• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISCOURSE PEMIKIRAN JAVA-INSTITUUT

E. Pemikiran Pribumi Jawa: Ranggawarsita dan Poerbatjaraka

E.3. Poerbatjaraka sebagai Anak Zaman Kemajuan

Sebelum masuk ke dalam pemikiran Poerbatjaraka, akan dijelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan zaman kemajuan, dan apa yang mencirikannya, sehingga dapat diketahui dengan jelas bahwa diri pribadi dan pemikiran Poerbatjaraka merupakan representasi kemajuan.

Setelah kemunculan novel Max Havelaar yang merepresentasikan keadaan masyarakat pribumi di bawah kejahatan kolonialisme, timbul gagasan baru. Gagasan baru tersebut mengenai pengaturan wilayah koloni di Hindia-Belanda. Gagasan tersebut adalah debat yang mengusulkan agar Hindia-Belanda dapat mandiri. Salah satu orientalis, Islamolog terkemuka yang menjabat penasehat urusan pribumi dan Arab, yaitu Snouck Hurgronje menghendaki agar Hindia-Belanda sebagai koloni Hindia-Belanda memiliki karakter rohaniah yang sama dengan Belanda sebagai negeri induknya.201 Apa yang telah dipikirkan oleh Snouck adalah penciptaan pribumi yang memiliki gagasan dan cara berpikir Barat.

Sebagai contoh pribumi yang berhasil diciptakan oleh Snouck adalah Achmad dan Hoesein Djajadiningrat, dan oleh Hazeu, yaitu Poerbatjaraka.

Zaman Kemajuan juga dicirikan dalam hal pengajaran bahasa Belanda. Di dalam studinya mengenai sejarah pengajaran bahasa Belanda, Groenebroer berpendapat bahwa bahasa Belanda pada abad XX mendapat nilai etis yang berfungsi sebagai bahasa sumber untuk dapat menyampaikan ilmu pengetahuan.202 Bahasa Belanda menjadi akses utama bagi Poerbatjaraka untuk mengenal dunia Jawa, dan melalui bahasa Belandalah pemikiran Jawanya dibentuk, dan diartikulasikan. Sebagai contoh yang baik adalah studi Poerbatjaraka yang berjudul ‘Agastya in Den Archipel’, contoh yang lain adalah pemakaian bahasa Belanda pada jurnal Djawa, yang diterbitkan Java-Instituut. Melalui bahasa Belanda tidak hanya menjadi bahasa sumber, tetapi terlebih dunia Jawa telah dipikirkan, dimaknai, dan diartikulasikan dalam bahasa Belanda. Kemampuan berbahasa Belanda menjadi persyaratan khusus bagi pribumi untuk mengenal dunianya sendiri, seperti Poerbatjaraka.

Setelah dimulai dengan biografi Ranggawarsita, dan Poerbatjaraka di atas, maka dalam bab ini akan dihadirkan pemikiran Poerbatjaraka yang menjadi representasi dari zaman kemajuan yang telah ia terima dari guru-guru Baratnya.

Pigeaud dalam memoriamnya, menggambarkan kehidupan Poerbatjaraka yang hidup pada masa transisi, yang mewakili dua dunia baik Jawa maupun Barat.203 Pada dua dunia inilah yang menjadi kekhasan pemikiran Poerbatjaraka. Pandangannya mengenai dunia Jawa menggambarkan seorang Poerbatjaraka

202ibid.,hal. 229.

sebagai seorang pribumi yang diwarisi oleh kesarjanaan Barat. Pandangan orientalis yang semula melekat pada ahli Barat, menjadi sebutan untuk Poerbatjaraka sebagai seorang pribumi.204 Kehidupan Poerbatjaraka sebagai seorang ahli Jawa menjadi bukti mengenai salah satu pergeseran studi-studi Jawa dari masa cultuurstelsel. Pengetahuan Jawa seperti sastra, bahasa, yang semula diajarkan untuk kepentinganeleves pada abad XIX,205 telah berubah menjadi alat pengajaran bagi pribumi untuk mengenal dirinya.206

Karya yang sangat penting dalam pemikiran Poerbatjaraka, di antaranya ialahAgastya In den Archipel. Karya ini menggambarkan kapasitas Poerbatjaraka sebagai seorang yang menguasai dengan baik dunia Jawa dari Barat, dan meninggalkan pengetahuan amatirnya. Karya ini merupakan sebuah sejarah Jawa, yang terbentuk melalui tokoh Agastya yang datang menyeberang dari India Selatan. Agastya ditempatkan sebagai penopang bagi sejarah Jawa, yaitu kehadiran Hindu di tanah Jawa. Diceritakan, Agastya menyeberang dengan kuda sembrani dari India Selatan menuju Jawa kemudian menyebarkan ajaran dewa Çiwa.207 Pencarian kedatangan Agastya di tanah Jawa dirunut dari perubahan-perubahan nama yang diperoleh Agastya dalam cerita Adiparwa. Kedatangan Agastya disamakan dengan Kumbayoni, yang kemudian berubah menjadi Durna, yang merupakan gambaran kedatangan Hindu di tanah Jawa, yaitu kedatangan ajaran Agastya. Perunutan nama Agastya tersebut menunjukkan keahlian Poerbatjaraka dalam filologi sangat besar. Filologi yang merupakan gambaran

204 P. Swantara, 2002: Dari Buku ke Buku, Sambung Menyambung Menjadi Satu, KPG, Jakarta. hal. 205.

205 Lihat Bab. II. 2.2.2. hal. 34-41.

206 Lihat kembali Bab II. hal. 27.

rasionalisme, kritisisme, dan liberalisme telah mampu menjelaskan dengan secara rasional sebuah ‘kata’ hingga ke akarnya dan maknanya. Filologi telah menjadikan Poerbatjaraka sebagai orang yang tercerahkan dalam rasionalitas Barat.

Batu tulis yang menunjukkan kehadiran dewa Çiwa adalah batu tulis Tuk Mas.208 Tempat yang paling mulia sebagai perwujudan dewa Çiwa adalah pendirian lingga di daerah yang dimaksud sebagai kunjara-kunja-deça. Jika disalin dalam bahasa Indonesiakunjara-kunja-deça menjadigadjah-hutan-daerah atau daerah hutan gajah; katagajah sama dengan alas-ing (sa) liman.209 Karena tempat didirikannya lingga itu ada di daerah hutan Saleman, maka dapat dipastikan bahwakunjara-kunja-deçaialah(wanua)-ing-alas-ing-Saliman.210

Di dalam pembahasan yang dilakukan oleh R. Goris, penyusunanAgastya In den Archipel ini bertujuan:

1.untuk membuktikan bahwa tokoh Agastya adalah tokoh yang popular di Jawa.

2. menunjukkan Agastya sebagai penjelmaan dewa Çiwa.211

Kedua tujuan tersebut menunjukkan bahwa tanah Jawa memiliki hubungan yang erat dengan India Selatan, yang menjadi asal usul peradaban Jawa. Pembicaraan mengenai Jawa, baik sejarah, bahasa, maupun sastra tidak pernah bisa berdiri sendiri, tetapi selalu saja mengacu pada pengelompokan-pengelompokan ras, rumpun-rumpun bahasa ke dalam kelompok bahasa di India

208ibid.,hal. 50.

209ibid., hal. 57-58.

210ibid.,hal. 56-58.

Selatan. India Selatan tempat asal Agastya menjadi tempat tanah Jawa diletakkan, diberi landasan untuk dipahami tidak hanya oleh orientalis Barat, tetapi juga oleh orientalis Jawa seperti Poerbatjaraka. Kebudayaan Jawa dihadapan para orientalis, seperti Goris, dan Poerbatjaraka hanya sebuah bangsa yang pasif yang hanya menerima setiap pengaruh yang dibawa oleh setiap bangsa yang datang. Kebudayaan Jawa tidak pernah diposisikan sebagai bangsa yang aktif. Hindu, Islam adalah kekuatan yang siap mengubah Jawa, dan terakhir Barat yang mengubah dengan pemahaman-pemahaman mengenai identitas Jawa.

Pada kesempatan sebagai pengulas disertasi Poerbatjaraka, Goris banyak sekali memberikan kritikan yang tajam dalam disertasi Poerbatjaraka. Kritikan tersebut antara lain, adanya kesalahan pemahaman teks, pernyataan yang tidak kritis, penggunaan bahan materi yang tidak perlu, serta penggunaan material yang tidak memiliki aturan.212 Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh Poerbatjaraka memberikan penjelasan bahwa pengetahuan Barat tidak cukup untuk memahami Pengetahuan Jawa. Walaupun Poerbatjaraka seorang Jawa yang besar di lingkungan istana dan menerima pengetahuan Barat, tidaklah cukup untuk menempatkan dia lebih baik dari pada orientalis Barat seperti Kern, atau Goris. Kritikan yang dilakukan oleh Goris memberi gambaran hubungan yang timpang antara orientalis Barat dan Jawa. Ahli-ahli Barat tetap menempati posisi yang superior baik dalam bahan materi maupun metode yang digunakan dalam analisis karya sastra Jawa, seperti Agastya. Namun, terlepas dari kesalahan-kesalahan Poerbatjaraka dalam disertasinya tersebut, ia adalah pribumi yang tercerahkan

yang sejak kecil hingga dewasa memiliki pengetahuan yang luas mengenai dunia Jawa, baik bahasa, maupun sastra, yang diwarisi dari metode-metode Barat. Di dalam diri Poerbatjaraka metode Barat telah meregenerasikan Jawa dalam bentuk yang baru, dan rasional.

Melalui Poerbatjaraka sebagai anak kemajuan dapat terlihat retakan-retakan sejarah studi Jawa abad XIX dan abad XX. Sistem pendidikan seperti Ranggawarsita tidak lagi dijalani oleh Poerbatjaraka, sebaliknya sistem pendidikan Barat telah menjadi jalan bagi Poerbatjaraka untuk mengenal Jawa, yang sebelumnya merupakan sistem pendidikan bagi eleves. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai pemikiran Poerbatjaraka yang menyoroti, dan mengkritik pemikiran Ranggawarsita. Melalui pemikiran Ranggawarsita akan merepresentasikan Poerbatjaraka sebagai anak kemajuan, yang menerima pendidikan, dan metode Barat.

E.4 Ranggawarsita dan Poerbatjaraka: Antara Batas-Batas Kemajuan Barat