• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK MANAJEMEN DAN ASPEK SOSIAL

6.2.4 Proses Produksi

Proses pembuatan pupuk organik granul cukup bervariasi, hal ini tergantung dari bahan-bahan dan teknologi yang digunakan. Di dalam proses produksi pupuk organik ganul ini terdiri dari 3 tahap utama yang paling pokok yaitu tahap persiapan bahan baku, tahap granulisasi dan yang terakhir adalah

58

tahap pengemasan. Secara keseluruhan proses produksi dapat dilihat dari bagan alur proses produksi Gambar 6.

Gambar 6. Bagan Proses Pembuatan Pupuk Organik Grandul PT Agrindo Surya Graha

6.2.4.1 Persiapan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan untuk membuat pupuk organik granul harus berbentuk tepung atau mess. Jika dilihat dari bahan baku yang digunakan terdiri dari kompos sapi, kompos bekas jamur, tanah merah dan kapur pertanian. Hampir sebagian dari bahan baku tersebut berbentuk mess dengan partikel yang berbeda-beda. Sehingga perlu dilakukan pengolahan terhadap bahan baku tersebut dengan diperlakukan secara terpisah-pisah. Untuk proses persiapan bahan baku terdiri dari 3 tahap yaitu pengeringan, penghalusan dan pengayakan. Pengayakan Pengeriangan Penghalusan Bahan Baku Pencampuran Granulasi Pengeringan Pengayakan Pengemasan Formulasi Sisa

59

a. Pengeringan.

Proses pertama adalah pengeringan bahan baku, karena bahan baku seperti kompos dari supplier sedikit basah. Oleh karena itu pengeringan dilakukan terlebih dahulu, biasanya kompos dikeringkan dengan cara penjemuran dan pengeringan dengan mesin pengering. Untuk saat ini pengeringan sebagian besar dilakukan dengan cara menjemur. Bahan baku dari supplier diterima selektif dengan kadar air 10 - 15 %. Hal ini dilakukan untuk menghindari biaya pengeringan yang mahal, sehingga biaya produksi dapat lebih efisien.

b. Penghalusan

Setelah bahan baku sudah kering proses selanjutnya penghalusan. Penghalusan dilakukan dengan mengunakan mesin cruser. Hal ini dilakukan untuk membuat bahan baku halus dan memiliki partikel yang sama rata-rata. Penghalusan kompos dengan mesin cruser akan menghasilkan kompos yang halus dan berkapasitas yang lebih besar. c. Pengayakan

Untuk mendapatkan ukuran tepung yang seragam, bahan baku yang sudah dihaluskan kemudian dilakukan pengayakan. Pengayakan dilakukan secara manual mengunakan ayakan halus berukuran 40 – 60

mesh. Bahan baku yang tidak lolos dari ayakan akan dikembalikan lagi ke

mesin cruser atau penghalus. Jika bahan baku perlu dikeringkan untuk memudahkan penepungan bahan baku maka dikeringkan kembali. Jika bahan baku sudah memiliki ukuran partikel yang hampir seragam dan kadar air 10-15 %, maka bahan baku siap digunakan untuk bahan pembuatan pupuk organik. Ketiga tahap ini dilakukan guna mempermudah proses granulisasi produk.

6.2.4.2 Tahap Granulisasi

Pada tahap ini terdapat beberapa langkah-langkah kerja seperti memformlasikan bahan baku, pencampuran bahan baku, pembuatan granul, pengeringan dan pengayakan.

60

1. Formulasi

Tahap ini harus dilakukan terlebih dahulu agar produk yang dihasilkan mengandug komposisi zat yang baik untuk kesuburan tanah. Biasanya formulasi pupuk organik terdiri dari beberapa macam bahan baku dengan komposisi pupuk kandang atau kompos sebanyak 60 %. Tetapi formulasi yang digunakan oleh PT Agrindo Surya Graha yaitu kompos bekas jamur 45 %, kompos sapi 25 %, kapur pertanian 25 % dan tanah merah 5 %. Percampuran ini dilakukan agar dapat tercapai pupuk organik dengan komposisi yang diinginkan.

2. Pencampuran

Setelah tersusun formulasi yang diinginkan, maka proses penyiapan bahan baku sesuai dengan formulasi yang ada. Bahan baku yang siap pakai dikumpulkan dan dicampur jadi satu pada tahap ini. Proses pencapuran dapat dilakuan dengan proses manual oleh tenaga kerja langsung dengan menggunakan alat skop dan cangkul, atau dengan menggunakan mesin pencampur seperti mixer. Biasanya proses pencampuran dapat berjalan selama 15-20 menit hingga bahan tercampur secara homogen dan merata.

3. Pembuatan Granul

Semua bahan yang telah tercampur selanjutnya dibuat granul dengan menggunakan pan granulator yang memutar terus dengan tingkat kemiringan 45o derajat. Diatas pan terdapat saluran air yang mengalir perlahan-lahan sebagai perekat hingga terbentuk granul. Proses dilakukan sampai pupuk berbentuk granul dan sampai pupuk ganul tersebut tertumpah dari pan granulator. Pemasukan bahan baku yang sudah tercampur dengan rata dimasukan ke dalam pan granulator secara sedikit demi sedikit. Jika pupuk sudah mulai terbentuk granul sekitar 2 – 4 mm maka tambahkan lagi bahan baku ke dalam pan granulator. Tujuan ini dilakukan agar ukuran granul pupuk semakin besar.

4. Pengeringan.

Hasil pencampuran bahan baku yang sudah berbentuk granul keluar dari pan granulator masih terlalu basah karena air atau bahan

61

perekat. Sehingga perlu dilakukan pengeringan kembali dengan menggunakan mesin dryer rotari. Bentuk mesin ini menyatu dengan mesin

bruner (mesin pemanas). Pupuk granul yang masih basah dimasukan ke

dalam mesin driyer yang berbentuk cerobong panjang sekitar 10 meter dengan posisi melintang dengan ketinggian 25o drajat dari permukaan tanah. Hal ini dibuat agar pupuk granul yang masuk dari ujung cerobong akan mengalir kebawah cerobong. Saat pengalir mesin dryer rotari berputar agar granul pupuk dapat terbentuk dengan baik saat mengalir ke ujung cerobong mesin. Pada ujung mesin ini terdapat mesin burner untuk memanaskan pupuk agar lebih kering dan bentuk granul semakin kuat. semakin kering pupuk granul yang di hasilkan semakin baik.

5. Pengayakan Granul

Granul yang kering yang keluar dari mesin burner kemudian diayak untuk mendapatkan ukuran granul yang seragam. Pengayakan dapat dilakukan ayakan manual atau ayakan putar. Pengayakan dibagi menjadi ukuran kecil kurang dari 3 mm, ukuran sedang 3-5 mm dan ukuran besar diatas 5 mm. Pada PT Agrindo Surya Graha mengunakan ukuran 2 – 5 mm, jika ada granul berukuran 1 mm maka akan dihancurkan kembali untuk dijadikan campuran bahan baku proses berikutnya.

6.2.4.3 Tahap pengemasan

Setelah pupuk granul dari saringan memiliki ukuran partikel yang merata, pupuk tersebut dipindahkan dan ditebar. Hal ini dilakukan untuk membuat pupuk cepat dingin dan kemudian disemprot zat nutrisi biomikroba dari Departemen Pertanian untuk menambah nilai nutrisi pupuk tersebut. Penyemprotan dilakukan secara merata pada pupuk granul panas yang baru keluar dari mesin screner. Hal ini dilakukan agar pupuk dapat menyerap langsung dan kondisi panas menjadi dingin akibat semprotan tersebut.

Setelah suhu pupuk normal, maka dilakukan pengemasan sesuai takaran tertentu. PT Agrindo Surya Graha melakukan pengemasan sesuai pemesanan distributor dan konsumen yaitu kemasan 50 kg dan 40 kg. Kemasan memiliki label yang berisi merek dagang, produsen, komposisi, ijin usaha, jumlah