• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kurikulum SD pada Masa Reformasi

C. Prinsip Pengembangan Kurikulum pada Masa Reformasi

Kurikulum 2004

Inovasi pendekatan belajar aktif kemudian digabungkan dan diintegrasikan ke dalam inovasi melalui manajemen berbasis sekolah (MBS) yang diprakarsai Unicef dan Unesco bekerja sama dengan Direktorat Sekolah Dasar Ditjen Dikdasmen dan wakil-wakil Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas yang dirintis pada tahun 1999. Kemudian inovasi ini dikenal dengan nama MBS-Pakem. Pakem adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Semula inovasi melalui Proyek MBS-Pakem ini dirintis oleh Kabupaten Mojokerto di Jawa Timur, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Banyumas di Jawa Tengah, dan Kabupaten Bantaeng di Sulawesi Selatan. Dalam waktu singkat provinsi-provinsi lain bergabung dalam gerakan ini, seperti provinsi NTT, Maluku, dan Papua. Kemudian, Ditjen Dikdasmen dan Unicef mengundang berbagai NGO yang berkiprah di sekolah dasar untuk mendorong dan menerapkan MBS-Pakem. Berbagai NGO itu antara lain USAid, AusAid, Save the Children, Plan International, Word Vision Indonesia, NGO dari Belanda, Kanada, dan negara lain. Berbagai dinas pendidikan di daerah-daerah juga melibatkan diri dalam gerakan ini sehingga gagasan yang diperkenalkan ini dapat dikatakan telah diadopsi dalam sistem pendidikan nasional.

Berdasarkan pertimbangan kondisi MBS-Pakem di lapangan dan tuntutan otonomi daerah sambil belajar dari studi banding dan penelusuran literatur tentang pengembangan kurikulum di dunia internasional, akhirnya Pusat Kurikulum bersama pimpinan Balitbang Depdiknas memilih pendekatan berbasis kompetensi (competence-based curriculum development) dalam mengembangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang disebut pula Kurikulum 2004.

Dokumen nasional Kurikulum 2004 yang pada akhirnya diterapkan di lapangan kembali menggunakan matriks atau tabel yang terdiri dari 4 kolom, yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok. Berdasarkan dokumen kurikulum nasional ini, tiap sekolah diberi otonomi untuk mengembangkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sendiri.

Pengertian kompetensi adalah kemampuan yang merupakan hasil belajar (outcome) berupa karya 2 dimensi siswa (yang ditulis pada kertas / wadah yang rata berdimensi panjang dan lebar) dan 3 dimensi (dimensi panjang, lebar, dan tinggi), unjuk kerja (performance), dan perilaku.

- 91 -

Gambar 6.1 Input, proses, dan outcome kompetensi

Kemampuan ini dikembangkan dari proses belajar-mengajar yang mengolah dan memproses “air” pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan nilai (yang berasal dari “air” ‘anak sungai’ pengetahuan, ‘anak sungai’ keterampilan, dan ‘anak sungai’ nilai dan sikap. Sedangkan, dalam ‘sungai besar’ “air” dari tiga ‘anak sungai’ itu telah terintegrasi, tidak dibeda-bedakan lagi dalam ‘sungai besar’ proses belajar-mengajar).

Kemampuan yang dapat digolongkan sebagai kompetensi paling tidak memiliki 5 kriteria, yaitu demonstrable (dapat didemonstrasikan, ditunjukkan siswa), observable (dapat diamati dengan pancaindera), consistent (konsisten atau ajek atau cenderung telah menetap), specific (spesifik, khusus, tidak terlalu umum), dan integrated (memadukan pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan nilai).

- 92 -

Dalam mengembangkan silabus dan RPP, guru dapat menggunakan langkah-langkah seperti ditunjukkan pada 2 gambar ini.

- 93 -

Dalam praktik bersama para guru ternyata pengembangan silabus dan RPP akan lebih realistis dan mudah jika guru mulai dengan gagasan kreatif kegiatan belajar, kemudian mengidentifikasi alat, sumber, bahan, lalu mengidentifikasi materi dan jabarannya, barulah dicari dan diidentifikasi kompetensi dasar (standar kompetensi dilihat sesudahnya). Terakhir, dari kegiatan belajar yang dirancang dapat diperkirakan kegiatan mana yang akan menghasilkan kompetensi (kemampuan yang telah memenuhi 5 kriteria tersebut) dan indikator kompetensi (tanda-tanda tercapainya kompetensi) disusun setelah diyakini kemampuan mana yang telah layak digolongkan sebagai kompetensi.

Prinsip-prinsip yang digunakan dalam mengembangkan Kurikulum 2004 adalah sebagai berikut:

- 94 -

1. Peningkatan keimanan, budi pekerti luhur, dan penghayatan nilai-nilai budaya. 2. Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika.

3. Penguatan integritas nasional.

4. Perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi. 5. Pengembangan kecakapan hidup.

6. Pilar pendidikan: belajar untuk memahami, belajar untuk berbuat kreatif, belajar untuk hidup dalam kebersamaan, dan belajar untuk membangun dan mengekspresikan jati diri yang dilandasi ketiga pilar sebelumnya.

7. Komprehensif dan berkesinambungan. 8. Belajar sepanjang hayat.

9. Diversifikasi kurikulum sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

Seluruh prinsip pengembangan kurikulum ini guna mendukung pertumbuhan siswa melalui proses belajar-mengajar dapat digambarkan pada gambar pohon berikut ini.

Prinsip-prinsip pelaksanaan:

1. Kesamaan memperoleh kesempatan. 2. Berpusat pada anak.

3. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan.

4. Kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam pelaksanaan. (Sumber: Kurikulum 2004: Kerangka Dasar, Jakarta: Depdiknas, 2003).

- 95 -

Kurikulum 2006

Perbandingan Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum 2006 (KTSP) disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 6.9 Perbandingan Kurikulum 2004 dan 2006

No. ASPEK Kurikulum 2004 Kurikulum 2006

1. Format Standar Kompetensi, Kompetensi

Dasar, Hasil Belajar (SD), Indikator, Materi Pokok

Standar Kompetensi + Kompetensi Dasar 2. Definisi kompetensi Hasil belajar siswa yang berdampak

(outcome), berupa karya, unjuk kerja, dan perilaku

Hasil belajar (dampaknya kurang diperhatikan) Definisi kompetensi tak jelas / tak ada 3. Dasar pemilihan kompetensi Hasil inovasi, evaluasi kurikulum,

studi banding kurikulum + implementasi negara2 lain, tradisi sekolah

Polesan dokumen Kurikulum 2004 4. Pendekatan pengembangan

kurikulum Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 5. Contoh hasil inovasi Proyek PPSP 8 IKIP

CBSA: 1980 – 1994

Pendidikan luar biasa

Jaringan kurikulum

MBS: 1999 – kini

Pendidikan HAM

Kurikulum muatan lokal

Kerja sama dengan instansi & lembaga internasional

Tidak merujuk ke hasil-hasil berbagai inovasi

6. Contoh hasil riset Beragam riset Pusat Penelitian & Pusat Kurikulum Balitbang, meta-analisis

Tidak merujuk ke hasil-hasil riset

7. Silabus Unsur-unsur penting untuk PBM

Contoh-contoh lebih terinci

Unsur-unsur = Kurikulum 2004

Contoh seperti satuan pelajaran

8. Kalender pendidikan 220 hari belajar per tahun 204 – 228 hari per tahun 9. Penilaian Penentuan standar kelulusan

Ujian Nasional: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika. Bentuk soal: Pilihan ganda

Masih sama

10. Akuntabilitas Puskur Balitbang bekerja sama

dengan Ditjen Dikdasmen “Panitia ad hoc” 15 orang 11. Ruang lingkup kompetensi &

materi

Lebih jelas karena ada indikator “Mengikat” komitmen pengembangan UN

Kabur karena tak ada indikator

“Tak mengikat” komitmen

12 Materi kurikulum Sebagian besar materi

Kurikulum 2004 ada dalam Kurikulum 2006

13. Pendekatan tematik di SD Kelas I dan II Kelas I – III

Data pada tabel ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan mendasar antara Kurikulum 2004 dan Kurikulum 2006.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum

- 96 -

yang dibuat oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut ini.

1. Berpusat kepada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan itu, pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.

2. Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha, dan dunia kerja. Karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

5. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

6. Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

- 97 -

7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Seluruh prinsip pengembangan kurikulum untuk mendukung pertumbuhan siswa melalui proses belajar-mengajar ini dapat digambarkan pada gambar pohon berikut ini.

Kurikulum 2013 adalah pengembangan dari Kurikulum tahun 2006 yang disusun mengacu kepada Tujuan Pendidikan Nasional dan berdasarkan evaluasi kurikulum sebelumnya dalam menjawab tantangan yang dihadapi bangsa di masa depan.

Pengembangan Kurikulum 2013 khususnya terletak pada: 1. Keseimbangan pengetahuan – sikap – keterampilan. 2. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran.

3. Model pembelajaran (penemuan, berbasis proyek dan berbasis masalah). 4. Penilaian otentik.

- 98 -

1. Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena mata pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi.

2. Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar pengembangan kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun.

3. Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi. Model kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran.

4. Kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa setiap sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dirumuskan dalam kurikulum berbentuk Kompetensi Dasar dapat dipelajari dan dikuasai setiap peserta didik (mastery learning) sesuai dengan kaidah kurikulum berbasis kompetensi.

5. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat. 6. Kurikulum berpusat kepada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan

kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.

7. Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni.

8. Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan.

9. Kurikulum harus diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

10. Kurikulum didasarkan kepada kepentingan nasional dan kepentingan daerah. 11. Penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki

pencapaian kompetensi.

Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan yang dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik. Kekurangan itu harus segera diikuti dengan proses memperbaiki kekurangan dalam aspek hasil belajar yang dimiliki seorang atau sekelompok peserta didik.

- 99 - Prinsip Pembelajaran Kurikulum 2013

Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum 2013, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip sebagai berikut:

1. Peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu; 2. Peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar; 3. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah; 4. Pembelajaran berbasis kompetensi;

5. Pembelajaran terpadu;

6. Pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multidimensi;

7. Pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif;

8. Peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard skills dan soft skills;

9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;

10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing

ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan

mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri

handayani);

11. Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; 12. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi

dan efektivitas pembelajaran;

13. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik; dan

14. Suasana belajar menyenangkan dan menantang.

Sumber:

http://kurikulum.kemdikbud.go.id/infos

http://www.m-edukasi.web.id/2013/06/prinsip-pengembangan-kurikulum-2013.html http://irwansahaja.blogspot.co.id/2016/04/prinsip-pengembangan-kurikulum-2013.html http://www.m-edukasi.web.id/2014/11/prinsip-pembelajaran-kurikulum-2013.html

TIM. 2014. Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014 Mata Pelajaran

Matematika SMP/MTs : Jakarta: Pusat Pengembangan Profesi Pendidik Badan

Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan Kebudayaandan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan