• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

C. Sosialisasi (Proses Belajar) 1. Pengertian Sosialisasi

6. Proses Belajar Sosial (social learning)

104  

Kedua, warisan biologis. Persamaan biologis membantu untuk menjelaskan

beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku seseorang. Ketiga, lingkungan fisik. Adanya perbedaan perilaku kelompok disebabkan karena perbedaan iklim, topografi, dan sumber lain. Keempat, lingkungan pergaulan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh hubungan dengan orang lain dan bagaimana interaksi sosialnya. Kelima, keyakinan terhadap agama. Agama memiliki pengaruh terhadap keribadian orang. Karena agama mengajarkan cara berperilaku, sehingga orang yang taat agama akan mempunyai perilaku yang baik. Keenam, kebudayaan daerah. Kebudayaan yang dimiliki daerah juga berpengaruh terhadap kehidupan dan perilaku seseorang walau itu jarang disadari.148

6. Proses Belajar Sosial (social learning)

Sosialisasi dapat terjadi melalui proses belajar sosial, di mana lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Teori pembelajaran sosial memasukkan interaksi sosial kedalamnya, dan menitikberatkan relasi interpersonal yang meliputi peniruan (imitation) dan pemodelan (modeling), dan dengan demikian berfokus pada studi proses kognitif yang melalui observasi bisa menjadi sumber pembelajaran.149

Imitasi (peniruan) atau modelling terjadi ketika seorang tak hanya

mengamati tetapi juga meniru perilaku dari model.150       

148 Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan..., 111.

149 Knud Illeris, Contemporary Theories of Learning (Bandung: Nusa Media, 2011), 276.

105  

Menurut Bandura, sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan (observational learning) secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain (imitation).151 Ada dua model utama dalam observational learning. Pertama, belajar melalui pengamatan bisa berlangsung melalui pengkondisian yang seolah-olah dialami sendiri (vicarious reinforcement). Hal ini terjadi ketika melihat orang lain yang mendapatkan ganjaran (punishment) karena tindakan tertentu, kemudian kita memodifikasi perilaku kita sebagai konsekuensi yang kita terima. Seseorang yang mengamati model perilaku orang lain akan menghasilkan penguatan (reinforcement), kemudian pengamat memodifikasi perilakunya, maka hal itu menunjukkan

vicarious reinforcement.152 Kedua, pengamat (observer) meniru perilaku suatu model meskipun model tersebut tidak menerima reinforcement atau

punishment saat observer mengamati. Dalam hal ini, pengamat hanya ingin

menirukan suatu model yang tampak memiliki status tinggi.153

Kualitas tingkat imitasi bergantung pada persepsi seseorang terhadap model. Semakin piawai dan berwibawa seorang model, semakin tinggi pula kualitas imitasi perilaku sosial seseorang yang meniru tersebut.154

      

151 Albert Bandura, Principles of Behavior Modification (New York: Rinehart & Winston, 1969), 362.

152 B. R. Hergenhahn, Matthew H. Olson, Theories of Learning (Teori Belajar) (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 360.

153 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 194.

154 Kualitas kemampuan seseorang dalam melakukan perilaku sosial hasil pengamatan terhadap model, antara lain bergantung pada ketajaman persepsinya mengenai ganjaran dan hukuman yang berkaitan dengan benar dan salahnya perilaku yang ia tiru dari model tersebut. Muhibbin Syah,

106  

Belajar dengan mengamati perilaku model memainkan peranan penting. Ada lima hal yang dapat dipelajari seseorang melalui pengamatan terhadap model, yaitu sebagai berikut:

a. Pengamat dapat mempelajari ketrampilan kognitif, afektif, dan psikomotor yang baru, dengan cara memerhatikan bagaimana orang tersebut melakukan hal-hal tersebut.

b. Pengamatan terhadap model dapat menguatkan atau melemahkan berbagai halangan untuk pengamat melakukan perilaku yang sama. c. Para model dapat pula bertindak sebagai penganjur umum (social

prompts) atau mendorong bagi para pengamat.

d. Dengan memerhatikan model, pengamat dapat belajar bagaimana memanfaatkan lingkungan sekitar serta benda-benda yang ada di dalamnya.

e. Melihat model mengekspresikan reaksi-reaksi emosional dapat membangkitkan rangsangan pengamat untuk mengekspresikan reaksi emosional yang sama.155

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran dengan pengamatan terhadap model, yaitu sebagai berikut:

a. Memberikan perhatian (attention)

Dalam pembelajaran dengan pengamatan mengasumsikan bahwa seseorang dapat dan akan memusatkan perhatian mereka dari waktu ke

      

107  

waktu dan diarahkan ke model.156 Proses memerhatikan perilaku model ini tergantung sebagian kepada relevansi perilaku tersebut di mata si pengamat. Proses memberi perhatian juga tergantung pada kegiatan apa dan siapa modelnya yang tersedia untuk diamati. Perilaku tersebut harus menghasilkan dampak yang dapat ditangkap oleh panca indera. Tindakan-tindakan yang tidak memiliki nilai dan tidak menimbulkan hasil nyata atau berguna, biasanya akan diabaikan.

b. Menyimpan dalam ingatan (retentional)

Setelah perilaku diamati, pengamat harus dapat mengingat apa yang telah dilihatnya dengan cara memberi kode dari informasi yang telah didapatkannya menjadi bentuk gambar mental atau menjadi simbol-simbol verbal yang kemudian disimpan dalam ingatnya.157

c. Proses penghasilan (reproduction)

Setelah mempelajari suatu tingkah laku, subjek juga harus mempunyai kemampuan mwujudkan atau menghasilkan apa yang disimpannya ke dalam bentuk tingkah laku.158

d. Proses motivasi (motivational)

Dalam pengamatan terhadap model, pengamat tidak hanya mendapatkan informasi dari perilaku yang diamati, tetapi juga dapat memotivasi mereka jika konsekuensi perilaku tersebut mempunyai nilai khusus yang       

156 Kelvin Seifert, Educational Psychology (Boston: Houghton Mifflin Company, 1983), 363.

157 Akan sangat membantu apabila kegiatan yang akan ditiru segera diulang atau dipraktikkan setelah pengamatan selesei. Dalam mempraktikkan perilaku dapat dilakukan secara fisik, tetapi dapat juga kognitif, yaitu dengan membayangkan atau memvisualisasi perilaku tersebut dalam pikirannya. Hamzah B. Uno, Orientasi Baru..., 197.

108  

berharga bagi diri pengamat. Dan jika perilaku model tersebut menghasilkan nilai yang berharga maka pengamat akan termotivasi untuk meniru perilaku tersebut.159

Proses sosial pada masyarakat pada dasarnya akan mengarahkan juga pada masalah proses sosialisasi pada usia anak. Hal ini cukup beralasan karena anak merupakan bagian dari masyarakat dan sebagai objek penting dalam proses sosialisasi. Sebagai bagian dari masyarakat anak dituntut dapat hidup bermasyarakat secara baik, dan sebagai proses sosialisasi, anak merupakan individu yang perlu mendapatkan proses belajar bermasyarakat. Anak sebagai objek penting dalam proses pembelajaran mempunyai kedudukan penting dalam proses sosialisasi.160 Dilihat dari segi umur atau usia anak dapat dipahami dari interval usia, istilah anak: 0-12 tahun; remaja: 13-18 tahun; dan dewasa: 18-21 tahun ke atas.161