• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pra-Induksi untuk Keberhasilan Sesi Hipnosis

Dalam dokumen The Art of Ericksonian Hypnosis (Halaman 112-119)

Hipnosis adalah kerja bersama yang melibatkan dua pihak, yakni operator dan subjek, untuk mewujudkan situasi tertentu demi tujuan tertentu. Subjek dalam hipnosis bisa satu orang bisa lebih, namun panduan ini akan

membatasi diri pada tindakan hipnosis dengan satu subjek.

Dengan sugesti sebagai perangkat utama, kerja bersama antara dua pihak ini hanya bisa berjalan mulus jika ada kerjasama. Dan kerjasama hanya bisa dipastikan jika kedua pihak saling nyambung.

Anda tidak akan bisa bekerjasama dengan orang lain jika antara anda dan orang itu tidak nyambung. Ini berlaku baik untuk kepentingan eksperimen maupun untuk kepentingan terapi.

Salah satu tujuan penting dari pra-induksi adalah untuk menciptakan kondisi

nyambung antara anda dan subjek hipnosis anda. Mungkin anda baru

bertemu sekali itu dengan subjek anda, mungkin ia kawan dekat anda, mungkin ia keluarga anda. Siapa pun dia, anda harus membuatnya nyaman berhadapan dengan anda.

Upaya membuat nyaman itu tidak perlu diartikan bahwa anda selalu harus bertindak sopan sekali, atau tampak siap melayani subjek dan

memperlakukan subjek adalah raja, sama persis dengan penjual yang memperlakuan prinsip pembeli adalah raja. Itu keliru.

nyaman bagi subjek untuk menerimanya. Jika ia nyaman dengan cara ditantang, penuhi kebutuhannya.

Mengumpulkan informasi

Sebelum memulai sesi hipnosis, penting bagi anda memperoleh informasi yang memadai tentang siapa subjek anda, apa hobinya, apa kesukaannya, apa kebiasaannya, apa yang menjadi tujuannya, apa yang ia lakukan sehari-hari di waktu senggang, apa hal yang ingin ia lakukan tetapi ia tidak memiliki kesempatan untuk melakukannya, dan sebagainya.

Ketika anda mendapatkan informasi yang memadai tentang siapa subjek anda, itu akan memudahkan bagi anda untuk menentukan dengan pendekatan apa anda akan menjalankan sesi hipnosis. Anda akan bisa memutuskan

dengan teknik apa anda akan membimbingnya memasuki trance, dengan cara bagaimana anda akan menyampaikan sugesti, atau fenomena hipnotik apa yang bisa anda munculkan pada subjek dan sesuai dengan kebutuhannya.

Pendekatan yang tepat saya membantu keberhasilan anda. Dan anda akan bisa melakukan hipnosis dengan pendekatan yang tepat jika anda memiliki informasi cukup memadai tentang subjek anda. Itulah salah satu tujuan pra-induksi, atau tanya-jawab yang anda lakukan dengan subjek sebelum induksi trance dijalankan.

Jadikan diri anda “sama” dengan subjek anda

Selain untuk mendapatkan informasi tentang subjek anda, tujuan penting lainnya dari pra-induksi adalah untuk mengembangkan keadaan nyambung antara anda dan subjek. Ini sangat diperlukan karena nanti subjek akan berada dalam kondisi trance dan kehilangan kontak dengan lingkungannya. Keadaan nyambung ini penting karena pada saat itu satu-satunya

keterhubungan dia dengan apa yang ada di luar dirinya adalah dengan anda dan suara anda. Memastikan berkembangnya keterhubungan antara anda dan subjek anda, karenanya menjadi prasyarat penting bagi keberhasilan sesi hipnosis anda.

Sebetulnya mudah saja kita memahami pra-induksi ini dalam bahasa keseharian, yakni anda menjadi orang yang bisa dipercaya, anda menjadi teman dekat, anda menjadi orang yang mampu memberikan rasa aman, atau anda mampu menjaga rahasia subjek anda. Jika anda bisa seperti itu, maka komunikasi antara anda dan subjek akan nyambung.

Cara efektif untuk mengembangkan keterhubungan dengan subjek adalah menjadikan diri anda “sama” dengan subjek. Anda ingat pepatah burung yang sama hingga di cabang yang sama. Ketika anda “sama” dengan subjek anda, ia akan lebih terbuka menerima anda.

Untuk membuat diri anda “sama” dengan subjek anda, peribahasa ini bisa anda jadikan pegangan: Masuk ke kandang kambing mengembik, masuk ke kandang harimau mengaum.

Jadi, gunakan bahasa subjek anda, baik bahasa lisan maupun bahasa tubuh. Samakan bahasa anda dengan bahasa subjek anda. Dalam NLP, istilah ini disebut mirroring. Ketika berhadapan dengan anda, subjek anda seperti berhadapan dengan cermin.

Erickson, dalam cara yang tidak mencolok, sering menggunakan bahasa subjeknya, baik tatabahasanya, intonasinya, aksen-aksennya, bahkan kekasaran cara penyampaiannya. Ia sering menggunakan sampai yang sekecil-kecilnya. Ketika subjek sering menggunakan “hmmm” misalnya, ia juga akan mengembangkan komunikasi dengan cara banyak menggunakan “hmmm”.

Anda juga perlu mengembangkan kecakapan “menyamakan diri” dengan subjek, tentu saja dalam cara yang tidak mencolok, sehingga subjek tidak menyadari tetapi bawah sadar subjek bisa menangkap bahwa anda “sama” dengannya.

Menanamkan kepercayaan dan rasa aman

Sebaik apa pun terbangunnya keterhubungan anda dengan subjek anda, mungkin tetap saja tebersit dalam pikirannya ketakutan bahwa dalam sesi hipnosis ia akan membongkar seluruh rahasianya. Ia mungkin

mengembangkan kecemasan bahwa hipnosis akan membuatnya kehilangan kontrol atas dirinya dan ia tidak memiliki kehendaknya sendiri.

“Perlindungan kepada subjek semestinya diberikan secara tepat baik dalam keadaan sadar maupun dalam trance,” kata Erickson. “Dan yang terbaik adalah memberikannya secara tidak langsung ketika ia sadar dan lebih langsung ketika ia trance.”

Milton menyampaikan bahwa ada teknik-teknik yang simpel dan mudah dilakukan untuk memastikan perasaan aman pada subjek. Perhatikan bagaimana Erickson tetap menggunakan teknik tak langsung untuk memberikan perasaan aman kepada subjek. Bagaimanapun, ia yang

pendekatan tersebut untuk kepentingan apa saja. Dan ia selalu tahu efek apa yang dihasilkan melalui sugesti-sugestinya.

Teknik pertama, anda meminta subjek, dalam keadaan trance ringan,

untuk memimpikan pengalaman yang paling menyenangkan dan

menikmati pengalaman itu. Selanjutnya anda meminta subjek melupakan saja mimpi itu dan baru memunculkannya nanti, atas kehendaknya

sendiri, ketika situasi membutuhkan ingatan akan mimpi tersebut. Sugesti semacam ini, selain memberikan rasa aman (subjek bisa melupakan atau menggunakan ingatan atas kehendak sendiri), juga akan menjadi landasan bagi subjek untuk nanti mengembangkan deep trance.

Teknik kedua, anda membuat sugesti negatif, yakni meminta subjek

dalam trance ringan untuk menyembunyikan satu item informasi dari anda. Akan lebih baik jika item ini adalah sesuatu yang tidak sepenuhnya diakrabi oleh si subjek sendiri. Misalnya siapa di antara kerabatnya yang memiliki kemiripan dengannya, atau apa nama depan kawan masa

kecilnya. Jadi, melalui pengalaman aktual bahwa ia bisa menyembunyikan

sesuatu, subjek mendapati bahwa dirinya bukanlah robot. Teknik ketiga, sampaikan penghargaan atas kerjasamanya. Ada

kebutuhan manusia untuk mendapatkan perhatian atau pengakuan atas keberhasilan mereka. Dalam pengalaman Erickson, apresiasi lebih baik diberikan pertama-tama ketika subjek dalam kondisi trance dan

selanjutnya ketika ia sadar. Jika pengungkapan apresiasi tidak mungkin diberikan pada saat itu, subjek bisa menerimanya dalam situasi lain ketika memungkinkan.

Ide dasar dari ketiga teknik tersebut adalah bahwa dalam keadaan trance subjek tetap bisa mengendalikan dirinya, ia tidak kehilangan kesadarannya, dan ia dihargai. Ini hal-hal yang sangat dibutuhkan oleh subjek untuk bisa menjalani sesi hipnosis dengan tenteram. Anda tentu saja boleh menjamin perasaan aman subjek anda dengan cara anda sendiri.

Jadikan diri anda teman bicara yang menyenangkan

Bayangkan saja anda sedang ngobrol dengan orang yang anda percaya, anda akan bisa menyampaikan banyak hal dengan santai, dan tidak ada masalah anda menyampaikan sejumlah informasi kepadanya. Terbangunnya

keterhubungan, atau komunikasi yang nyambung, antara anda dan subjek anda amat diperlukan demi mulusnya kerjasama anda berdua dalam sesi hipnosis nanti.

Anda bisa bercakap-cakap santai dengan subjek anda. Jika ia tampak gelisah, anda bisa mengambil kegelisahannya. Katakan, “Kau santai saja, biar aku yang sedikit gelisah. Aku yang harus melakukan sesuatu untukmu.”

Baik dalam sesi eksperimen maupun dalam terapi, anda membutuhkan kerjasama dari subjek. Jadi gunakan pra-induksi sebaik-baiknya untuk memuluskan keberhasilan kerjasama anda dan subjek anda.

Orang yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan sesi hipnosis di tahap pra-induksi adalah anda. Anda yang akan menjadi operator hipnosis, anda yang akan membimbing subjek agar ia mulus memasuki trance. Karena itu dibutuhkan fleksibilitas di pihak anda untuk menghadapi subjek dengan kepribadian seperti apa pun, dengan kebiasaan seperti apa pun, dengan perangai seperi apa pun. Andalah yang harus menyesuaikan diri dengan subjek. Anda yang harus mengakrabkan diri dengan peribahasa “masuk ke kandang kambing mengembik, masuk ke kandang harimau mengaum”. Anda yang harus melakukan upaya untuk menjadikan diri anda satu golongan dengan subjek anda. Dan keluwesan seorang operator diperlukan di sini untuk menjadikan dirinya secara mudah membangun keterhubungan dengan subjek.

Pra-induksi dalam percakapan informal

Anda tidak harus formal melakukan pra-induksi. Bahkan dalam sesi terapi, tahap pra-induksi mestinya bisa anda jalankan serileks mungkin. Berikut adalah contoh pra-induksi tidak formal yang saya lakukan terhadap subjek.

Suatu hari saya dolan ke kantor lama, penerbit buku Mediakita. Ada

beberapa kantor penerbitan tempat itu dan Mas Moelyono, pemimpin redaksi Visimedia, dengan antusias mengajak bicara soal hipnosis. Visimedia banyak menerbitkan buku-buku hipnosis, dan sebagai pemimpin redaksi penerbitan tersebut, Mas Moelyono tentu saja sudah membaca naskah-naskah yang ia terbitkan. Ia memiliki pemahaman luas tentang hipnosis berkat buku-buku yang ia terbitkan.

Ia kemudian mempraktekkan beberapa cara menghipnotis, beberapa kali berhasil. Ia menerapkan teknik-teknik uji sugestibilitas, beberapa kali berhasil. Namun pada salah satu rekan kerjanya, ia tidak berhasil. Uji sugestibilitas yang dilakukannya gagal.

“Dia ngeyelan, Mas,” katanya. “Disugesti nggak mau nurut. Coba kalau anda yang melakukannya.”

Saya tanyakan kepada Denny, yang dianggap ngeyelan, apakah ia memang ingin membantah sugesti.

Denny menceritakan bahwa waktu itu ia diminta membayangkan ada lem yang kuat sekali menyatukan jari telunjuk dan ibujarinya sehingga kedua jari tersebut melekat dan ia tidak bisa membukanya. Uji sugestibilitas dilakukan, tetapi Denny dengan mudah bisa memisahkan ibujari dan jari telunjuknya. “Saya tidak merasakan adanya lem, sehingga dengan mudah bisa saya buka,” kata Denny.

“Nah, dia ngeyel seperti itu,” kata Mas Moel. “Diminta membayangkan lem dia tidak mau membayangkan.”

Mereka berdua berdebat tentang itu. Saya tanyakan kepada Denny, apakah sebetulnya dia pengen dihipnotis. “Saya pengen,” katanya. “Hanya ketika itu saya tidak melihat ada lem.”

“Ya, sampean sudah dengar sendiri, Mas, dia ingin dihipnotis,” kata saya kepada Mas Moelyono. “Sekarang dicoba lagi, beri tahu bagaimana memasuki trance.”

“Nggak mau saya,” kata Mas Moel. “Dia ngeyel sekali.”

“Dia mau, kok, dia pengen... dia pengen mengalami situasi trance,” kata saya.

Pemimpin redaksi tampaknya sungkan, atau tidak mau dibantah dua kali oleh orang yang sama.

“Kenapa anda menolak orang yang pengen mengalami hipnosis?” tanya saya.

Pak Pemimpin Redaksi tetap mengatakan bahwa Denny suka membantah sugesti. Saya memintanya membuktikan apakah benar dia tidak mau mengikuti sugesti seperti yang ia katakan.

“Tapi dia beriman pada saya,” kata saya.

Kami tertawa.

“Dia mempercayai saya, dan dia bisa mengikuti apa yang saya katakan. Saya tidak pernah melihat dia sebagai orang yang membangkang. Kami pernah satu kantor dan dia selalu mengikuti apa yang saya katakan.”

Kemudian saya tanyakan kepada Denny apakah dia benar-benar ingin merasakan pengalaman trance. Denny mengiyakan.

“Sekarang duduklah di sini, di kursi ini, santai saja,” kata saya. “Kedua tanganmu di atas paha.”

Denny duduk dengan sikap seperti yang saya sampaikan.

“Atau lebih enak kau di kursi itu saja, Den,” kata saya sambil menunjuk kursi di seberang saya.

Dia pindah duduk ke kursi yang saya tunjuk.

“Oke kita mulai,” kata saya. “Tapi di kursi ini kau bisa lebih enak kelihatannya.”

Dia pindah ke kursi lain di sebelah diri saya. Mengatur duduknya seperti yang saya sampaikan di awal.

“Atau kita bertukar kursi?” tanya saya. “Di kursi ini pemandangannya lebih baik. Jadi kau di kursiku dan aku di kursimu.”

Dan kami bertukar kursi.

Jadi dalam beberapa menit, saya memperlihatkan bahwa subjek adalah orang yang selalu menuruti semua perkataan saya. Dan Denny membuktikan bahwa dirinya memang seperti itu.

Selanjutnya, sesi berjalan sangat mudah, karena subjek benar-benar bisa menerima sugesti-sugesti yang saya sampaikan.

Dalam dokumen The Art of Ericksonian Hypnosis (Halaman 112-119)