• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PRAKTIK EMPIRIK

C. K AJIAN P RAKTIK P ENYELENGGARAAN , K ONDISI YANG A DA DAN P ERMASALAHAN

5. Potensi Sumber Daya Buatan

Potensi sumber daya buatan Daerah Istimewa Yoyakarta berupa jaringan infrastruktur. Pada tahun 2012, Daerah Istimewa Yogyakarta menerima penghargaan Penilaian Kinerja Pemerintah Bidang Pekerjaan Umum (PKPD-PU) dalam bidang pekerjaan umum sub bidang pengelolaan sumber daya air, bidang pekerjaan umum sub bidang bina marga, dan bidang pembinaan jasa konstruksi88.

a. Infrastruktur Transportasi

Kondisi transportasi darat di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat dari ketersediaan jaringan jalan serta moda transportasi.Pada tahun 2012, total panjang jalan di Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 5.295,35 km, terdiri dari 235,27 km jalan negara, 1.403,87 km jalan provinsi, dan 3.656,21 km jalan kabupaten/kota. Tingkat kondisi jalan secara keseluruhan tergolong baik. Berikut ini tabel kondisi jalan Daerah Istimewa Yogyakarta.89

88 PU DIY, “Daerah Berprestasi Raih Penghargaan PKPD-PU”, http://www.pu.go.id/main/view_pdf/8056, diakses 17 Februari 2015.

89 Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka 2013.

Tabel Kondisi Jalan di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 Sumber: Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka 2013

Bila dilihat kondisi jaringan jalan saat ini, berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 630 Tahun 2009 serta Keputusan Gubernur Nomor 150 Tahun 2012 terdapat 114,803 km jalan arteri dan 727.698 km jalan kolektor di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Berikut ini tabel jalan arteri dan jalan kolektor di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014.90

Tabel Panjang Jalan Arteri dan Kolektor di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2014

Progo Jln Kol Sugiyono (Wates) 0,66 Kulon

Bantul Jalan Arteri Selatan

(Yogyakarta) 18,32

Sleman Tempel/Salam (Bts Prov Jateng) - Bts Kota

Sleman 7,39

Sleman Jln Pemuda (Sleman) 7,31 Sleman Bts Kota Sleman - Bts

Kota Yogyakarta 5,64 Sleman Jln Pramuka (Sleman) 1,27 Sleman Jln Wahidin Sudiro

Husodo (Sleman) 0,77

90 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 630 Tahun 2009 dan Keputusan Gubernur Nomor 150 Tahun 2012.

N

Sleman Jalan Arteri Utara Barat

(Yogyakarta) 8,48

Sleman Jln Arteri Utara

(Yogyakarta) 9,95

Sleman Janti (Yogyakarta) - Prambanan (Bts Prov

Jateng) 9,90

Sleman Bts Kota Yogyakarta -

Janti (Yogyakarta) 2,09

2 Kolektor 1

bantul Yogyakarta - Piyungan 8,76 bantul Piyungan - Bts Kab

(Lingkar Utara Wonosari) 8,61 Gunungki

Bantul Yogyakarta - Bts Kota

Bantul 6,38

Bantul Jln Pemuda (Bantul) 1,81 Bantul Jln Kol Sugiyono

(Bantul) 1,36

Bantul Jln Brigjen Katamso

(Bantul) 1,76

Bantul Jln P Senopati (Bantul) 1,80 Bantul Bantul - Sp Weden 4,44 Bantul Sp Weden - Bakulan 1,49 Bantul Bakulan - Kretek 9,09 Bantul Kretek - Parangtritis 6,36

3 Kolektor 2

Progo Milir-Dayakan 3,60

N

dul Gading-Playen 2,95

Gunungki

dul Playen-Gledag 3,99

Sleman Yogyakarta-Pulowatu 11,30

4 Kolektor 3

Bantul Yogyakarta-Barongan 9,80

Bantul Barongan-Bibal 9,80

Bantul Sedayu-Pandak 15,20

Bantul Bantul-Srandakan 7,45 Bantul Palbapang-Samas 12,65 Bantul bakulan-Barongan 3,18 Bantul Dawung-Makam imogiri 1,60 Bantul Sampakan-Singosaren 15,00 Bantul Imogiri-Dodogan 14,40

Bantul Patuk-Terong 6,00

Bantul Terong-Dlingo 6,40

Bantul Siluk-Kretek 10,50

Kulon

Progo Dayakan-Pengasih 0,86 Kulon

Progo Sentolo-Pengasih 6,70 Kulon

Progo Pengasih-Sermo 5,60

Kulon

Progo Sermo-Klepu 2,27

Kulon

Progo Kebonagung I –

Nanggulan 0,80

Kulon

Progo Nanggulan-Tegalsari 11,75 Kulon

Progo Tegalsari-Klepu 19,95 Kulon

Progo Klepu-Siluwok 8,16

Kulon

Progo Kebonagung II -Dekso 1,00 Kulon

Progo

Dekso-Samigaluh-Pagerharjo 17,10

Kulon

Progo Sentolo-Dekso 15,12

Kulon

Progo Dekso-Klangon 11,38

Kulon

Progo Sentolo-Brosot 16,85

Kulon

Progo Brosot-Toyan 13,50

N

Progo Karangnongko-Nagung 3,45 Kulon

Progo Nagung-Cicikan 4,80

Kulon

Progo Demen-Glagah 2,65

Gunungki

dul Playen-Paliyan 8,92

Gunungki

dul Paliyan-Saptosari 5,30

Gunungki

dul Legundi-Panggang 3,00

Gunungki

dul Bibal-Panggang 5,80

Gunungki

dul Panggang-Girijati 11,33 Gunungki

dul Dodogan-Playen 9,40

Gunungki

dul Wonosari-Mulo 5,90

Gunungki

dul Mulo-Tepus 15,52

Gunungki

dul Mulo-Baron 14,29

Gunungki

dul Wonosari-Karangmojo 7,00 Gunungki

dul Karangmojo-Semin 14,03

Gunungki

dul Karangmojo-Ponjong 5,00 Gunungki

dul Ponjong-Tambakromo 9,50 Gunungki

dul Semin-Bulu 8,41

Gunungki

dul Semin-Blimbing 5,68

Gunungki

dul Pandanan-Candirejo 3,47 Gunungki

dul Wonosari-Nglipar 7,69

Gunungki

dul Sambipitu-Nglipar 10,79 Gunungki

dul Nglipar-Semin 20,20

Gunungki

dul Ngalang-Hargomulyo 7,70

N

dul Hargomulyo-Watu Gajah 4,80 Gunungki

dul Jepitu-Wediombo 5,06

Gunungki

dul Jerukwudel-Ngungap 4,04 Gunungki

dul Jerukwudel-Sadeng 9,63

Gunungki

dul Purwodadi-Pantai Siung 3,00 Sleman Yogyakarta-Kaliurang 26,09 Sleman Yogyakarta-Kebon Agung

I 15,60

Sleman Prambanan-Piyungan 10,30 Sleman Prambanan-Pakem 20,57

Sleman Pakem-Sedogan 13,54

Sleman Klangon-Tempel 22,48

Sleman Tempel-Sedogan 1,30

Sleman Mlati-Cebongan 4,00

Sleman Cebongan-Seyegan 3,00 Sleman Seyegan-Balangan 5,00 Sleman Balangan-Kebon Agung

II 5,25

Sumber: Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 630 Tahun 2009 dan Keputusan Gubernur Nomor 150 Tahun 2012

Pada jaringan jalan kereta api, Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki potensi berupa jaringan rel kereta api yang tidak aktif (berpotensi untuk diaktifkan). Terdapat beberapa jaringan rel kereta api yang tidak aktif, yaitu jalur kereta api Yogyakarta - Secang dan jalur Yogyakarta - Palbapang. Jalur ini ditutup akibat tidak mampu bersaing dengan kendaraan pribadi. Saat ini kebutuhan angkutan massal seperti kereta api sangat dibutuhkan dan diprediksi tingkat kebutuhannya akan semakin meningkat di masa yang akan datang. Apalagi saat ini masalah kemacetan menjadi semakin serius sehingga peran angkutan massal sangat dibutuhkan. Jaringan rel kereta api yang tidak difungsikan bisa berpotensi untuk mengatasi masalah kemacetan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.91

91 Tempo, “Rencana Reaktivasi Rel Kereta Perkotaan Yogya”, http://goo.gl/bsBLiz, diakses 17 Februari 2015.

Potensi infrastruktur transportasi udara di Daerah Istimewa Yogyakarta berupa bandar udara. Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal sebagai destinasi wisata nomor 2 (dua) di Indonesia setelah Bali sehingga mampu mendatangkan jutaan wisatawan domestik dan mancanegara setiap tahunnya.92 Sektor pendidikan dan bisnis pun juga menjadi salah satu faktor bertambahnya pengunjung Daerah Istimewa Yogyakarta. Transportasi udara saat ini menjadi salah satu moda transportasi yang sangat diminati masyarakat. Selain lebih cepat dan nyaman, moda transportasi ini mampu menghubungkan daerah yang sangat jauh dengan cepat. Kegiatan ekspor kerajinan lokal pun terbantu dengan adanya transportasi udara. Terbukti dengan jumlah penerbangan yang mencapai 74 penerbangan perharinya yang terdiri dari penerbangan domestik dan internasional.93 Pembangunan dan pengembangan bandara baru di Temon, Kulon Progo telah direncakan dan telah dilaksanakan oleh pemerintah pusat agar dapat melayani kebutuhan pergerakan melalui jalur udara.94 Bandara dengan luas lahan sekitar 637 ha direncanakan mampu menampung 20 juta penumpang domestik dan internasional dalam setahun, serta mampu melayani kegiatan kargo sebesar 55.380 ton per tahun.95

92 Kementerian Dalam Negeri, “Profil Provinsi DIY”, http://goo.gl/mFyBjo, diakses 17 Februari 2015.

93 PSPPR, Op.cit.

94 Keputusan Menteri Perhubungan No. 1164 Tahun 2013 tentang Penetapan Lokasi Bandar Udara Baru di Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta.

95 Kompas, “Harga Tanah Melangit, Lokasi Bisa Pindah”, http://goo.gl/0DFcv6, diakses 17 Februari 2015.

Gambar Peta Jalan dan Rel Kereta Api di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2014 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014

b. Infrastruktur Air Bersih

Kebutuhan air bersih penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta dipenuhi dengan pemanfaatan air tanah yang dilakukan sendiri oleh penduduk, juga dilayani oleh 5 Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang dikelola pemerintah dan 1 perusahaan air minum yang dikelola swasta96. Sumber air yang diolah oleh PDAM untuk disalurkan kepada masyarakat berasal dari sungai, waduk, mata air, dan air tanah. Berikut ini tabel volume air yang diolah PDAM Daerah Istimewa Yogyakarta menurut sumber air pada tahun 2010 hingga tahun 2012.97

Tabel Volume Air yang Diolah PDAM Daerah Istimewa Yogyakarta Menurut Sumber Air Tahun 2010-2012

No. Sumber Air Volume (m3) 2010 2011 2012

1 Sungai 6.413 7.123 6.281

2 Waduk 488 503 563

3 Mata air 7.529 5.631 9.478

4 Air tanah dan lainnya 24.719 26.521 21.071 Jumlah 39.149 39.778 37.393 Sumber: Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka Tahun 2013

Volume air bersih yang diolah oleh PDAM dari berbagai sumber, baik sungai, waduk, mata air, air tanah, dan sumber lainnya mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Volume air yang diolah sesuai dengan kebutuhan air bersih yang kemudian disalurkan kepada masyarakat.

Pada tahun 2010 total air yang diolah mencapai 39.149 m3, meningkat menjadi 39.778 m3 pada tahub 2011, dan mengalami penurunan menjadi 37.393 m3 pada tahun 2012. Dari tahun ke tahun sebagian besar air yang diolah bersumber dari air tanah. Pada tahun 2012 volume air yang bersumber dari air tanah mencapai 21.071 m3 atau sebesar 56,35%.

Volume air yang disalurkan kepada konsumen mencapai 37.393.000 m3 pada tahun 2012. Penggunaan air bersih terbanyak

96 Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka 2013, hlm. 324.

97 Ibid.

adalah untuk keperluan non niaga, khususnya keperluan rumah tangga.

Dari tahun ke tahun memang pemanfaatan air bersih terbanyak adalah untuk keperluan rumah tangga hingga tahun 2012 mencapai 20.841.000 m3 atau 55,74%. Dibandingkan dengan penyaluran air bersih untuk keperluan rumah tangga pada tahun 2005, terjadi peningkatan sebesar 9,69%. Selain keperluan non niaga, air bersih ini juga dimanfaatkan untuk keperluan sosial, niaga dan industri, serta keperluan lainnya. Berikut ini tabel jumlah air bersih yang disalurkan PDAM tahun 2012.

Tabel Jumlah Air Bersih yang Disalurkan Perusahaan Air Minum Menurut Jenis Konsumen

di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 No. Jenis Konsumen Jumlah (ribu

m3) Persentase (%)

1 Sosial 894 2,39

2

Non Niaga

a Rumah Tangga Klasifikasi A-D 20.841 55,74 b Instansi Pemerintah 1.043 2,79

3 Niaga dan Industri 708 1,89

4 Lainnya 185 0,49

Susut 13.722 36,70

Jumlah 37.393 100,00

Sumber: DIY Dalam Angka Tahun 2013

hasil proyeksi, kebutuhan air minum di Daerah Istimewa Yogyakarta di tahun 2029 perharinya mencapai 829.412 m3 atau 302.735.236 m3 dalam satu tahun. Melihat kondisi tersebut maka potensi air bersih di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dikembangkan dengan menjaga kelestarian sungai, waduk, mata air, serta air tanah.

Berikut ini tabel proyeksi kebutuhan air minum di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014, 2019, 2024, dan 2029.98

98 PSPPR, Op.cit.

Tabel Proyeksi Kebutuhan Air Minum di Daerah Istimewa

(jiwa) 898.254,25 945.035,00 997.26550 1.055.585,0 0

(m3/hari) 116.773,05 122.854,55 129.644,52 137.226,05 Kebutuha

n

perdesaan

(m3/hari) 269.476,28 283.510,50 299.179,65 316.675,50 Jumlah

Kebutuha n

(m3/hari) 386.249,33 406.365,05 428.824,17 453.901,55 Non

domestik 115.874,80 121.909,52 128.647,25 136.170,47 Kebocora

n 115.874,80 121.909,52 128.647,25 136.170,47 Cadangan

656.623,86 690.820,59 729.001,08 771.632,64

Total

Uraian Tahun

2014 2019 2024 2029

(m3/tahu n)

Sumber: Analisis, 2014