• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRINSIP PRINSIP TANGGUNG TANGGUNG JAWAB JAWAB DALAM DALAM PERJANJIAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN

Dalam dokumen Hukum Dagang (Halaman 79-84)

9.PERUSAHAAN ASURANSI PERUSAHAAN ASURANSI

VI. PRINSIP PRINSIP TANGGUNG TANGGUNG JAWAB JAWAB DALAM DALAM PERJANJIAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN

Perusahaan Muat BongkarPerusahaan Muat Bongkar

Adalah badan hukum Indonesia khusus didirikan untuk menyelenggarakan dan Adalah badan hukum Indonesia khusus didirikan untuk menyelenggarakan dan mengusahakan kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal. Atau dengan kata mengusahakan kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal. Atau dengan kata lain perusahaan muat bongkar adalah perusahaan yang menjalankan bisnis bidang lain perusahaan muat bongkar adalah perusahaan yang menjalankan bisnis bidang  jasa

 jasa pemuat pemuat barang barang ke ke kapal kapal dan dan pembongkaran pembongkaran barang barang dari dari kapal. kapal. PerusahaanPerusahaan muat bongkar adalah badan hukum baik yang berbentuk BUMN (Persero) atau muat bongkar adalah badan hukum baik yang berbentuk BUMN (Persero) atau BUMS (Perseroan Terbatas).

BUMS (Perseroan Terbatas).

VI.

VI. PRINSIP PRINSIP TANGGUNG TANGGUNG JAWAB JAWAB DALAM DALAM PERJANJIANPERJANJIAN

PENGANGKUTAN

PENGANGKUTAN

Pengangkutan merupakan rangkaian kegiatan pemindahan penumpang atau barang dari Pengangkutan merupakan rangkaian kegiatan pemindahan penumpang atau barang dari satu tempat pemuatan (embarkasi) ke tempat tujuan (debarkasi) sebagai tempat satu tempat pemuatan (embarkasi) ke tempat tujuan (debarkasi) sebagai tempat  penurunan penumpang atau pembongkaran barang muata

 penurunan penumpang atau pembongkaran barang muata n.n. Rangkaian peristiwa pemindahan itu meliputi kegiatan : Rangkaian peristiwa pemindahan itu meliputi kegiatan :

Memuat penumpang atau barang ke dalam alat pengangkut;Memuat penumpang atau barang ke dalam alat pengangkut;

Membawa penumpang atau barang ke tempat tujuan;Membawa penumpang atau barang ke tempat tujuan;

Menurunkan penumpang atau membongkar barang di tempat tujuan.Menurunkan penumpang atau membongkar barang di tempat tujuan.

Sebelum menyelenggarakan pengangkutan, terlebih dahulu harus ada perjanjian Sebelum menyelenggarakan pengangkutan, terlebih dahulu harus ada perjanjian  pengangkutan

 pengangkutan antara antara pengangkut pengangkut dengan dengan penumpang penumpang atau atau pemilik pemilik barang. barang. PerjanjianPerjanjian  pengangkutan

 pengangkutan adalah adalah persetujuan persetujuan di di mana mana pengangkut pengangkut mengikatkamengikatkan n diri diri untukuntuk menyelenggarakan pengangkutan penumpang dan/atau barang dari suatu tempat ke menyelenggarakan pengangkutan penumpang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat dan penumpang dan/atau pemilik barang tempat tujuan tertentu dengan selamat dan penumpang dan/atau pemilik barang mengikatkan diri untuk membayar biaya pengangkutan.

Perjanjian pengangkutan selalu diadakan secara lisan, tetapi didukung oleh dokumen Perjanjian pengangkutan selalu diadakan secara lisan, tetapi didukung oleh dokumen  pengangkutan

 pengangkutan yang yang membuktikan membuktikan bahwa bahwa perjanjian perjanjian pengangkutan pengangkutan telah telah terjadi terjadi dandan mengikat.

mengikat.

Undang-Undang Pengangkutan menentukan bahwa pengangkutan baru diselenggarakan Undang-Undang Pengangkutan menentukan bahwa pengangkutan baru diselenggarakan setelah biaya pengangkutan dibayar terlebih dahulu, tetapi kebiasaan yang terjadi dalam setelah biaya pengangkutan dibayar terlebih dahulu, tetapi kebiasaan yang terjadi dalam masyarakat juga berlaku, biaya pengangkutan dapat dibayar kemudian.

masyarakat juga berlaku, biaya pengangkutan dapat dibayar kemudian.

Perjanjian pengangkutan biasanya meliputi kegiatan pengangkutan dalam arti luas yaitu Perjanjian pengangkutan biasanya meliputi kegiatan pengangkutan dalam arti luas yaitu kegiatan memuat, membawa, dan menurunkan/membongkar, kecuali diperjanjikan lain kegiatan memuat, membawa, dan menurunkan/membongkar, kecuali diperjanjikan lain oleh para p

oleh para pihak. Sedangkan ihak. Sedangkan pengangkutan dalam artpengangkutan dalam arti sempit i sempit berarti hberarti hanya meliputianya meliputi kegiatan membawa penumpang atau barang dari stasiun/terminal/pelabuhan/bandara kegiatan membawa penumpang atau barang dari stasiun/terminal/pelabuhan/bandara tempat pemberangkatan ke stasiun/terminal/pelabuhan/bandara tempat tujuan.

tempat pemberangkatan ke stasiun/terminal/pelabuhan/bandara tempat tujuan.

Perjanjian pengangkutan dalam arti luas ini berkaitan erat dengan tanggung jawab Perjanjian pengangkutan dalam arti luas ini berkaitan erat dengan tanggung jawab  pengangangkut

 pengangangkut apabila apabila terjadi terjadi peristiwa peristiwa yang yang menimbulkan menimbulkan kerugian kerugian dalam dalam prosesproses  pengangkutan.

 pengangkutan. Tanggung Tanggung jawab jawab pengangkut pengangkut dimulai dimulai sejak sejak penumpang penumpang dan/atau dan/atau barangbarang dibawa,dimuat ke dalam alat pengangkut sampai penumpang diturunkan dari alat dibawa,dimuat ke dalam alat pengangkut sampai penumpang diturunkan dari alat  pengangkut

 pengangkut atau atau barang barang dibongkar dibongkar dari dari alat alat pengangkut pengangkut atau atau diserahkan diserahkan kepadakepada  penerima.

 penerima. Tangung Tangung jawab jawab pengangkut pengangkut dapat dapat dilihat dilihat dari kedari kewajiban yang wajiban yang ditetapkan ditetapkan oleholeh Undang-Undang atau kesepakatan para pihak. Kewajiban utama pengangkut adalah Undang-Undang atau kesepakatan para pihak. Kewajiban utama pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan dan mulai berlaku sejak biaya pengangkutan dilunasi. menyelenggarakan pengangkutan dan mulai berlaku sejak biaya pengangkutan dilunasi. Undang-Undang menetapkan bahwa pengangkut bertanggung jawab terhadap segala Undang-Undang menetapkan bahwa pengangkut bertanggung jawab terhadap segala kerugian yang timbul akibat kesalahan/kelalaian pengangkut, Namun pengangkut akan kerugian yang timbul akibat kesalahan/kelalaian pengangkut, Namun pengangkut akan dibebaskan dari tanggung jawab membayar ganti kerugian tehadap kerugian yang timbul dibebaskan dari tanggung jawab membayar ganti kerugian tehadap kerugian yang timbul akibat :

akibat :

Keadaan memaksa (force majeur);Keadaan memaksa (force majeur);

Cacat pada penumpang atau barang itu sendiri; danCacat pada penumpang atau barang itu sendiri; dan

Kesalahan/kelalaian penumpang atau pengirim.Kesalahan/kelalaian penumpang atau pengirim.

Pembatasan atau pembebasan tanggung jawab yang diberikan oleh Undang-Undang Pembatasan atau pembebasan tanggung jawab yang diberikan oleh Undang-Undang  pengangkutan atau perjanjian pengangkutan ini disebut

Luasnya tanggung jawab terhadap kerugian yang timbul akibat kesalahan atau kealpaan Luasnya tanggung jawab terhadap kerugian yang timbul akibat kesalahan atau kealpaan yang dibebankan kepada pengangkut meliputi kewajiban membayar ganti kerugian atas yang dibebankan kepada pengangkut meliputi kewajiban membayar ganti kerugian atas  biaya, kerugian

 biaya, kerugian yang diderita, yang diderita, dan bunga dan bunga yang layak yang layak diterima jika dia diterima jika dia tidak menyerahkantidak menyerahkan atau tidak merawat sepatutnya untuk menyelamatkan muatan (Pasal 1236 KUHPerdata), atau tidak merawat sepatutnya untuk menyelamatkan muatan (Pasal 1236 KUHPerdata), termasuk juga Biaya, kerugian dan bunga pada umumnya yang terdiri atas kerugian yang termasuk juga Biaya, kerugian dan bunga pada umumnya yang terdiri atas kerugian yang diderita dan laba yang seharusnya akan diterima (Pasal 1246 KUHPerdata).

diderita dan laba yang seharusnya akan diterima (Pasal 1246 KUHPerdata).

Apabila tanggung jawab tersebut tidak dipenuhi, dapat diselesaikan melalui gugatan ke Apabila tanggung jawab tersebut tidak dipenuhi, dapat diselesaikan melalui gugatan ke muka pengadilan yang berwenang atau gugatan melalui arbitrase.

muka pengadilan yang berwenang atau gugatan melalui arbitrase. Hukum pengangkutan mengenal tiga prinsip tanggung jawab, yaitu : Hukum pengangkutan mengenal tiga prinsip tanggung jawab, yaitu :

A.

A. Tanggung Jawab karena Kesalahan (Tanggung Jawab karena Kesalahan (FF ault Liabault Liability ility ))

Menurut prinsip ini, setiap pengangkut yang melakukan kesalahan dalam Menurut prinsip ini, setiap pengangkut yang melakukan kesalahan dalam  penyelenggaraan p

 penyelenggaraan pengangkutan harus engangkutan harus bertanggung jawab bertanggung jawab membayar segala membayar segala kerugiankerugian yang timbul akibat kesalahannya itu. Pihak yang menderita kerugian wajib yang timbul akibat kesalahannya itu. Pihak yang menderita kerugian wajib membuktikan kesalahan pengangkut. Beban pembuktian ada pada pihak yang membuktikan kesalahan pengangkut. Beban pembuktian ada pada pihak yang dirugikan, bukan pada pengangkut. Prinsip ini dianut dalam Pasal 1365 KUHPerdata dirugikan, bukan pada pengangkut. Prinsip ini dianut dalam Pasal 1365 KUHPerdata Indonesia tentang perbuatan melawan hukum (

Indonesia tentang perbuatan melawan hukum (Onrechtmatigedaad Onrechtmatigedaad ) sebagai aturan) sebagai aturan umum (

umum (lex generalislex generalis). Aturan khusus (). Aturan khusus (lex Specialislex Specialis) ditentukan dalam Undang-) ditentukan dalam Undang-Undang yang mengatur masing-masing jenis pengangkutan. Prinsip ini dianut oleh Undang yang mengatur masing-masing jenis pengangkutan. Prinsip ini dianut oleh UU No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian yang diatur mulai dari Pasal 157-159, UU No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian yang diatur mulai dari Pasal 157-159, UU No.14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan yang diatur dalam Pasal UU No.14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan yang diatur dalam Pasal 28-24, UU No.21 Tahun 1992 tentang Pelayaran yang terdapat dalam Pasal 21, UU 28-24, UU No.21 Tahun 1992 tentang Pelayaran yang terdapat dalam Pasal 21, UU  N0.15 Tahun 1

 N0.15 Tahun 1992 tentang Penerban992 tentang Penerbangan Pasal 43, gan Pasal 43, dan UU No.40 dan UU No.40 Taun 1995 Taun 1995 tentangtentang Pengangkutan Udara Pasal 43-45.

Pengangkutan Udara Pasal 43-45.

B.

B. Tanggung Jawab karena praduga (Tanggung Jawab karena praduga (PresPresumption Liumption Li ability ability ))

Menurut prinsip ini, pengangkut dianggap selalu bertanggung jawab atas kerugian Menurut prinsip ini, pengangkut dianggap selalu bertanggung jawab atas kerugian yang timbul dari pengangkutan yang diselenggarakannya. Akan tetapi jika yang timbul dari pengangkutan yang diselenggarakannya. Akan tetapi jika  pengangkut

tidak melakukan kelalaian, telah berupaya melakukan tindakan yang perlu untuk tidak melakukan kelalaian, telah berupaya melakukan tindakan yang perlu untuk menghindari kerugian, atau peristiwa yang menimbulkan kerugian itu tidak dapat menghindari kerugian, atau peristiwa yang menimbulkan kerugian itu tidak dapat dihindari.

dihindari. Beban pembuktian Beban pembuktian ada pada ada pada pihak pengangkut, pihak pengangkut, bukan pada pihak ybukan pada pihak yangang dirugikan, pihak yang dirugikan cukup menunjukkan bukti adanya kerugian yang dirugikan, pihak yang dirugikan cukup menunjukkan bukti adanya kerugian yang diderita dalam pengangkutan yang diselenggarakan oleh pengangkut.

diderita dalam pengangkutan yang diselenggarakan oleh pengangkut.

Prinsip ini diatur dalam UU pelayaran Indonesia. Perusahaan Pengangkut Perairan Prinsip ini diatur dalam UU pelayaran Indonesia. Perusahaan Pengangkut Perairan  bertanggung

 bertanggung jawab jawab atas atas akibat akibat yang yang ditimbulkan ditimbulkan oleh oleh pengoperasian pengoperasian kapalnyakapalnya  berupa :

 berupa :

Kematian atau lukanya penumpang yang diangkut;Kematian atau lukanya penumpang yang diangkut;

Musnah, hilang, atau rusaknya barang yang diangkut;Musnah, hilang, atau rusaknya barang yang diangkut;

Keterlambatan pengangkutan penumpang dan/atau barang yang diangkut;Keterlambatan pengangkutan penumpang dan/atau barang yang diangkut;

Kerugian pihak ketiga.Kerugian pihak ketiga.

Jika perusahaan pengangkutan perairan dapat membuktikan bahwa kerugian itu Jika perusahaan pengangkutan perairan dapat membuktikan bahwa kerugian itu  bukan disebabkan o

 bukan disebabkan oleh kesalahannya, dia dapat leh kesalahannya, dia dapat dibebaskan sebagian adibebaskan sebagian atau seluruhnyatau seluruhnya dari tanggung jawabnya (Pas

dari tanggung jawabnya (Pasal al 86 UU Pelayaran). P86 UU Pelayaran). Prinsip ini juga rinsip ini juga dapat diterapkandapat diterapkan dalam pengangkutan darat dan pengangkutan udara. Dalam perjanjian perusahaan dalam pengangkutan darat dan pengangkutan udara. Dalam perjanjian perusahaan  pengangkut

 pengangkut dan dan pemilik pemilik barang barang boleh boleh memperjanjikan memperjanjikan prinsip prinsip tanggung tanggung jawabjawab  praduga, biasanya dirumuskan dengan klausul :

 praduga, biasanya dirumuskan dengan klausul :

““ Kecuali jika perusahaan pengang Kecuali jika perusahaan pengangkut dapat membuktikan bahwa kekut dapat membuktikan bahwa kerugian itu bukanrugian itu bukan karena kesalahannya

karena kesalahannya.”.”

Prinsip karena praduga juga dianut dalam KUHD Indonesia, apabila barang yang Prinsip karena praduga juga dianut dalam KUHD Indonesia, apabila barang yang diangkut itu tidak diserahkan sebagian atau seluruhnya atau rusak, pengangkut diangkut itu tidak diserahkan sebagian atau seluruhnya atau rusak, pengangkut  bertanggung

 bertanggung jawab jawab mengganti mengganti kerugian kerugian kepada kepada pengirim, pengirim, kecuali kecuali jika jika dia dia dapatdapat membuktikan bahwa tidak diserahkan sebagian atau seluruhnya atau rusaknya membuktikan bahwa tidak diserahkan sebagian atau seluruhnya atau rusaknya  barang

 barang itu itu karena karena peristiwa peristiwa yang yang tidak tidak dapat dapat dicegah dicegah atau atau tidak tidak dapat dapat dihindaridihindari terjadinya (Pasal 468 ayat (2) KUHD).

C.

C. Tanggung Jawab Mutlak (Tanggung Jawab Mutlak (AbsAbsolute olute LL iabiliabil ity ity ))

Menurut prinsip ini, pengangkut harus bertanggung jawab atas setiap kerugian yang Menurut prinsip ini, pengangkut harus bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul dari pengangkutan yang diselenggarakannya tanpa keharusan pembuktian ada timbul dari pengangkutan yang diselenggarakannya tanpa keharusan pembuktian ada tidaknya kesalahan pengangkutan. Prinsip ini tidak mengenal beban pembuktian dan tidaknya kesalahan pengangkutan. Prinsip ini tidak mengenal beban pembuktian dan unsure kesalahnnya tidak perlu dipersoalkan. Pengangkut tidak mungkin bebas dari unsure kesalahnnya tidak perlu dipersoalkan. Pengangkut tidak mungkin bebas dari tanggung jawab dengan alasan apapun yang menimbulkan kerugian itu. Prinsip ini tanggung jawab dengan alasan apapun yang menimbulkan kerugian itu. Prinsip ini dapat dirumuskan dengan klausul berikut :

dapat dirumuskan dengan klausul berikut :

““ Pengangkut  Pengangkut bertanggung bertanggung jawab atas jawab atas setiap kerugian setiap kerugian yang yang timbul timbul karena pkarena peristiwaeristiwa apapun dalam penyelenggaraan pengangkutan ini

apapun dalam penyelenggaraan pengangkutan ini..””

Dalam Undang-Undang Pengangkutan, prinsip tanggung jawab mutlak tidak diatur, Dalam Undang-Undang Pengangkutan, prinsip tanggung jawab mutlak tidak diatur, karena pengangkut yang berusaha dibidang jasa pengangkutan tidak perlu karena pengangkut yang berusaha dibidang jasa pengangkutan tidak perlu dibebankan dengan risiko yang terlalu berat. Namun, tidak berarti bahwa dibebankan dengan risiko yang terlalu berat. Namun, tidak berarti bahwa pihak- pihak tidak boleh mempergunakan prinsip ini dalam perjanjian pengangkutan. Pihak  pihak tidak boleh mempergunakan prinsip ini dalam perjanjian pengangkutan. Pihak -- pihak

 pihak boleh boleh saja saja memperjanjikan memperjanjikan penggunaan penggunaan prinsip prinsip ini ini kepentingan kepentingan praktispraktis  penyelesaian

 penyelesaian tanggung tanggung jawab jawab berdasarkan berdasarkan asas asas kebebasan kebebasan berkontrak. berkontrak. Jika Jika prinsipprinsip ini digunakan, dalam perjanjian pengangkutan harus dinyatakan dengan tegas, ini digunakan, dalam perjanjian pengangkutan harus dinyatakan dengan tegas, misalnya dimuat pada dokumen pengangkutan.

misalnya dimuat pada dokumen pengangkutan.

Dengan demikian, jelas bahwa dalam hukum pengangkutan Indonesia prinsip Dengan demikian, jelas bahwa dalam hukum pengangkutan Indonesia prinsip tanggung jawab karena kesalahan dank arena praduga kedua-duanya dianut. Prinsip tanggung jawab karena kesalahan dank arena praduga kedua-duanya dianut. Prinsip tanggung jawab karena kesalahan adalah asas sedangkan prinsip tanggung jawab tanggung jawab karena kesalahan adalah asas sedangkan prinsip tanggung jawab karena praduga adalah pengecualian. Artinya pengangkut bertanggung jawab atas karena praduga adalah pengecualian. Artinya pengangkut bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul dalam penyelenggaraan pengangkutan, tetapi jika setiap kerugian yang timbul dalam penyelenggaraan pengangkutan, tetapi jika  pengangkut

 pengangkut berhasil berhasil membuktikan membuktikan bahwa bahwa dia dia tidak tidak bersalah/lalai, bersalah/lalai, dia dia dibebaskandibebaskan dari tanggung jawab.

BAB V

BAB V

Dalam dokumen Hukum Dagang (Halaman 79-84)