• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Induksi Trance

Dalam dokumen The Art of Ericksonian Hypnosis (Halaman 106-112)

Sesuai dengan judul bab pembuka bagian kedua ini, langsung saja kita membahas bagaimana cara menjalankan prosedur induksi trance. Untuk itu saya akan memberikan transkrip yang saya ambilkan dari satu contoh induksi trance yang saya lakukan terhadap salah satu subjek saya, sebut saja ia Pram. Namun, harap diingat, apa yang saya sebut prosedur ini pun bukan

keharusan. Ini hanya prosedur yang umum kita jumpai dalam sesi hipnosis formal, artinya bukan dalam kondisi darurat atau improvisasi di jalanan. Oke kita mulai.

Langkah standar dalam dalam sesi hipnosis adalah anda meminta subjek

duduk di kursinya, kedua kaki menapak di lantai, kedua tangan di atas paha.

Ini yang saya sampaikan kepada Pram:

“Sekarang, duduk nyaman saja di kursimu, kedua kaki menapak di lantai... ya begitu... kedua tangan di atas paha... (beri contoh jika perlu)....”

Fokuskan perhatian subjek. Pada saat subjek sudah duduk di kursi dalam

cara sebagaimana yang anda inginkan, langkah anda selanjutnya adalah memfokuskan perhatian subjek. Paling gampang adalah meminta subjek melihat ke satu titik, atau satu benda yang ada di depannya, apa saja terserah anda..

“Pandanganmu lurus ke depan, Pram. Pilih satu titik, apa saja, dan arahkan pandanganmu ke titik itu. Kau boleh memandang gagang pintu, atau gelas, atau hidung orang di kalender itu... apa saja. Oke... hidung orang di kalender itu... ya begitu, Pram...

“Sekarang, selagi aku bicara, Pram, pandanganmu terus ke titik itu.... Dan pastikan bahwa pandanganmu terus ke sana agar telingamu tidak bergeser-geser. Itu telinga yang mendengar suaraku, dan kepada telingamu aku bicara... maka pastikan bahwa ia tetap di tempatnya menyimak suaraku. Ia bisa mendengar suara apa saja, tetapi sekarang, karena aku bicara padanya, ia bisa memilih mendengar hanya suaraku.... “Atau ia bisa memilih tidak mendengar sama sekali suara apa pun, itu baik juga... sebab bawah sadarmu menyimak suaraku, Pram.... Ia dalam jangkauan dan ia menyimak hanya suaraku.

“Dan, Pram, aku tidak peduli pada apa pada pikiranmu. Ia bisa berpikir tentang apa saja, atau mengembara ke mana saja... atau ia bisa tidur saja jika lelah, bukankah ia mudah kelelahan....? Sekarang aku hanya peduli pada bawah sadarmu. Ia selalu waspada dan menyimak apa yang kukatakan dan ia paham apa yang kukatakan dan sekali waktu perlu bagimu untuk memberi kesempatan kepada bawah sadarmu

memunculkan apa yang ia ingin munculkan.”

Apa selanjutnya? Anda bisa memberinya gagasan tentang duduk di kursi dan

menikmati kenyamanan. Penting membuat subjek bisa duduk dengan

nyaman. Caranya bisa bermacam-macam. Yang penting, anda memberinya gagasan tentang kenyamanan. Anda bisa mengatakan:

“Oke, sekarang yang penting kau bisa mempertahankan kenyamananmu, menikmati kenyamanan kursi yang menopangmu. Itu kursi yang kokoh, dengan kaki-kaki yang sanggup menyangga tubuhmu, menyangga pikiranmu, menyangga seluruh perasaanmu. Karena ia kokoh, ia bisa memberimu kenyamanan. Dengan kata lain, ia sanggup menyangga keseluruhan dirimu.

“Pada kursi yang kokoh, yang berfungsi dengan beres, kau bisa menaruh seluruh kepercayaan kepadanya.... Maka, kau bisa duduk saja dengan seluruh kepercayaan diri bahwa kau bisa menikmati kenyamanan. “Sekarang, Pram, kau bisa menikmati kenyamananmu?”

“Bisa...”

“Kau hanya perlu mengangguk ya atau menggeleng tidak. Kau tidak perlu bersuara sama sekali. Suaramu mungkin akan mengganggu bawah sadarmu. Aku bicara pada bawah sadarmu dan ia menjawab dengan

mengangguk ya atau menggeleng tidak... Ia juga bisa mengangkat telunjuk kanan (menyentuh telunjuk kanan) untuk ya atau mengangkat telunjuk kiri tidak.... Kau paham, Pram?

(Mengangguk)

“Ya... begitu... Hanya dengan isyarat mengangguk atau menggeleng atau mengangkat jari telunjuk kanan ya atau mengangkat jari telunjuk kiri tidak... Dan bawah sadarmu memilih gerakan kepala.

“Dan kautahu, Pram, itu isyarat yang diperlukan agar kita saling memahami.... komunikasi berjalan baik jika kita saling memahami, bukan?

(Mengangguk)

Menanamkan landasan tentang komunikasi yang baik, tentang perlunya

saling memahami dalam komunikasi, dan tentang bagaimana respons yang tepat akan menjamin berlangsungnya komunikasi yang baik. Ini disampaikan untuk mengikis, jika ada, perilaku resisten pada subjek.

“Bagus, Pram.... Kau memberi kepastian bahwa komunikasi bisa berjalan dengan baik. Aku menyampaikan sesuatu dan kau merespons dengan isyarat yang bisa kutangkap. Kau menyampaikan sesuatu... bawah sadarmu menyampaikan sesuatu... dan karena aku bisa

menangkap apa yang kausampaikan, maka aku bisa merespons dengan baik apa yang disampaikan oleh bawah sadarmu....

“Sekarang, Pram, kautahu bahwa yang penting dalam komunikasi adalah respons yang memadai, yang bisa ditangkap oleh orang lain yang bicara denganmu... Dan bawah sadarmu bisa merespons dengan baik setiap informasi yang ia terima. Ia memiliki kecakapan untuk melakukannya.... “Dan sekarang, Pram, teruslah menikmati kenyamananmu....

Menyampaikan gagasan tentang pikiran sadar dan bawah sadar. Membuat

pemisahan di antara keduanya dan memberi gagasan tentang otonomi bawah sadar.

“Dan kautahu, Pram, hipnosis adalah kesempatan bagimu untuk berlaku adil kepada bawah sadarmu. Ia perlu mengungkapkan dirinya secara

sadarmu selalu menekannya dan tak membiarkan ia bebas

mengungkapkan diri. Bawah sadarmu tahu lebih banyak ketimbang apa yang kauketahui.

“Mungkin pikiran sadarmu memaksa ingin tahu apa yang dilakukan oleh bawah sadarmu, tetapi itu terserah kepada bawah sadarmu... untuk menyembunyikannya dari pikiran sadarmu atau tidak. Bawah sadarmu memiliki keputusan sepenuhnya untuk merahasiakan jika ia ingin merahasiakannya dari pikiran sadarmu. Ia tahu apa yang seharusnya dilakukan, ia bahkan bisa membuat pikiran sadarmu tidak tahu sama sekali apa yang terjadi....

“Jadi, Pram, sekali kau mempercayai bawah sadarmu, ia selalu bisa kaupercaya.... Ia akan mewujudkan segala sesuatu dengan kecepatannya sendiri. Kau bisa tidur pada saatnya, bawah sadarmu tahu itu.... seperti matahari terbenam pada saatnya dan pintu-pintu ditutup pada saatnya. Bawah sadarmu tahu kapan kelopak matamu mengatup pada saatnya mengatup....

“Kau bahkan tidak perlu memaksakan diri mengatupkan kelopak

matamu. Ia akan mengatup dengan sendirinya... ketika bawah sadarmu siap melakukannya.... ya, begitu, Pram, bagus!

“Tutup matamu... ya, begitu... dan nikmati kenyamananmu.

“Sekarang, ketika matamu tertutup, telingamu bisa mendengar suaraku lebih baik, bukan?”

(Mengangguk)

“Dan hanya suaraku?”

(Mengangguk)

“Dan ada satu hal yang perlu kusampaikan kepadamu sekarang... karena aku ingin kau bisa menikmati tidurmu selelap-lelapnya.

“Kau tahu bagaimana orang tidur sangat lelap, Pram? Kau bisa tidur sangat lelap?”

“Aku nanti ingin kau seperti itu. Dan kautahu, ketika tidurmu sangat lelap, pendengaranmu kehilangan semua suara. Ia bahkan kehilangan suaraku. Itu hal yang normal saja, bukan?

(Mengangguk)

“Bagus, Pram. Kau tahu bagaimana tidur sangat lelap... dan tidak ada masalah jika pendengaranmu kehilangan semua suara. Ketika orang tidur sangat lelap semua suara hilang dari pendengarannya....

“Tetapi kau harus memastikan bawah bawah sadarmu tetap terjaga... kau harus memastikan bahwa ia bisa jelas menangkap suaraku pada saat pendengaranmu kehilangan semua suara....”

...

Induksi trance berjalan mulus. Subjek memiliki pemahaman yang memadai untuk menjalankan semua sugesti. Untuk membuatnya tidur sangat lelap (deepening trance), saya menyampaikan gagasan tentang “kehilangan semua suara”. Dan ia bisa menjadikan dirinya tidur lelap dengan cara kehilangan semua suara. Demi memperkuat tidur lelapnya, saya juga menambahkan sugesti bahwa ketika orang tidur lelap, ia bahkan tidak tahu bahwa tubuhnya diguncang-guncang. Ia kehilangan kepekaan pada kulitnya, sehingga tidak merasakan adanya sentuhan-sentuhan. “Tetapi kau harus memastikan bawah sadarmu tetap menangkap suaraku.” Itu sugesti yang diberikan untuk

menjaga agar ia tidak terjatuh ke tidur fisiologis, dan memastikan bahwa komunikasi tetap bisa berlangsung dengan baik pada saat ia tidur lelap.

Beri Penjelasan, Secara Rinci

Pada akhirnya, praktek semacam itu akan berjalan intuitif saja. Saya tidak memikirkan harus menggunakan teknik induksi apa. Yang paling saya pegang adalah prinsip dasar bahwa hipnosis adalah monoedism (gagasan tunggal). Dan sugesti akan lebih mudah diterima ketika subjek tidak merasa ada sugesti di dalam kalimat-kalimat saya.

Menanamkan gagasan, selain untuk memberi pemahaman kepada subjek, sebetulnya juga berfungsi untuk menyelinapkan sugesti. Pada saat anda memberi penjelasan, komunikasi anda ditangkap sekaligus oleh pikiran sadar dan bawah sadar.

Perhatikan penjelasan berikut ini: “Sekarang, Pram, kautahu bahwa yang penting dalam komunikasi adalah respons yang memadai, yang bisa

ditangkap oleh orang lain yang bicara denganmu... Dan bawah sadarmu bisa merespons dengan baik setiap informasi yang ia terima. Ia memiliki

kecakapan untuk melakukannya....”

Penjelasan itu menjalankan dua fungi sekaligus, yakni untuk memberi pemahaman, dan juga sugesti bahwa ia harus memberikan “respons yang memadai” dan mengarahkan agar bawah sadarnya yang merespons.

Ini menurut saya merupakan pendekatan yang sangat cerdik. Dalam bentuk yang sangat ekstrem, Erickson pernah betul-betul seolah-olah membacakan makalah tentang hipnosis kepada subjeknya. Itu ia lakukan kepada subjek yang sangat resisten. Jadi ia meminta subjek untuk mendengarkan saja ia membaca makalah tersebut, yang sebetulnya adalah teknik induksi yang sudah ia siapkan untuk si subjek.

Jadi, ia menjalankan induksi sebagai seorang pembicara yang sedang

menjelaskan prosedur induksi, bagaimana karakteristik respons hipnosis, dan sebagainya, sampai subjeknya.

Singkatnya, ia seperti orang yang secara blak-blakan menceritakan apa yang akan dilakukannya untuk membuat subjek tidur. Penjelasan disampaikan secara rinci, kemungkinan-kemungkinan respons dibicarakan, secara rinci juga tentang bagaimana itu nanti terjadi, dan orang diberi gagasan mengenai pelbagai hal sesuai dengan pengalamannya. Dengan cara itu sesungguhnya subjek sedang didorong secara halus untuk mewujudkan responsnya, untuk membuktikan semua yang disampaikan oleh lawan bicaranya. Dan subjek memasuki trance karena mendengarkan penjelasan tentang teknik yang akan digunakan untuk membuatnya trance.

Saya sangat menyukai sesi itu. Itu kurang lebih serupa dengan yang sering dilakukan oleh Muhammad Ali di ring tinju ketika ia menyampaikan kapan ia akan memukul KO lawannya, dan dengan cara bagaimana ia akan

Bab 16 – Pra-Induksi untuk Keberhasilan

Dalam dokumen The Art of Ericksonian Hypnosis (Halaman 106-112)