• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENDAFTARAN HAK CIPTA ARSITEKTUR YANG

E. Prosedur Pendaftaran Hak Cipta

88

Di Indonesia, pendaftaran ciptaan bukan merupakan suatu keharusan bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta. Timbulnya perlindungan suatu ciptaan dimulai sejak ciptaan itu ada atau terwujud dan bukan karena pendaftaran. Namun demikian, surat pendaftaran ciptaan dapat dijadikan sebagai alat bukti awal di pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian hari terhadap suatu ciptaan.89

Sesuai ketentuan Bab IV Undang-Undang Hak Cipta, pendaftaran hak cipta diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI), Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Pencipta atau pemilik hak cipta dapat pula mendaftarkan langsung ciptaannya maupun melalui konsultan HKI. "Daftar Umum Ciptaan" yang mencatat ciptaan-ciptaan terdaftar dikelola oleh Ditjen HKI dan dapat dilihat oleh setiap orang tanpa dikenai biaya.90

Ada dua cara atau stelsel pendaftaran dalam hak cipta, yaitu yang pertama

stelsel konstitutif, berarti bahwa hak atas ciptaan baru terbit karena pendaftaran yang

telah mempunyai kekuatan. Yang kedua stelsel deklaratif, bahwa pendaftaran itu

bukanlah menerbitkan hak, melainkan hanya memberikan dugaan atau sangkaan saja menurut undang-undang bahwa orang yang hak ciptanya terdaftar itu adalah si berhak sebenarnya sebagai pencipta dari hak yang didaftarkan.91

Dalam Pasal 35 ayat 4 Undang-Undang Hak Cipta, pendaftaran hak cipta di lakukan dengan sukarela, bagi pencipta maupun pemegang hak cipta yang mendaftarkan ciptaannya. Pendaftaran hak cipta dapat menjadikan surat pendaftaran

89

Haris Munanda & Sally Sitanggang,Op Cit, hal 24 90

Ibid 91

ciptaannya, sebagai alat bukti awal di pengadilan apabila timbul sengketa di kemudian hari mengenai ciptaan tersebut.92

Dengan tidak di daftarkannya ciptaan pada Direktorat Jendral, bukan berarti hak cipta tidak pernah lahir. Fungsi pendaftaran hak cipta, untuk mempermudah pembuktian kepemilikan atas ciptaan. Pendaftaran dalam Daftar umum ciptaan tidak mengandung arti sebagai pengesahan atas isi, maksud, atau bentuk dari ciptaan yang di daftar, hal ini ditegaskan dalam Pasal 36 Undang-Undang Hak Cipta.93

Dari penjelasan diatas, berarti menunjukan bahwa cara pendaftaran hak cipta dalam Undang-Undang Hak Cipta menganut cara ataustelsel deklaratif.

Pasal 37 dan Pasal 38 UUHC menentukan syarat-syarat pendaftaran ciptaan, sebagai berikut:

1. Adanya suatu ciptaan di bidang ilmu pengetahuan, seni, atau sastra dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi, serta asli (Pasal 1 angka 2 dan 3) 2. Adanya permohonan secara tertulis yang diajukan oleh pemohon atau

kuasanya kepada Direktorat Jenderal

3. Permohonan dibuat dengan surat rangkap 2 (dua) yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan disertai contoh ciptaan atau penggantinya

4. Membayar biaya permohonan

92Ibid 93Ibid

5. Jika permohonan diajukan oleh lebih dari seorang atau suatu badan hukum yang secara bersama-sama berhak atas suatu ciptaan, permohonan harus dilampiri salinan akta atau keterangan tertulis yang membuktikan hak tersebut Menurut Undang-Undang Hak Cipta, permohonan pendaftaran hak cipta diajukan kepada Direktorat Jendral dengan surat rangkap 2 (dua) yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan disertai contoh Ciptaan. Permohonan pendaftaran hak cipta, dapat diajukan oleh :

1. Permohonan yang diajukan oleh Pencipta atau Pemegang Hak Cipta atau Kuasa. (Pasal 37 ayat 1)

2. lebih dari seorang atau suatu badan hukum yang secara bersama-sama berhak atas suatu Ciptaan. Permohonan tersebut dilampiri salinan resmi akta atau keterangan tertulis yang membuktikan hak tersebut.

Permohonan pendaftaran ciptaan diajukan dengan cara mengisi formulir yang disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dan diketik rangkap dua. Dalam pendaftaran tersebut, pemohon diwajibkan:

1. melampirkan surat kuasa khusus, apabila permohonan diajukan melalui kuasa. 2. melampirkan contoh ciptaan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Jika berupa buku dan karya tulis lainnya, maka harus dilampirkan dua buah yang telah dijilid dengan edisi terbaik dan apabila buku itu berisi foto seseorang harus pula dilampirkan surat tidak keberatan dari orang yang difoto atau ahli warisnya.

b. Jika berupa program komputer, harus disertakan dua buah disket disertai buku petunjuk pengoperasian dari program komputer tersebut.

c. Jika berupa CD/VCD/DVD, harus disertai dua keping contoh disertai uraian ciptaannya.

d. Jika berupa alat peraga, harus disertakan satu buah disertai dengan buku petunjuknya;

e. Jika berupa lagu, harus disertakan 10 buah contoh berupa notasi dan/atau syair.

f. Jika berupa drama, harus disertakan dua buah naskah tertulis atau rekamannya.

g. Jika berupa tari (koreografi), harus disertakan 10 gambar atau dua buah rekamannya.

h. Jika berupa kisah pewayangan harus disertakan dua naskah tertulis atau rekamannya.

i. Jika berupa pantomim, harus disertai 10 buah gambar atau dua buah rekamannya.

j. Jika berupa karya pertunjukan harus disertai dua buah rekamannya. k. Jika berupa karya siaran, harus disertai dua buah rekamannya.

l. Jika berupa seni lukis, seni motif, seni batik, seni kaligrafi, logo, seni ukir, seni pahat, seni patung, seni kerajinan tangan dan kolase, harus disertai 10 lembar fotonya.

n. Jika berupa peta, harus disertai satu buah salinannya

o. jika berupa karya fotografi, harus disertai 10 lembar salinannya. p. Jika berupa karya sinematografi, harus disettai dua buah rekamannya. q. Jika berupa terjemahan, harus disertai dua naskah yang disertai izin pemilik

hak ciptanya

r. Jika berupa tafsir, saduran dan bunga trmpai, harus disertai dua buah naskahnya.

3. Apabila pemohon adalah sebuah badan hukum harus disertakan salinan resmi akta pendirian badan hukum atau fotokopinya yang dilegalisasi notaris.

4. Jika pemohon adalah perorangan, harus disertai fotokopi kartu tanda penduduk; dan Bukti pembayaran biaya permohonan sebesat Rp75.000,00 atau ciptaan berupa program komputer sebesar Rp150.000,00.

5. Jika permohonan pendafaran ciptaan yang menjadi pemegang hak ciptanya bukan si pencipta sendiri, pemohon wajib melampirkan bukti pengalihan hak cipta tersebut.94

94

Gambarmbar 5 - Prosedur Permohonan Pendaftaran Hak C Sumber: Kantor Depkumham Kota Medan

Gambar 6 - Bentuk formulir Permohonan Pendaftaran Ciptaan Sumber: Kantor Depkumham Kota Medan

Apabila dikemudian hari, ada ciptaan yang sudah terdaftar pada Direktorat Jendral, dan ternyata ada pihak lain yang berhak atas hak cipta tersebut, maka menurut Pasal 42 Undang-Undang Hak Cipta, dapat mengajukan gugatan pembatalan melalaui Pengadilan Niaga.

Kekuatan hukum dari suatu pendaftaran Ciptaan, dapat hapus karena :

1. Permohonan dari orang atau badan hukum yang namanya tercatat sebagai pencipta atau pemegang hak cipta.

2. lampau waktu, dengan mengingat jangka waktu berlakunya ciptaan tersebut.

3. adanya pembatalan oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Meskipun UUHC tidak mewajibkan suatu ciptaan untuk didaftarkan, undang-undang mengatur secara khusus ketentuan secara khusus mengenai pendaftaran ciptaan dari pasal 35 sampai dengan pasal 44. Prinsip-prinsip ketentuan yang diatur dalam UU tersebut adalah sebagai berikut:95

1. Direktoral Jenderal menyelenggarakan pendaftaran ciptaan dalam Daftar Umum Ciptaan. Pendaftaran Ciptaan tidak merupakan kewajiban untuk mendapatkan Hak Cipta.

2. Pendaftaran Ciptaan tidak mengandung arti sebagai pengesahan atas isi, arti, atau bentuk Ciptaan yang didaftar.

3. Pendaftaran Ciptaan dilakukan atas dasar permohonan yang diajukan oleh Pencipta atau oleh Pemegang Hak Cipta atau Kuasa (Konsultan Terdaftar).

95

Dalam hal permohonan diajukan oleh lebih dari seorang atau suatu badan hukum yang secara bersama-sama berhak atas Ciptaan, maka permohonan itu harus dilampiri salinan resmi akta atau keterangan yang membuktikan kepemilikan haknya.

4. Pendaftaran Ciptaan dianggap telah dilakukan pada saat diterimanya permohonan oleh Direktorat Jenderal dengan lengkap, termasuk yang diajukan oleh lebih dari seorang atau satu badan hukum.

5. Dalam hal Ciptaan didaftar tidak sesuai dengan nama Pencipta atau pihak yang berhak, maka pihak yang berhak atas Hak Cipta tersebut dapat mengajukan gugatan pembatalan melalui Pengadilan Niaga.

6. Kekuatan hukum suatu pendafraran Ciptaan hapus karena dinyatakan batal oleh putusan pengadilan. Selain itu, penghapusan dapat dilakukan atas permohonan orang atau badan hukum yang namanya tercatat sebagai Pencipta atau Pemegang Hak Cipta. Selebihnya, pendaftaran hapus karena berakhirnya jangka waktu perlindungan Hak Cipta.

Sehubungan dengan prinsip-prinsip di atas, pemerintah memfasilitasi kebutuhan pencipta untuk mendaftarkan ciptaannya, terutama untuk memperoleh alat

bukti kepemilikan ciptaannya. Hal itu dilakukan pemerintah dengan

menyelenggarakan administrasi khusus pendaftaran ciptaan, dengan menetapkan syarat-syarat dan biaya pendaftaran. Administrasi pendaftaran ciptaan diatur dalam

Peraturan Menteri Kehakiman Nomor: M.01-HC.03.01 Tahun 1987 yang diadministrasikan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.96

Peraturan Menteri Kehakiman tersebut hingga saat ini masih berlaku meski UU Hak Cipta sudah diubah dan diganti dengan UU Nomor 19 Tahun 2002.

Menurut Peraturan Menteri Kehakiman tersebut ditentukan bahwa

permohonan pendaftaran ciptaan diajukan kepada Menteri Kehakiman R.I. melalui Direktorat Hak Cipta. Prosedur pendaftaran caranya sederhana yaitu:

1. permohonan pendaftaran ciptaan diajukan dengan cara mengisi formulir yang disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dan diketik rangkap dua;

2. pemohon wajib melampirkan:

a. surat kuasa khusus, apabila permohonan diajukan melalui kuasa;

b. contoh ciptaan arsitektur dengan ketentuan melampirkan satu buah gambar arsitektur;

c. salinan resmi akta pendirian badan hukum atau fotokopinya yang dilegalisasi notaris, apabila pemohon badan hukum;

d. fotokopi kartu tanda penduduk; dan

e. bukti pembayaran biaya permohonan sebesar Rp75.000 atau ciptaan berupa program komputer sebesar Rp150.000

3. dalam hal permohonan pendaftaran ciptaan yang pemegang hak ciptanya bukan si pencipta sendiri, pemohon wajib melampirkan bukti pengalihan hak cipta tersebut.

Berbeda dengan permintaan paten dan pendaftaran merek yang mensyaratkan kewajiban mengajukan permintaan untuk itu guna memperoleh status dan perlindungan hukum, pendaftaran ciptaan lebih bersifat pilihan atau optional. Pendaftaran sekadar berfungsi sebagai pencatatan hak pencipta atas ciptaan, identitas pencipta dan data lain yang relevan. Tujuannya, untuk mendapatkan catatan formal status kepemilikan Hak Cipta. Hal ini penting, terutama untuk mendukung pembuktian dalam hal terjadi sengketa kepemilikan Hak Cipta, termasuk kebenaran mengenai siapa yang dianggap sebagai pencipta. Demikian pula dalam pengalihan atau pelisensian Hak Cipta. Yang terakhir ini akan lebih mudah dilakukan apabila tersedia dokumen tertulis tentang ciptaan. Misalnya, sertifikat pendaftaran Hak Cipta yang bersangkutan.97