnya terdiri dari 4 (empat) Pokja menjadi 2 (dua) Pokja yaitu

Pokja Ekspor dimana Kementerian Perdagangan menjadi leading sector, dan

Pokja Investasi dengan leading sector BKPM.

Dengan demikian, capaian peningkatan ekspor dan peningkatan investasi pada tahun 2010 menghasilkan capaian 100% yang menunjukkan keberhasilan yang cukup baik.

Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi juga telah dilaksanakan pada tahun 2009 yang menghasilkan satu laporan kebijakan peningkatan ekspor dan peningkatan investasi. Dengan demikian, maka realisasi dan capaian peningkatan ekspor dan peningkatan investasi pada tahun 2009 dan 2010 menunjukkan kinerja yang sama. Hal ini dapat dibuktikan melalui peningkatan kinerja ekspor Indonesia pada tahun 2009 dan 2010 sebagaimana telah dijelaskan melalui indikator pertumbuhan Ekspor non-migas.

 

IK-3

Jumlah PP tentang Kawasan Ekonomi Khusus

Jika pada tahun 2009, Kementerian Perdagangan di bawah koordinasi Kementerian Perekonomian telah berhasil menyusun Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus, maka pada tahun 2010 ini, masih di bawah koordinasi dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perdagagan bersama-sama dengan kementerian atau lembaga lainnya (Dewan Nasional KEK) telah berhasil menyusun beberapa peraturan pelaksana tentang KEK. Beberapa peraturan pelaksana yang telah diterbitkan adalah:

1. Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2010 tentang Dewan Nasional

Kawasan Ekonomi Khusus, dan

2. Peraturan Presiden Nomor 33 tahun 2010 tentang Dewan Nasional dan

Dewan Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus.

Selain itu, Dewan Nasional KEK juga telah menyiapkan draft peraturan pelaksana lainnya yaitu RPP Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. Draft ini memuat ketentuan-ketentuan mendasar tentang pembentukan dan penyelenggaraan KEK seperti persyaratan pengusulan KEK, ketentuan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), dan pendelegasian kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah kepada Administrator KEK dan lain-lain. Draft PP tersebut sudah final di tingkat Dewan Nasional dan telah diajukan kepada Presiden untuk ditandatangani.

Terbitnya beberapa peraturan pelaksana sebagaimana tersebut di atas tentu saja menjadi landasan hukum yang sangat penting dalam kelancaran tugas Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Hal ini juga mencerminkan keberhasilan Dewan Nasional KEK dalam pelaksanaan pengembangan KEK.

Jika pada tahun 2010, indikator pengembangan KEK dalam upaya peningkatan Ekspor non-migas adalah jumlah PP tentang KEK, maka pada tahun 2009, indikator pengembangan KEK adalah terbitnya Undang-Undang tentang KEK yang merupakan dasar hukum awal terbentuknya KEK di Indonesia. Hal ini telah terealisasi melalui terbitnya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus sehingga menunjukkan capaian kinerja 100%.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa capaian kinerja tahun 2010 sebesar 200% adalah sangat baik jika dibandingkan capaian tahun 2009. Keberhasilan ini tentu saja tidak terlepas dari peran aktif kementerian perdagangan dan instansi lainnya dalam pengembangan KEK.

IK-4

Jumlah Peraturan Perdagangan yang Dilimpahkan ke KEK

Dalam rangka mendukung pengembangan KEK dan menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi sektor investasi, Kementerian Perdagangan pada tahun 2010 menargetkan penetapan 1 (satu) kebijakan yang mengatur tentang pendelegasian kewenangan penerbitan perizinan di bidang perdagangan kepada Administrator KEK.

Kementerian Perdagangan dalam hal ini sangat pro-aktif dalam menyusun konsep peraturan (Permendag) dimaksud dengan melakukan penyusunan

 

Draft Permendag sejalan dengan penyusunan konsep RPP Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. Penyusunan Draft Permendag tersebut telah final di tingkat Kementerian Perdagangan dan juga sudah dibahas pada rapat sinkronisasi peraturan yang terkait dengan KEK dengan instansi terkait di bawah koordinasi Kementerian Perekonomian.

Draft final peraturan tersebut sebenarnya sudah dapat ditetapkan sebagai peraturan menteri, namun demikian salah satu dasar hukum peraturan tersebut adalah Peraturan Pemerintah Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa peraturan tersebut masih dalam bentuk RPP dan belum dapat ditetapkan sebagai PP karena masih menunggu ditandatangani Presiden.

Dengan demikian, maka draft Permendag tersebut belum dapat ditetapkan sebagai Peraturan Menteri Perdagangan. Meskipun realisasi terhadap indikator kinerja ini masih 0 (nol) karena belum ditetapkannya peraturan menteri tersebut, namun kementerian perdagangan telah memiliki final draft yang akan ditandatangani segera setelah ditetapkannya RPP Tentang Penyelenggaraan KEK.

Meskipun capaian ini masih 0% namun tidak dapat katakan bahwa hal ini mutlak kelalaian kementerian, karena hal ini disebabkan oleh faktor eksternal yang ada di luar kendali Kementerian Perdagangan.

Secara keseluruhan, capaian pengembangan KEK selama tahun 2010 lebih baik dibandingkan tahun 2009 mengingat beberapa capaian yang telah diperoleh. Jika pada 2009, capaian yang diperoleh adalah penetapan UU 39 Tahun 2009 Tentang KEK sementara capaian tahun 2010 adalah 2 (dua) peraturan pelaksana yang terkait dengan pengembangan KEK dan 1 (satu) draft peraturan menteri.

IK-5

Jumlah Penerbitan Eksportir Terdaftar

Penerbitan Eksportir Terdaftar (ET) bertujuan untuk menginventarisir, mengawasi pelaku usaha dalam kegiatan ekspor, baik ekspor produk pertanian dan kehutanan serta industri dan pertambangan yang ditataniagakan. Selain itu, penerbitan eksportir terdaftar juga ditujukan untuk mengetahui perkembangan ekspor komoditi yang dianggap sangat strategis. Penerbitan ET terdiri dari ETPIK, ETK/EKS, ETR, ET Timah dan ET Prekursor. Penerbitan ET selama tahun 2010 merupakan penerbitan RT untuk beberapa komoditi yaitu komoditi Timah, Prekursor, Kopi, Rotan dan Kayu serta produk industri kehutanan.

Penetapan ET, selain dikategorikan berdasarkan komoditi juga dikategorikan berdasarkan ET yang baru maupun ET yang sifatnya Perpanjangan. Total Penerbitan ET pada tahun 2010 adalah sejumlah 493 ET. Dari jumlah tersebut 93 % merupakan ET komoditi pertanian dan kehutanan dan 62 % merupakan Penetapan ET baru.

 

Gambar 6

Eksportir Terdaftar (ET) Berdasarkan Jenis dan Pengajuan

Sumber: Kementerian Perdagangan

Penerbitan ET sejumlah 456 ET pada tahun 2010 melampaui target yang ditetapkan sebesar 243 ET sehingga capaian kinerja Tahun 2010 adalah sebesar 187,65% yang mencerminkan keberhasilan yang sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan Kementerian Perdagangan dalam menginventarisir dan mengawasi pelaku usaha dalam kegiatan ekspor menunjukkan kinerja yang baik sehingga mampu mendorong upaya peningkatan ekspor non-migas.

Meskipun pencapaian Tahun 2010 sangat baik jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan, namun pencapaian tersebut lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2009 yang berjumlah 681 ET.

IK-6

Jumlah Penerbitan Surat Persetujuan Ekspor

Penerbitan Surat Persetujuan Ekspor dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan pengawasan ekspor terutama untuk produk sumber daya alam seperti produk pertambangan dan produk pertanian dan kehutanan. SPE merupakan persyaratan bagi para eksportir pada saat melakukan ekspor beberapa komoditi yang diatur.

Pada tahun 2010, realisasi penerbitan SPE berjumlah 1022 SPE dari 900 SPE yang ditargetkan. Hal ini menunjukkan keberhasilan yang cukup baik yang menghasilkan capaian sebesar 98,56%. Dari 887 SPE, 491 SPE (55,4%) diterbitkan untuk komoditi pertanian dan kehutanan dan 396 SPE (44,6) diterbitkan untuk komoditi industri dan pertambangan. Penerbitan SPE pada tahun 2010 sedikit lebih kecil (98,56%) target yang ditetapkan yaitu sejumlah 900 SPE.

Meskipun pencapaian Tahun 2010 cukup baik meskipun sedikit lebih kecil dari target yang ditetapkan. Pencapaian tersebut juga lebih kecil dibandingkan dengan realisasi tahun 2009 yang berjumlah 951 ET. Meskipun jumlah SPE yang diterbitkan pada tahun 2010 lebih kecil dibandingkan dengan penerbitan SPE pada tahun 2009, namun nilai ekspor non-migas tahun 2010 lebih besar dibandingkan dengan tahun 2009. Hal ini mungkin disebabkan perbedaan nilai/harga komoditi ekspor pada tahun tersebut.Hal ini menunjukkan keberhasilan Kementerian Perdagangan dalam memenuhi komitmen dalam peningkatan pertumbuhan ekspor non-migas melalui

 

Ekspor produk bernilai tambah tinggi.

Gambar 7

Komposisi Surat Persetujuan Ekspor Berdasarkan Jenis Komoditi

IK-7

Jumlah Partisipasi pada Forum Kerjasama Komoditas Ekspor di Dalam dan Luar Negeri

Pada tahun 2010, Kementerian Perdagangan telah berpartisipasi aktif dalam forum kerjasama komoditi ekspor di dalam dan luar negeri. Kerjasama sebagaimana dimaksud merupakan kerjasama lintas sektoral yang terkait dengan beberapa komoditi ekspor seperti kopi, lada, karet, perikanan, CPO, pupuk, alas kaki, tekstil serta komoditi produk pertambangan seperti timah dan batubara. Forum kerjasama yang diikuti Kementerian Perdagangan pada tahun 2010 ini sebanyak 20 forum dari 22 forum yang ditargetkan dengan tingkat hasil capaiannya sebesar 90,90%. Forum kerjasama komoditas ekspor yang dilakukan antara lain bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap mekanisme ekspor pupuk urea, timah dan batubara. Terkait dengan produk pertambagan kerjasama ini ditujukan dalam rangka peningkatan nilai tambah ekspor produk pertambangan sesuai amanat Undang-undang No. 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara. Terkait dengan komoditi alas kaki dan tekstil, partisipasi dalam forum

kerjasama yang dilakukan bertujuan untuk melakukan brainstorming

terhadap kebijakan ekspor di India (Alas Kaki) dan Taiwan (TPT) serta pengembangan desain produk dan teknik produksi. India dan Taiwan merupakan Negara yang sangat maju dalam hal produksi tekstil dan alas kaki. Melalui kegiatan brainstorming ini diharapkan agar para produsen alas kaki dan TPT Indonesia dapat meningkatkan kualitas dan desain produk serta efisiensi produksi kedua komoditi tersebut.

Terkait dengan komoditi pertanian dan kehutanan, partisipasi dalam forum kerjasama ekspor dilakukan antara lain untuk memperbaiki image Indonesia di negara tujuan ekspor CPO terutama Uni Eropa (EU) akibat adanya negative campaign EU terhadap CPO Indonesia. Dengan kata lain Indonesia

melakukan positive campaign terhadap produk CPO di Negara tujuan Ekspor

Indonesia untuk memperbaiki image negative para pembeli di luar negeri. Bentuk partisipasi lainnya adalah keterlibatan Indonesia dalam International Tri-Partite Rubber Council (ITRC) bersama dengan Malaysia dan Thailand dalam rangka menjaga kestabilan harga komoditi karet di pasar internasional yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai ekspor

 

non-migas.

Selain itu, Ditjen Perdagangan Luar Negeri juga mengikuti beberapa forum internasional yang terkait dengan peningkatan kualitas mutu komoditi ekspor antara lain Sidang EEE (Electrical and Electronic Equipment) ASEAN, Sidang CODEX, Sidang ISO/TC 45 Rubber and Rubber Product.

Secara total, dengan target sejumlah 22 partispasi forum dan realisasi sebesar 20 partisipasi forum, menunjukkan capaian kinerja sebesar 90,90%. Dalam hal ini, secara garis besar Kementerian Perdagangan sudah dapat dinyatakan berhasil dalam pencapaian sasaran dimaksud, terutama dengan kemampuan menjaga kestabilan harga karet dan image produk CPO Indonesia di pasar global.

Pada tahun 2009, target partisipasi Ditjen Perdagangan Luar Negeri dalam Forum Kerjasama Komoditas Ekspor ditargetkan sebesar 19 negara/forum sedangkan realisasinya adalah 16 negara/forum sehingga capaiannya sebesar 84,2%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa capaian Tahun 2010 lebih baik dibandingkan capaian Tahun 2009.

Hal ini tentu saja merupakan keberhasilan Ditjen Perdagangan Luar Negeri dalam berpartisipasi aktif pada forum komoditas ekspor di dalam dan luar negeri. Hal ini tentu saja untuk memenuhi tuntutan perdagangan global dalam mempertahankan pertumbuhan ekspor Indonesia pasca krisis finansial Tahun 2008.

Keterlibatan dalam ITRC mampu menjaga kestabilan harga dan suplai karet dunia sehingga mampu meningkatkan nilai Ekspor karet Indonesia

ITRC merupakan badan yang bertanggung jawab dalam mengawasi

pengurangan ekspor dan supply karet alam melalui mekanisme Agreed

Export Tonnage Scheme (AETS) dan Supply Management Scheme (SMS). Sejak tanggal 1 Januari 2002 pengurangan supply karet alam sebesar 4% melalui SMS dan pengurangan ekspor sebesar 10% melalui AETS.

Pelaksanaan AETS dan SMS telah terbukti mampu mengangkat kembali harga karet alam dunia pada saat krisis global yang terjadi pada kuartal ketiga 2008. Harga karet dunia pada Januari 2009 adalah sebesar US$ cents 146.09/kg, bahkan pada Desember 2010 harga karet alam sudah mencapai US$ cents 466,40/kg. Perkembangan harga karet pada 2009 – 2010 dapat dilihat secara rinci pada Gambar berikut.

Kestabilan harga karet sebagaimana dilihat pada 2 (dua) tahun terakhir mencerminkan keberhasilan Kementerian Perdagangan partisipasinya di Forum Kerjasama Komoditas Ekspor (Dalam dan Luar Negeri) dalam meningkatkan ekspor non-migas.

 

Gambar 8

Perkembangan Harga Karet 2009 - 2010

Sumber: IRCo.

IK-8

Jumlah Komoditi yang Diberikan Bimbingan Teknis di Bidang Ekspor

Bimbingan teknis di bidang ekspor diberikan kepada para pelaku usaha, dalam hal ini para eksportir. Dalam bimbingan teknis, para pelaku diberikan informasi update tentang kebijakan di bidang ekspor yang dapat menunjang kelancaran proses ekspor. Kebijakan di bidang ekspor tersebut bukan hanya yang terkait dengan regulasi di dalam negeri, tetapi juga ketenetuan di negara tujuan ekspor. Selain itu, melalui bimbingan teknis, Kementerian Perdagangan dapat mengetahui permasalahan ekspor yang ada di masing-masing daerah sehingga dapat dijadikan bahan masukan penyusunan kebijakan yang dapat memperlancar dan meningkatkan nilai ekspor non-migas Indonesia.

 

Kegiatan Bimbingan Teknis Kebijakan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Jawa Tengah

Selama Tahun 2010, bimbingan teknis yang telah dilakukan adalah bimbingan teknis untuk komoditi Kulit, Beras, Pala, Kopi, Hasil Hutan, Perikanan, Pelatihan Manajemen Ekspor Produk Makol, alas kaki, TPT, otomotif dan komponen, produk kimia, pertambangan serta kerajinan kulit kayu. Kegiatan ini dilakukan di masing-masing daerah yang dominan melakukan ekspor komoditi. Secara umum, dari 14 komoditi yang ditargetkan, tercapai 13 komoditi. Dengan demikian, capaian keberhasilan indikator ini dalam meningkatkan pertumbuhan ekspor non-migas adalah sebesar 92,86%. Tidak berhasilnya satu komoditi ekspor untuk diberikan bimbingan teknis disebabkan adanya alasan teknis.

Dalam pelaksanaan bimbingan teknis ini diperoleh informasi mengenai kendala yang dihadapi pelaku usaha terkait produksi dan pelaksanaan ekspor. Kendala yang paling banyak dihadapi adalah keterbatasan permodalan khususnya pelaku usaha berskala UKM dan bahan baku khususnya untuk alas kaki kulit. Dengan penyampaian informasi terkait kegiatan ekspor dari Pusat ke daerah dan sebaliknya, tentu saja akan memperlancar kegiatan ekspor yang akhirnya meningkatkan ekspor