• Tidak ada hasil yang ditemukan

Truisme, Pola Dasar Sugesti Hipnotik

Dalam dokumen The Art of Ericksonian Hypnosis (Halaman 83-90)

Dari sekian jenis pola sugesti yang dikembangkan Milton Erickson, saya akan melakukan pembahasan khusus tentang Truisme dalam satu bab tersendiri.

Truisme adalah bentuk paling simpel dari bahasa hipnotik, atau kita bahkan bisa mengatakannya sebagai pola dasar bahasa hipnotik, terutama ketika kita menerapkan indirect hypnosis. Dengan truisme anda menyampaikan

pernyataan-pernyataan sudah jelas kebenarannya, karena itu subjek hanya bisa menyepakati pernyataan anda. Ia tidak mungkin menyangkal apa yang memang benar. Anda menyampaikan, “Orang bisa duduk di teras dengan pikiran kosong.” Itu sebuah truisme dan subjek anda hanya bisa

membenarkan karena itu pengalaman yang umum pada banyak orang. Situasi yang anda sampaikan itu mungkin membuat akan subjek mengingat dirinya sendiri dalam situasi tersebut. Dan memang pesan tak langsung dari kalimat itu adalah “Kosongkan pikiran.”

Setelah truisme tersebut, anda kemudian melanjutkannya dengan truisme yang lain, “Itu bisa terjadi begitu saja. Kau sekadar duduk, tidak memikirkan apa-apa, tidak melakukan apa-apa, dan tanpa kausadari pikiranmu melayang ke suatu tempat, pada suatu masa ketika umurmu antara enam dan tujuh tahun.”

Maka, dengan truisme anda menyampaikan segala sesuatu yang sudah jelas kebenarannya atau yang sudah pasti terjadi. Karena itu, sebagai sebuah sugesti, truisme hanya bisa dibenarkan oleh subjek semata-mata karena yang disampaikan adalah sesuatu yang niscaya begitu adanya.

“Yes Set”, sugesti yang anda gunakan untuk membuat subjek bisa selalu menyepakati anda, tidak lain adalah bagian dari truisme juga.

Pernyataan-pernyataan di bawah ini adalah contoh-contoh tentang truisme:::

“Seburuk apa pun kehidupan seseorang, ia punya pengalaman bahagia, dan sebahagia apa pun orang ia punya saat-saat buruk juga.”

“Orang bisa duduk di sebuah ruangan dan melamun... melihat dirinya pada situasi lain, tempat lain, waktu lain sebebas pikiran membawanya... mungkin di sebuah pantai... padahal ia hanya duduk saja di teras rumah.”

“Dan ketika kau tidur lelap, semua suara hilang dari pendengaranmu.”

“Dan, kautahu, sebuah lagu tertentu yang kaudengar tanpa sengaja bisa tiba-tiba membawamu ke satu situasi tertentu... membangkitkan perasaan tertentu... sebab kau punya kenangan khusus dengan lagu itu.”

“Orang bisa mengatakan ya ketika ingin mengatakan tidak, dan sebaliknya, bisa mengatakan tidak ketika sesungguhnya ingin bilang ya.”

Sugesti-sugesti di atas tidak mungkin disangkal oleh subjek dan hanya bisa dibenarkan. Semuanya secara spontan akan membuat subjek melakukan identifikasi dengan pengalamannya sendiri. Sebetulnya itulah pesan implisit yang disampaikan melalui truisme-truisme tersebut, yakni agar subjek melakukan pencarian dalam dirinya untuk bisa membenarkan pernyataan-pernyataan itu.

Truisme juga bisa berkaitan dengan kejadian yang pasti akan terjadi. Misalnya, anda menyampaikan:

“Cepat atau lambat, kelopak mata anda akan terpejam, ketika tiba waktunya.”

Pernyataan ini benar seratus persen. Maka ketika subjek benar-benar

mengalami apa yang diomongkan, efeknya pada diri subjek adalah itu terjadi karena sugesti anda.

“Mungkin akan didahului dengan satu kedipan pelan, atau mungkin dua tiga kali kedipan cepat, sebelum ia benar-benar terpejam.”

Ini juga benar seratus persen. Anda tahu, setelah beberapa lama membuka mata, orang pasti akan mengedipkan matanya. Dan anda menyebutkan hal itu sebelum peristiwanya berlangsung. Jadi, anda menunggangi peristiwa yang pasti terjadi untuk memberi efek bekerjanya sugesti anda.

Truisme lainnya adalah penyampaian ide-ide untuk mendorong munculnya fenomena tertentu pada subjek (ideodinamik).

Anda bisa mengatakan:

“Banyak orang bisa merasakan tangan yang satu lebih ringan dan karenanya tangan yang satunya menjadi lebih berat.”

“Kau bisa merasakan kesejukan yang menyenangkan ketika berada di tengah hembusan angin semilir.”

“Ketika orang mengingat pengalaman memalukan, mukanya bisa menjadi merah.”

“Orang bisa bermimpi ketika tidur, dan lupa apa mimpinya ketika ia bangun tidur.”

Lebih jauh tentang truisme bisa anda baca pada bagian Lampiran 2: Pola

Sugesti Milton Erickson.

Yang perlu anda perhatikan, ketika anda menyampaikan kalimat-kalimat truisme, anda menyampaikannya secara enteng saja seolah-olah

menyampaikan sebuah fakta. Itu akan membuat pernyataan anda terdengar meyakinkan.

Menyampaikan secara ringan saja, seperti menyampaikan fakta, adalah cara Erickson menyampaikan sugesti-sugestinya. Ia seperti tanpa pretensi saat menyampaikannya, seperti tanpa niat untuk mempengaruhi, dan hanya

sikap terbaik untuk mendorong subjek menerima sugesti atas kemauannya sendiri.

Satu contoh lagi, rangkaian truisme dalam sebuah induksi.

Orang bisa merasakan kenyamanan di kursinya. Dan hanya duduk nyaman.

Ya, seperti itu.

Ia bahkan tidak menyadari bahwa pikirannya bisa melayang ke mana pun.

Itu terjadi begitu saja ketika kau melamun. Kau duduk di kursi

dan pikiranmu melayang di suatu tempat yang kausukai, kau bisa pergi ke sebuah tempat dengan

pemandangan air yang menyenangkan....

Kalimat demi kalimat di atas adalah bentuk-bentuk truisme. Orang hanya bisa mengakui kebenarannya. Dan semuanya mengandung pesan tak langsung.

Membuat subjek selalu sepakat: “Yes Set”

Dalam sesi hipnosis, hal sangat penting yang harus anda lakukan adalah membuat subjek selalu menyepakati sugesti anda. Jika anda bisa

melakukannya, subjek akan bisa menerima gagasan anda dan itu memudahkan ia mempercayai anda.

Bayangkan jika yang terjadi sebaliknya, subjek anda terus-meerus melawan sugesti anda. Sesi anda sulit berhasil jika subjek tetap mempertahankan resistensi terhadap anda dan semua sugesti anda, bukan?

Sebaliknya, jika subjek terdorong untuk bersikap positif dalam sesi

resistensinya akan berkurang. Ia akan bisa menerima gagasan-gagasan anda. Dalam sesi terapi, ini memungkinkan keberhasilan karena subjek terbuka untuk menerima perubahan.

Sugesti “Yes Set” adalah cara paling simpel untuk melemahkan resistensi subjek. Jika anda bisa berkali-kali membuat subjek mengatakan “ya”, maka itu akan membuat subjek terkondisi untuk mengiyakan anda. Dan itu adalah sikap positif yang memang diharapkan dalam keberhasilan sesi anda. Dengan cara itu, subjek akan lebih mudah menerima sugesti-sugesti anda.

Jika subjek bisa menyepakati anda, dengan mengatakan “ya”, itu pertanda anda dan dia secara velbal (lisan) bisa nyambung. Kerjasama dengannya kemungkinan akan berjalan mulus.

Anda bisa menerapkan “Yes Set” dengan cara yang sangat sederhana. Jika ia datang meminta dihipnotis, anda bisa menanyakan, misalnya, “Jadi, Bram, kau ingin merasakan pengalaman trance?” Subjek pasti akan menjawab ya, karena memang itulah salah satu tujuannya datang ke tempat anda.

Untuk menerapkan “Yes Set”, aturannya mudah: Jangan pernah

menyampaikan pertanyaan yang anda belum tahu jawabannya. Sampaikan saja pertanyaan yang anda sudah tahu bahwa subjek pasti akan menjawab “ya”. Pertanyaan anda tidak perlu ambisius, atau harus

pertanyaan-pertanyaan besar. Tetapi jangan juga terlalu melebar ke urusan yang tidak ada kaitannya dengan sesi hipnosis. Sampaikan saja hal-hal yang

berhubungan dengan sesi hipnosis dan berbasis pada pengalaman subjek dan urusannya dengan anda dalam sesi ini.

Contoh lain: “Aku ingin sesi ini berjalan nyaman. Kau pasti juga pasti berharap begitu. Karena itu aku perlu tahu, Bram, kau bisa merasa cukup nyaman di kursi itu? Setidaknya kau bisa merasa nyaman?”

Jadi, untuk menanamkan sikap positif pada subjek, anda perlu membuatnya sebanyak mungkin mengatakan “ya” atau menganggukkan kepala.

Saya sendiri lebih suka dengan jawaban isyarat, dalam hal ini mengangguk atau menggelengkan kepala. Pada permulaan sesi, subjek bisa memberikan jawaban lisan “ya”. Namun, ketika subjek sudah tampak di ambang trance, saya akan memintanya menjawab dengan isyarat saja.

Jawaban dengan isyarat akan lebih mudah disampaikan bahkan ketika nanti subjek sudah memasuki trance. Ia tidak harus mengeluarkan suara yang mungkin akan mengganggu prosesnya menuju trance yang lebih dalam.

Memunculkan Jawaban “Tidak”

Namun perlu diingat juga, jika anda terus-terusan mengajukan pertanyaan yang membuat subjek menjawab ya atau menganggukkan kepala, ia mungkin bisa menjadi tidak nyaman atau curiga. Karena itu sesekali anda perlu juga menyampaikan pertanyaan yang akan dijawab secara lisan dengan “tidak”, tetapi jawaban tersebut secara implisit sesungguhnya menyetujui anda.

Misalnya, ketika subjek terus membuka mata dan anda berharap ia memejamkan mata, anda bisa saja mengatakan: “Kau tidak berniat tidur dengan mata terbuka, kan?”

Atau: “Jadi, Budi, kau tidak ingin memasuki trance buru-buru, kan?”

Di sini Budi akan berkesempatan menjawab dengan “tidak”, tetapi itu adalah jawaban “tidak” yang memperlihatkan persetujuannya dengan anda.

Pertanyaan semacam itu akan mempertahankan penerimaan subjek terhadap anda, tetapi ia mendapat kesempatan untuk menyampaikan tidak. Ini akan menetralisir perasaan tidak nyaman subjek yang mungkin akan muncul jika ia terus-menerus harus menjawab “ya”. Jika klien harus selalu menjawab ya, ia akan curiga sedang dipaksa menyetujui apa saja yang anda sampaikan.

Tag Question

Secara kebahasaan, pertanyaan dengan tag question terlalu rumit bagi pikiran sadar klien untuk mencernanya. Karena itu, subjek akan merespons dengan cara yang paling tidak memeras pikiran, yakni mengangguk atau mengatakan ya.

Dalam bahasa Inggris, anda akan mendapati kalimat, “So, Pram, you would go into trance today would you not?” Atau, “You can, can you not?” Atau, “You are, are you not?” Atau, “You can enjoy your comfortable, can you not?”

Ketika subjek mendengarkan kalimat-kalimat tanya semacam itu, ia kemungkinan akan sulit melawannya. Ini karena tag question sudah

mengandung penyangkalan dalam dirinya. Dan penyangkalan tersebut sudah disampaikan sendiri oleh terapis, sehingga diam-diam itu cocok dengan subjek yang mungkin masih menyimpan penyangkalan.

Tetapi tag question juga tidak bisa digunakan terlalu sering. Ia hanya cukup dimunculkann sesekali pada saat yang tepat. Biasanya ketika terapis

menghendaki penegasan komitmen dari subjeknya.

Sayangnya, tatabahasa kita tidak mengenal struktur tag question semacam ini. Jadi, untuk kepentingan yang sama, anda hanya bisa mengambil idenya dan menerapkannya dengan kalimat anda sendiri.

Misalnya, “Kau, Pram, tentunya tidak akan memasuki trance sampai kau siap, bukan begitu?” Atau, “Kau kadang mengangguk ketika kau tidak setuju, kau setuju?”

Dalam dokumen The Art of Ericksonian Hypnosis (Halaman 83-90)