• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip supervisi pendidikan

Dalam dokumen Sunarno Basuki SUPERVISI PENDIDIKAN JASMANI (Halaman 37-44)

B. Supervisi Pendidikan Diperlukan Pendidik

4. Prinsip supervisi pendidikan

Pelaksanaan supervisi pendidikan di sekolah harus dipahami dalam pengertian yang sama oleh semua elemen yang terlibat dalam prosesnya. Kepala sekolah sebagai supervisor harus memiliki pemahaman yang sama, seperti yang dipahami oleh pendidik yang disupervisi. Jika salah satu pihak memiliki pengertian yang berbeda dalam pelaksanaannya dapat menemui berbagai kendala. Supervisi jangan sampai dipahami oleh pendidik sebagai upaya memata­matai, sementara kepala sekolah memahaminya sebagai upaya perbaikan proses belajar mengajar. Oleh karena itu, supervisi pendidikan harus memiliki prinsip yang dapat diterima oleh semua elemen.

Sahertian (2010) mengemukakan beberapa prinsip supervisi berikut ini.

1. Prinsip ilmiah (scientific) memiliki ciri­ciri berikut.

a. Sistematis. Dalam penyelenggaraannya supervisi dilaksanakan secara teratur, terstruktur, terencana, dan berkesinambungan. Maksudnya kegiatan supervisi harus direncanakan, dijadwalkan secara pasti dan teratur, dan berkesinambungan. b. Objektif. Artinya supervisi harus menemukan data akurat

dan tepat yang didapat pada saat observasi. Berdasarkan data asli tersebut maka dibuatlah perencanaan untuk kegiatan perbaikan atau pengembangan. Jadi perbaikan bedasarkan data asli, bukan berdasarkan tafsiran supervisor.

c. Instrumen yang tepat. Penggunaan instrumen yang tepat akan memberikan informasi yang tepat pula. Informasi yang tepat sangat diperlukan sebagai dasar pemberian masukan. Instrumen pengumpul data dapat berupa alat perekam data, seperti angket, observasi, percakapan pribadi, dan alat perekam data elektronik.

2. Prinsip demokratis

Prinsip ini sangat menjunjung tinggi kebersamaan, menghargai perbedaan pendapat dan menujunjung tinggi asas musyawarah. Supervisor hendaknya memberikan bantuan kepada pendidik berdasarkan kesepakatan, berdasarkan hubungan kemanusiaan, dan suasana kehangatan sehingga pendidik merasa nyaman. Pendidik bebas memunculkan ide­ide atau gagasan baru untuk memperbaiki keadaannya. Supervisor juga demikian ide atau pendapat dari supervisor juga dimunculkan kemudian disepakati bersama­sama.

3. Prinsip kerja sama

Supervisi mengedepankan aktivitas bersama (sharing of idea, sharing of experience) untuk menumbuhkan motivasi, merangsang pendidik sehingga pendidik merasa memiliki kontribusi dalam pengembangan potensinya. Kegiatan supervisi dilakukan dengan melibatkan kerjasama seluruh staf dalam hal pengumpulan data, analisis data, penemuan hasil, dan pengembangan pembelajaran. Dengan adanya kerja sama tersebut terciptalah situasi pembelajaran yang lebih baik.

4. Prinsip konstruktif dan kreatif

Kondisi lingkungan yang menyenangkan akan memotivasi pendidik untuk bekerja lebih baik, sehingga pendidik termotivasi dalam mengembangkan potensi. Pendidik akan konstruktif dan kreatif dalam menjalankan tugasnya.

Tidak jauh berbeda dari Sahertian (2010), Sagala (2009) mengajukan prinsip­prinsip supervisi dengan beberapa tambahan. Prinsip tersebut akan dijabarkan berikut ini.

1. Prinsip ilmiah

Ilmiah, artinya pelaksanaan supervisi harus dilakukan secara terencana, sistematis, obyektif, dan menggunakan metodelogi dan instrumen yang valid agar dapat memberikan informasi (data) yang tepat dan dapat dipercaya. Informasi yang tepat sangat diperlukan dalam pemberian masukan untuk memperbaiki pembelajaran.

2. Prinsip kooperatif

Kooperatif, artinya supervisi pendidikan dilaksanakan berlandaskan kerja sama antara supervisor dan pendidik atau orang yang disupervisi. Supervisor hendaknya dapat bekerja sama dengan pendidik, tenaga kependidikan, dan masyarakat sekolah lainnya dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. 3. Prinsip kreatif dan konstruktif

Kreatif dan konstruktif, supervisi yang dilakukan hendaknya dapat mendorong kreaktivitas pendidik dan bersifat konstruktif sehingga pendidik memiliki inisiatif untuk mengembangkan situasi pembelajaran.

4. Prinsip realistis

Realistis, pelaksanaan supervisi pendidikan hendaknya mempertimbangkan segala kondisi yang berlaku pada saat pembelajaran.

5. Prinsip progresif

Progresip, pelaksanaan supervisi hendaknya dapat mendorong kemajuan setiap pendidik dan tenaga kependidikan untuk menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif.

6. Prinsip inovatif

Inovatif, supervisi pendidikan dilaksanakan untuk mendorong perubahan dengan penemuan­penemuan baru dalam rangka perbaikan pembelajaran dan meningkatan kualitas pendidikan.

Berbeda dari keduanya, Arikunto (1993) mengajukan dua prinsip utama dalam supervisi pendidikan yang lebih menekankan

pada aspek tujuan dari supervisi dan cara melakukan supervisi berikut ini.

1. Pelaksanaan supervisi dilakukan dalam suasana terbuka, supervisi dilakukan dengan cara memberi tahu terlebih dahulu baik secara resmi atau tidak resmi.

2. Pelaksanaan supervisi bukan hanya ditujukan satu orang saja melainkan lebih terutama pendidik, kepala sekolah, tenaga kependidikan, dan masyarakat sekolah lainnya.

Prinsip supervisi menurut Fathurrahman dan Surayana (2011) menekankan pada cara melakukan supervisi berikut ini.

a. Pelaksanaan supervisi didasarkan atas hubungan resmi atau kedinasan bukan pribadi.

b. Pelaksanaan supervisi dilakukan harus sesuai dengan keperluan pendidik dan kepala sekolah atau sekolah.

c. Pelaksanaan supervisi dilandasi oleh sikap terbuka dan semangat keteladanan.

Beberapa prinsip supervisi tersebut lebih menekankan pada prinsip dalam pelaksanaan supervisi, berbasis ilmiah, demokratis, kerja sama, dan konstruktif. Demikian pula cara pelaksanaannya juga tidak boleh menjadi urusan pribadi. Namun, ada dua prinsip utama dalam pelaksanan supervisi yang dapat menjadi pegangan bagi supervisor. Prinsip­prinsip utama ini hanya meletakkan dasarnya semata dan dapat dikembangkan variasi pelaksanaannya. Prinsip tersebut adalah prinsip positif dan negatif. Fathurrohman dan Surayana (2011) menjelaskan prinsip supervisi berikut.

1. Prinsip positif

Prinsip positif yang harus diikuti berikut ini.

a. Supervisi dilaksanakan dengan demokratis dan kooperatif. b. Program supervisi bersifat konstruktif dan kreatif.

c. Supervisi harus berlandaskan scientific dan efektif. d. Supervisor harus dapat memberi rasa aman. e. Umpat balik supervisi harus berdasarkan data.

f. Supervisor harus memberikan kesempatan kepada kepala sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan untuk mengadakan “self evaluation”.

2. Prinsip negatif

Prinsip negatif merupakan prinsip yang harus dihindari yaitu. a. Supervisor jangan bersikap otoriter.

b. Supervisor jangan mencari kesalahan pendidik.

c. Supervisor ditugaskan bukan untuk mencari kesalahan, memeriksa instruksi dan peraturan yang telah dilaksanakan atau yang belum dilaksanakan.

d. Supervisor tidak boleh menganggap dirinya lebih tinggi dari orang yang disupervisi.

e. Supervisor jangan terlalu banyak mengurusi hal­hal kecil yang dilakukan pendidik saat mengajar.

f. Supervisor jangan kecewa jika gagal.

Menurut penulis berbagai prinsip tersebut secara mendasar dapat dikelompokan menjadi beberapa prinsip. Prinsip supervisi pendidikan menurut penulis berikut ini.

1. Prinsip ilmiah

Prinsip ilmiah menempatkan proses supervisi bukan sebagai urusan pribadi, melainkan menjadi urusan ilmiah yang menjunjung tinggi nilai keterbukaan, berbasis pengukuran yang jelas, dapat dipertanggungjawabkan serta menggunakan metode tertentu. Supervisi dilakukan dengan metode yang terukur, siapa saja bisa turut mengawasi, dapat dijelaskan secara ilmiah dan logis. Tidak ada kepentingan pribadi atau egoisme pendidik atau kepala sekolah bahkan kepentingan supervisor.

2. Prinsip inovatif

Prinsip inovatif menuntut kegiatan supervisi harus menghasilkan solusi yang kreatif, banyak alternatif, dan bisa dijalankan. Solusi atau saran yang diajukan berdasarkan evaluasi tidak boleh mengambang atau susah dijalankan. Demikian pula, apa

yang sudah tidak berguna jangan digunakan lagi. Misalnya metode pengajaran ceramah yang membosankan tidak boleh dipertahankan, maka supervisi harus memberi solusi yang baru atau pembaharuan sehingga memberi alternatif bagi pendidik dalam melaksanakan pengajaran di kelas.

3. Prinsip realistis

Supervisi harus dijalankan dengan prinsip realistis. Kondisi pendidik dan sekolah dinilai senyatanya, tidak boleh mengarang sebuah kondisi. Demikian pula solusi yang ditawarkan tidak boleh sebuah solusi yang sulit dilaksanakan. Prinsip ini harus membumi dapat diterima oleh pendidik dan mereka sangat mungkin menjalankan alternatif yang diajukan.

4. Prinsip purposive

Supervisi harus mempunyai tujuan yang jelas. Supervisi tidak boleh dilaksanakan sebagai kegiatan rutin belaka. Setiap supervisi yang dilakukan harus mempunyai target tertentu secara khusus. Supervisi yang dilakukan pada bulan tertentu misalnya pada proses belajar mengajar berikutnya fokus pada perbaikan sarana dan sebagainya.

5. Prinsip praktis

Supervisi harus dilaksanakan dengan prosedur yang sederhana dan mudah sesuai dengan kompetensi dan sumber daya yang ada di sekolah. Supervisi diupayakan sebagai suatu layanan bimbingan dan pembinaan yang menyenangkan terhadap pendidik dan tenaga pendidikan, sehingga pihak yang disupervisi tidak merasakan adanya beban yang berat jika akan dilaksanakan supervisi di sekolah.

6. Prinsip sistematis

Supervisi harus dilakukan dengan prosedur kerja yang teratur berdasarkan sistem atau standar yang berlaku. Program kerja sebagai pegangan pelaksanaan hendaknya dibuat terstruktur, sesuai rencana, dan terpadu antar komponen.

7. Prinsip objektif

Pelaksanaan supervisi harus menghasilkan data atau informasi yang akurat, pasti, diyakini keabsahannya, dan tidak melibatkan perkiraan dan asumsi. Informasi objektif yang diperoleh akan dijadikan landasan supervisor untuk memberikan tindak lanjut. 8. Prinsip antisipatif

Supervisi harus tanggap terhadap segala sesuatu yg sedang (akan) terjadi di masa yang akan datang. Prinsip ini diterapkan sebagai langkah solusi terhadap segala perubahan yang akan terjadi, terutama perubahan kurikulum, tuntutan kebutuhan pendidik dan peserta didik, dan sebagainya.

9. Prinsip konstruktif

Supervisi harus memberikan masukan yang membangun, membina, dan memperbaiki terhadap permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan. Agar permasalahan pendidikan dapat segera diatasi, terutama yang menyangkut masalah proses pembelajaran.

10. Prinsip kooperatif

Pelaksanaan supervisi di sekolah akan berjalan aman, tertip, dan lancar jika pihak­pihak yang berkepentingan saling bekerja sama dengan baik.

11. Prinsip kekeluargaan

Pelaksanaan supervisi harus bersifat dan berciri keluarga. Adanya kedekatan hubungan emosional yang memungkinkan semua pihak untuk saling terbuka, nyaman, dan menyenangkan. 12. Prinsip demokratis

Pelaksanaan supervisi harus dapat menjadikan semua pihak memiliki persamaan hak, kewajiban dan perlakuan. Semuanya berdiri di atas kepentingan yang sama yaitu menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

13. Prinsip aktif

Untuk mencapai tujuan supervisi diperlukan usaha yang keras dari masing­masing pihak yang terlibat dalam supervisi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

14. Prinsip humanis

Pelaksanaan supervisi harus memperhatikan pergaulan antar sesama atas dasar perikemanusiaan. Pelaksanaan supervisi disamping sebagai pelaksanaan tugas negara juga dinilai sebagai ajang silahturrahmi.

15. Prinsip berkesinambungan

Peristiwa yang berkaitan pendidikan yang terjadi di masa sekarang merupakan mata rantai dari peristiwa yang terjadi di masa lampau. Oleh karena itu, supervisi harus dilaksanakan secara berkelanjutan.

16. Prinsip terpadu

Supervisi tidak dilaksanakan secara tersendiri tetapi dilaksanakan secara kait mengkait dan saling menunjang dengan kegiatan yang lain untuk mencapai kinerja yang efektif dan efisien.

17. Prinsip komprehensip

Supervisi harus dilakukan oleh supervisor berwawasan yang luas. Fokus supervisi bukan hanya menekankan satu bidang tertentu saja melainkan bidang­bidang lain yang mempengaruhi proses pembelajaran.

Dalam dokumen Sunarno Basuki SUPERVISI PENDIDIKAN JASMANI (Halaman 37-44)