BAB II KAJIAN TEORI
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Setting Lokasi
2. Realitas Anak Berkebutuhan Khusus di Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk
137
2. Realitas Anak Berkebutuhan Khusus di Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk
Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak dengan berbagai kesulitan atau ketidakmampuan dalam beberapa hal, baik dari segi intelegensinya, fisik, komunikasi maupun sosialnya. Ketidakmampuan tersebut secara langsung akan mempengaruhi perkembangan anak dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam proses sosialisasi anak dengan lingkungan sekitar. Karena pada dasarnya Anak Berkebutuhan Khusus berhak mendapat perlakuan yang sama dari semua pihak, terutama hak memperoleh pendidikan, menyesuaikan diri dengan lingkungan dan hidup bermasyarakat layaknya anak-anak normal pada umumnya.
Di Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk, di masing-masing Desa terdapat Anak Berkebutuhan Khusus, meliputi Tunarungu, tunanetra, tunadaksa, tunagrahita, autis. Berdasarkah data dari Kantor Dinas Sosial dalam hal ini dari TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan) Kertosono, jumlah keseluruhan Anak Berkebutuhan Khusus di Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk sekitar 43 anak dan mereka tersebar di 13 desa dari 14 desa yang ada di Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk, yaitu 6 anak di Desa Lambangkuning, 2 anak di Desa Bangsri, 2 anak di Desa Tanjung, 2 anak di Desa kalianyar, 3 anak di Desa Kudu, 9 anak di Desa Drenges, 4 anak di Desa Pandantoyo, 3 anak di Kelurahan Banaran, 2 anak di Desa Kepuh, 5 anak di Desa Tembarak, 2 anak di Desa Kutrejo, 1
138
anak di Desa Nglawak, 2 anak di Desa Pelem.8 Data tersebut sudah termasuk data dari SLB Pandantoyo Kertosono, di mana beberapa keluarga Anak Berkebutuhan Khusus bertempat tinggal di Kertosono sebagai pendatang. Berikut tabel sebaran Anak Berkebutuhan Khusus di Kecamatan Kertosono:
Tabel 4.7
Sebaran Anak Berkebutuhan di Kecamatan Kertosono
No Desa/Kelurahan Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Drenges Kudu Pandantoyo Banaran Kepuh Tembarak Lambangkuning Kutorejo Nglawak Bangsri Pelem Tanjung Kalianyar 9 3 4 3 2 5 6 2 1 2 2 2 2 Total 43
Dari hasil observasi ditemukan bahwa di Kecamatan Kertosono terdapat sekitar 27 Anak Berkebutuhan Khusus dengan tiga klasifikasi, yaitu tunarungu, tunagrahita, dan autis. Anak Berkebutuhan Khusus di atas masing-masing menempuh pendidikan formal di SLB Muhammadiyah Pandantoyo Kertosono, dan beberapa diantaranya menempuh kelas terapi.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, di Kabupaten Nganjuk sebenarnya sejak 2012 sudah di rintis sekolah inklusi, anak-anak yang berkebutuhan khusus bisa belajar disandingkan dengan anak reguler. Akan
139
tetapi, rintisan tersebut tidak dibarengi dengan sarana dan prasarana yang memadai, dan kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat, serta kurangnya tenaga pendidik yang kualifikasinya sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, di Kecamatan Kertosono sendiri belum ada kerjasama antara SLB dengan sekolah regular, walaupun sebenarnya menurut Kepala Sekolah SLB Muhammadiyah Pandantoyo Kertosono sudah pernah ada program inklusi tersebut dari pihak pemerintah Kabupaten Nganjuk, namun hal tersebut belum terealisasi.
Berdasarkan data dokumentasi, Anak Berkebutuhan Khusus di Kecamatan Kertosono sejumlah 43 anak, namun yang menempuh pendidikan formal hanya 27 anak. Ada beberapa faktor yang dijadikan sebagai alasan anak tidak mau sekolah. Hal tersebut meliputi kurang mengertinya orang tua terhadap pendidikan anak, motivasi anak kurang dalam belajar, faktor ekonomi orang tua, kesibukan, tidak bisa mengantar dan menunggu anak selama di sekolah, dan lain-lain. Berikut data Anak Berkebutuhan Khusus yang menempuh jalur pendidikan formal.
Tabel 4.8
Anak Berkebutuhan Khusus
No. Nama Jenis Ketunaan Alamat
1. Imam Hanafi Tunagrahita (C) Sukorejo Drenges
2. Agnes Armafena Tunagrahita (C) Ds. Pandanasri
3. Fransiska Tunagrahita (C) Ds. Tembarak
4. Ersa Emiliana Tunagrahita (C) Ds. Tembarak
5. Rizal Ali Mustofa Tunagrahita (C) Ds. Tembarak
6. Ellyna Nur Istiqomah Tunagrahita (C) Ds. Nglawak 7. Laelatul Eka Ningtyas Tunagrahita (C) Kertosono
8. Sigit Mardiansyah Tunagrahita (C) Ds. Tembarak
9. Firman Arif Wicaksono
Tunagrahita (C) Ds. Drenges 10. Sitta Ainun Mardiyah Tunagrahita (C) Kertosono
140
11. Nida Sofia Tunarungu (B) Kutorejo
12. Klarisa Kusuma Tunarungu (B) Pandanasri
13. Agdelia Maurin Shalaisah
Tunarungu (B) Pandantoyo
14. Moch. Ega Dwi Pratama
Tunagrahita (C) Gondang Tanjung 15. Prasya Linggar At
Madani Tunagrahita (C) Patianrowo
16. Rayhan Adi Pratama Tunagrahita (C) Pandanasri
17. Fadilah Risda Nuraini Autis (A) Bangsri
18. Divia Rassyana Autis (A) Pandanasri
19. Ayunda Tunagrahita (C) Kertosono
20. Ahmad Hamada Tunagrahita (C) Kertosono
21. Muhammad Farel Tunagrahita (C) Kertosono
22. Ricat Gunanto Tunarungu (B) Tembarak
23. Hendro Prasetyo Tunagrahita (C) Pandanasri
24. Dery Eko Hari Tunagrahita (C) Pandanasri
25. Fajar Tunarungu (B) Lambangkuning
26. Reza Tunarungu (B) Kemaduh
27. Aura Fahmi Autis Bangsri
Sumber : Dokumen SLB (Sekolah Luar Biasa) Muhammadiyah Pandantoyo Kertosono dan TKSK Kertosono9
Berdasarkan tabel di atas diketahui dari 27 Anak Berkebutuhan Khusus di Kecamatan Kertosono terdiri dari, 3 anak jenis ketunaan A (Autis) yang merupakan jenis autis klasik, 6 anak jenis ketunaan B (tunarungu) jenis konduktif, dan 18 anak dengan jenis ketunaan C (tunagrahita). Kategori tunagrahita mereka adalah ringan dan sedang, artinya mereka masih mampu berbicara dan berkomunikasi, koordinasi otot sedikit terganggu, tetapi masih mampu didik. Hanya saja kemungkinan kesadaran sosial mereka kurang.
Dari data tersebut juga dapat diketahui bahwa tingginya kesadaran dan motivasi orang tua terhadap pendidikan formal anak, terbukti dari ke 27 anak sedang menempuh pendidikan formal di SLB Muhammadiyah
141
Pandantoyo Kertosono dan 1 anak sedang menempuh pendidikan di Nurul Huda Bangsri Kertosono.
Berdasarkan hasil observasi, sangat terlihat perhatian orang tua pada anak-anak mereka dengan mengantar dan menjemput anak mereka bahkan menunggui saat proses belajar mengajar. Sebagian dari mereka adalah para ibu karena ibu lebih dekat dengan anak dan lebih memiliki ikatan hati yang kuat terhadap anak.
Berdasarkan hasil wawancara, para ibu yang memiliki anak penyandang ketunaan dengan segala kekurangan dan keterbatasan, menyatakan bahwa mereka sangat tidak mempermasalahkan keadaan anaknya, mereka tetap memberikan porsi pendidikan secara utuh baik pendidikan formal, informal, maupun non formal sebagaimana anak normal umumnya. Para ibu sangat memahami anak-anak mereka, tidak merasa malu bahkan rendah diri dengan keberadaan anak-anak mereka, bahkan para ibu-ibu memiliki wadah paguyuban untuk saling saling menguatkan dan bertukar pikiran.
Perhatian orang tua juga terlihat dengan mengikutkan anak pada kelas terapi, terlebih pada orang tua anak tunarungu, tunagrahita dan anak autis. Menurut para orang tua, tujuan terapi yaitu mengoptimalkan anggota tubuh yang memiliki keterbatasan. Selain itu, terapi berfungsi untuk anak lebih dapat berkonsentrasi, belajar mengendalikan emosi, menjaga sikap, dan tingkah laku agar anak mampu bersosialisasi dengan baik dan berbaur dengan lingkungan sekitar.
142
Terapi anak tunarungu berupa terapi wicara karena sebagian anak tunarungu tidak dapat bicara, memperbanyak kosa kata, di mana sumber informasi utama adalah pendengaran. Anak dengan tunarungu sistem pendengaran tidak berfungsi dengan baik. Tunagrahita memerlukan terapi motorik halus dan kasar, fungsinya agar mampu mengkoordinasikan sistem organ tubuh yang lemah. Begitu juga dengan autis, mereka juga memerlukan terapi motorik halus dan kasar untuk menyeimbangkan fungsi tubuh sehingga antara tubuh dengan pikiran dapat seimbang.
Uraian di atas menunjukkan bahwa orang tua terutama ibu memiliki tanggung jawab dan peran yang besar terhadap anak mereka yang memiliki kekurangan dan keterbatasan. Tidak ada diskriminasi bagi mereka, terbukti dengan tetap memberikan pendidikan formal, informal, dan non formal sebagaimana anak normal lain. Perhatian dan motivasi orang tua tunarungu, tunagrahita, dan autis di Kecamatan Kertosono dapat menjadi sebuah motivasi bagi tumbuh kembang anak, karena orang tua menerima keberadaan anak dengan sepenuhnya.