• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Pemeriksaan Notaris Pada Majelis Pengawas

BAB IV UPAYA HUKUM ADMINISTRASI YANG DILAKUKAN

A. Prosedur Pemeriksaan Notaris Pada Majelis Pengawas

Pendapat E. K. Meyers berkaiatan dengan hukum, maka didapatkan defenisi hukum adalah semua peraturan yang mengadung pertimbangan-pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat dan menjadi pedoman bagi penguasa-penguasa Negara dalam melakukan tugasnya.82Selain itu W.

Levensbergen mengatakan bahwa hukum merupakan pengatur, khususnya pengaturan mengenai perbuatan manusia di dalam masyarakat.83

Berkaitan dengan simbol hukum adalah kumpulan aturan-aturan yang harus dijalankan oleh setiap individu, kelompok ataupun suatu bangsa yang mendudukung keberadaan suatu Negara, maka PERMENKUMHAM Nomor : M.02.08.10 Tahun 2004 dan kode etik notaris merupakan aturan bagi organisasi notaris yang harus dijalankan serta merupakan petunjuk dan pedoman bagi setiap notaris ataupun organisasi notaris secara keseluruhan sebagai upaya taat akan aturan hukum, dan bila aturan tersebut, dilanggar, maka notaris dapat dikenakan sanksi, melalui tahapan-tahapan atau prosedur yang telah ditentukan. Prosedur pemanggilan Notaris atas Pelanggaran Kode Etik Jabatan:

82R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hal 38.

83Ibid, hal 30.

1. Tahap Pengajuan Laporan, Menurut Pasal 21 PERMENKUMHAM Nomor : M. 02. 08. 10 Tahun 2004:

a. Pihak yang merasa dirugikan mengajukan laporan pelanggaran kode etik dapat ditujukan kepada MPD, MPW, MPP.

b. Jika laporan atas pelanggaran kode etk dilaporkan ke MPW atau MPP, maka MPW atau MPP akan meneruskan kepada MPD.

c. Laporan harus disampaikan secara tertulis dalam bahasa Indonesia disertai bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.84

2. Tahap Pemanggilan, Menurut Pasal 22 PERMENKUMHAM Nomor : Nomor : M.02.08.10 Tahun 2004:

a. Ketua Majelis Pemeriksa melakukan pemanggilan terhadap pelapor dan terlapor.

b. Pemanggilan dilakukan dengan surat oleh sekretaris dalam waktu paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum sidang.

c. Dalam keadaan mendesak pemanggilan dapat dilakukan dengan faksmile dan selanjutnya dapat disusul dengan surat pemanggilan.

d. Dalam hal terlapor setelah dipanggil secara sah dan patut, tetapi tidak hadir, maka akan dilakukan pemanggilan kedua.

84Pasal 21 Permenkumham Nomor : M.02.08.10 Tahun 2004, mengatur mekanisme penerimaan laporan atas pengaduan Pelapor terhadap Notaris yang melakukan pelanggaran di dalam melakukan fungsi jabatannya.

e. Dalam hal terlapor dipanggil secara sah dan patut yang kedua kali namun tetap tidak hadir, maka pemeriksaan dilakukan dan putusan diucapkan tanpa kehadiran terlapor.

f. Dalam hal pelapor setelah dipanggil secara sah dan patut tidak hadir, maka dilakukan pemanggilan kedua, dan apabila pelapor tetap tidak hadir, maka Majelis Pemeriksa menyatakan laporan gugur dan tidak dapat diajukan kembali.85

3. Tahap Pemeriksaan oleh Majelis Pemeriksa Daerah, Menurut Pasal 23 PERMENKUMHAM Nomor : M.02.08.10 Tahun 2004 :

a. Pemeriksaan dilakukan oleh MPD dan tertutup untuk umum.

b. Pemeriksaan dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kalender setelah laporan diterima.

c. MPD harus sudah menyelesaikan pemeriksaan dan menyampaikan hasil pemeriksaan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak laporan diterima.

d. Hasil pemeriksaan dituangkan dalam berkas acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh ketua dan sekertaris.

e. Surat pengantar pengiriman berita acara pemeriksaan yang dikirimkan kepada MPW ditembuskan kepada pelapor, terlapor, MPP, dan pengurus daerah INI.

85Bahwa sebagaimana ketentuan Pasal 22 Permenkumham Nomor : M. 02. 08. 10 Tahun 2004 , selain dapat dipanggil melalui panggilan resmi, maka notaris yang terlapor dalam keadaan mendesak dapat dipanggil melalui facsimile.

f. Pada sidang pertama yang ditentukan pelapor dan terlapor hadir, lalu MPD melakukan pemeriksaan dengan membacakan laporan dan mendengar keterangan pelapor.

g. Dalam pemeriksaan, terlapor diberi kesempatan yang cukup untuk menyempaikan tanggapan.

h. Pelapor dan terlapor dapat mengajukan bukti-bukti untuk mendukung dali-dalil yang diajukan.

4. Tahap Pemeriksaan oleh Majelis Pemeriksa wilayah, Menurut Pasal 26 PERMENKUMHAM Nomor : M.02.08.10 Tahun 2004:

a. MPW memeriksa dan memutus hasil pemeriksaan Majelis Pemeriksa Daerah.

b. MPW mulai melakukan pemeriksaan terhadap hasil pemeriksaan MPD dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kalender sejak berkas diterima.

c. MPW berwenang memanggil terlapor dan pelapor untuk didengar keterangannya.

d. Putusan diucapkan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak berkas diterima.

e. Putusan harus memuta alasan dan pertimbangan yang cukup, yang dijadikan dasar untuk menjatuhkan putusan dan ditandatangani oleh ketua, anggota, dan sekertaris MPW.

f. Dalam hal laporan tidak dapat dibuktikan, maka MPW mengucapkan putusan yang megnyatakan laporan ditolak dan terlapor direhabilitasi namanya.

g. Dalam hal laporan dapat dibuktikan, maka terlapor dijatuhi sanksi sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan.

h. Salinan putusan MPW disampaikan kepada Menteri, pelapor, terlapor, Majelis Pengawas Daerah, dan Pengurus Pusat INI, dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak putusan diucapkan.

5. Tahap Pemeriksaan oleh Majelis Pemeriksa wilayah, Menurut Pasal 29 PERMENKUMHAM Nomor : M.02.08.10 Tahun 2004:

a. MPP memeriksa permohonan banding atas Putusan MPW.

b. Dalam hal dali yang diajukan pada memori banding dianggap cukup beralasan oleh MPP, maka putusan MPW dibatalkan.

c. Dalam hal dalil yang diajukan pada memori banding dianggap tidak beralsan oleh MPP, maka putusan MPW dikuatkan.

d. MPP dapat mengambil putusan sendiri berdasarkan kebiksanaan dan keadilan.

e. MPP mulai melakukan pemeriksaan terhadp berkas permohonan banding dalam jangka waktu paling lam 7 (tujuh) hari kalender sejak berkas diterima.

f. MPP berwenang untuk memanggil pelapor dan terlapor untuk dilakukan pemeriksaan guna didengar keterangannya.

g. Putusan diucapkan dalam jangka waktu paling alam 30 (tiga puluh) hari kalender sejak berkas diterima dan ditandatangani oleh ketua, anggota dan sekertaris MPP.

h. Putusan MPP disampaikan kepada menteri, dan salinannya disampaikan kepada pelapor, terlapor, MPD, MPW, Pengurus Pusat INI, dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak putusan diucapkan.

Berdasarkan konsekwensi logis terhadap aturan di atas, maka upaya yang paling lugas dan paling menyeluruh dalam menganalisis konsep hukum dengan istilah-istilah yang terlihat sebagai elemen sederhana berupa perintah (commands) dan kebiasaan (habits) atau perilaku.86

B. Upaya Hukum Administrasi Yang Dilakukan Notaris Terhadap Sanksi