• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rahasia M eede It?

Dalam dokumen RAHASIA MEEDE (Halaman 58-66)

sama untuk menj:\wab pertanyaan itu.

Pertama,

Jo�annes Rach menemukan sendiri bagian dasar dari pipa itu atau

kedua

dia sekadar mendapatkan cerita dari para pekerja yang pemah terlibat dalam penggalian untuk membuat jalan ba­ wah tanah untuk pipa."

"Kau con dong pada kemungkinan teori yang mana?" tanya Robert masih penasaran.

"Teori yang kedua. Sebab, pada saat penggalian dan pembangunan jaringan pipa yang disebut

water leiding

pada tahun

1743,

Johannes Rach baru berusia dua puluh riga tahun. Usia yang terlalu muda bagi pegawai yang berasal dari Denmark itu untuk dipercaya oleh VOC. Fakta bahwa lukisan Tanjung Harapan Johannes Rach yang diberi judul Gezigt van Cabo de Goede Hoop berangka tahun

1763

memperkuat teori ini. Dia tidak mungkin memetakan Oud Batavie, dua puluh tahun sebelumnya."

"Lantas bagaimana dua teori itu bisa dijelaskan dengan substansi cerita yang sama?" Erick ikut-ikutan bingung.

"Agar mendapatkan aliran yang sempuma, pipa-pipa itu harus mendapatkan tekanan yang kuat dari arah Waterplaats. Pada masa lalu, tekanan dan dorongan hanya bisa diciptakan dengan katup yang menutup ujung pipa. Untuk mendapat­ kan aliran yang deras, maka pipa itu harus dibuat menurun curam dari Wat�rplaats ke arah Stadhuisplein."

"Dan, satu-satunya cara pada waktu itu adalah dengan melakukan penggalian semakin dalam. ke arah Stadhuisplein untuk menempatkan pipa-pipa itu," Robert menambahkan. Seakan-akan dia sudah mengerti ke mana arah penjelasan Rafael.

"Tepat," Ian jut Rafael. "Beberapa puluh meter menjelang Stadhuisplein, alat-alat besi para pekerja mem�rcikkan api. Mereka tidak lagi berhadapan dengan tapah, tetapi sebuah

E . S . I TO

tembok keras dengan bentuk melengkung cembung ke atas. Pekerjaan untuk sementara waktu dihentikan, menunggu keputusan pemerintah. Ketika pekerjaan dilanjutkan, diputus­ kan untuk tidak menghancurkan tembok itu, tetapi mening­ gikan bagian yang lebih dekat pada Waterplaats."

Penjelasan seorang pemimpin agung terdengar seperti gema palu yang menemukan tembok-tembok yang terbenam

di dasar tanah. Cukup untuk membangkitkan semangat ke­ dua orang rekannya. Penemuan De Ondergrondse Stad tam­ pak menjadi sangat penting. Jauh lebih pencing dari semua hal yang pemab mereka pikirkan.

''Apa ada catatan yang menjelaskan bangunan apa di bawah pipa-pipa itu?" tanya Robert.

Rafael menggelengkan kepala. Seandainya catatan leng­ kap mengenai objek di bawah pipa-pipa itu ada, tentu dia tidak perlu menguraikan teori itu sejauh ini.

"Sejak para mandor yang mengawasi pekerja melaporkan penemuan itu, pemerintah tutup mulut. Bahkan, pembicaraan mengenai terowongan itu seperti diawasi dan dibatasi. Hanya denah buatan Job-annes Rach ini yang menyampaikan pesan dari masa lalu itu."

"Kalau begitu, ayo kita mulai pencarian," seru Erick penuh semangat.

"Mulai dari mana?" tanya Robert.

"Tentunya dari bekas air mancur. Bukankah pipa-pipa yang terbenam di bawahnya akan menuntun kita menuju De Ondergrondse Stad?"

"Tidak bisa!" seru Rafael. Suaranya lebih tinggi beberapa okta£ "Kita harus mulai dari bawah museum ini."

"Kenapa?" Erick merasa tidak ada yang' salah dengan idenya.

Rahasia M eede

penting. Kita harus memulainya dari bawah museum ini." Alasan Rafael cukup masuk aka!. Melakukan penggalian di Stadhuisplein akan menarik perhatian banyak orang .

.

"AIm

setuju," Robert mendukung Rafael. "Alasan utama­ nya bukan itu. Kita akan butuh tenaga ekstra jika melakukan penggalian di Stadhuisplein. Sebab, kita benar-benar harus melakukan penggalian dari atas permukaan tanah. Sedangkan di bawah museum ini, kita tidak perlu menggali dari atas . . Cukup turon ke penjara bawah tanah. Sebagian dari tempat

ini sudah tergali."

Ketiganya tidak mau menunggu lebih lama lagi. Setelah membereskan perlengkapan, mereka langsung bergerak keluar menuju bagian belakang museum. Pada bagian belakang' museum, terdapat taman cukup teduh dengan bangku­ bangku kayu berangka besi bercat hijau. Mereka melewati koridor yang membatasi taman dan bangunan utama mu­ seum setinggi dua meter. Koridor itu harus mereka lewati dengan jalan beriringan. Sebab, loron:g itu hanya memiliki lebar satu setengah meter. Koridor itu adalah lorong panjang menuju ruang-ruang penjara bawah tanah.

Suasana pengap, muram dan gelap langsung terasa ketika mereka sampai di bawah tanah. Sekat-sekat kusam membatasi lima sel keci1 yang di dalamnya masih terdapat rantai-rantai asli yang dulunya digunakan untuk mengikat tahanan. Di d�am tempat yang dulu dikenal dengan nama

donker gat

atau terowongan gelap itu, mereka menemukan bentuk lain dari kolonialisme yang selama ini mereka puja. Lima unit sel bawah tanah itu terbuat dari tembok beton dengan hanya menyisakan satu jendela kecil dengan jeruji besi kuat pada bagian depan. Di dalamnya terge1etak puluhan qola besi dengan berat tidak kurang dari satu kwintal. Bola-bola besi

E . S .

I TO

dengan rantai ini dulu d�ikatkan pada kaki tahanan yang menghuni sel bawah tanah. Dalam ruangan pengap berukuran delapan kali tiga meter ini, puluhan tahanan ditampung. Keseluruhan ruangan bawah tanah itu memhentuk setengah lingkaran yang gelap, pengap, dan menakutkan.

Hasrat untuk menemukan telah mengalahkan hasrat untuk makan. Tawaran dua orang penjaga museum untuk ikut terlibat turon ke bawah mereka tolak. Selalu ada ketidak­ beresan yang mereka rasa� jika melibatkan pribumi dalam pencarian ini. Robert menyiapkan masker khusus untuk me­ ngatasi kepengapan udara di bawah tanah.

"Dasar Belgia," ejek Erick melihat besar ukuran masker yang dikeluarkan Robert. "Sekarang rasakan, hidung besarmu . tidak Iagi bisa menghirup udara gratis."

Robert berasal dari etnis Wallon yang secara geografis dan budaya Iebih dekat pada Prancis. Tetapi, entah mengapa dia bisa terdampar di Amsterdam dan bukan di Paris. Kadang, dia menyesali jalan hidupnya ini.

"Dasar manusia gua Neanderthal,'? balas Robert. D�a selalu menyangka bahwa Iembah sungai Neander tempat ditemukannya Homo Neanderthalensis itu berada di Belanda bukan Jerman. Ejekan itu bukan saja karena Erick orang Belanda, melainkan Iebih karena kegemaran Iaki-laki berusia dua puluh sembilan tahun itu menjelajahi gua. Bah­ kan, beberapa peralatan untuk menuruni gua vertikal ikut dibawa turun oleh Erick. Dia begitu yakin bahwa konstruksi dari De Ondergrondse Stad yang terlupakan itu tidak aKan jauh berbeda dengan bentuk �eI3h sempit pada gua-gua vertikal.

"Mau mulai dari mana sekarang?" Rafael minta pendapat

dua orang rekannya.

Rahasia M eede

nihil, belum ada petunjuk sama sekali." J awaban Robert tidak memberikan solusi.

"Kau sama sekali tidak punya petunjuk _sejarah ten tang semua ini?" tanya Erick

Rafael menggelengkan kepala, kali ini sang pemimpin agung kehilangan taji. Johannes Rach hanya menggambarkan bahwa pipa-pipa itu melewati penjara bawah. tanah. Bahkan, sketsanya tidak menjelaskan apakah pipa-pipa itu melintang di atas at'au di bawah permukaan penjara. Satu-satunya jalan untuk menemukan pipa-pipa itu adalah dengan mengguna­ kan reka-ulang gambar yang dibuat oleh Johannes Rach.

Sepanjang malam tadi, Erick telah mereka-ulang gambar itu. Dia menarik garis lurns antara air mancur Stadftuisplein hingga Molenvliet tempat di mana Waterplaats berada. Sket­ sa itu dia sesuaikan dengan peta terbaru Jakarta hasil ran­ cangan Gunther W. Holtor£ Hasilnya !llenakjubkan. Garis yang ditarik dari Museum Sejarah Jakarta hingga Molenvliet yang sekarang dikenal sebagai kawasan Harmoni adalah se­ buah garis lurus dengan kemiringan tidak lebih dari lima belas derajat.

Masalah utamanya adalah, pada tingkatan yang lebih detail Erick gaga! menentukan bagian mana di penjara bawah tanah yang dilalui oleh pipa-pipa itu. Dia hanya berani berspekulasi tentang sel yang dilewati berdasarkan garis sketsa yang baru dia simpulkan tadi malam.

"Kita periksa sel kedua dari kiri," usul Robert. "Kau yakin?" tanya Erick

"Kita tidak punya pilihan selain spekulasi, Neanderthal," jawab Robert setengah bercanda.

Walaupun pintu masuk sel ketiga itu telah dibuka lebar­ lebar, tetap saja kepengapannya tidak hilang. Mau tidak mau, Erick dan Rafael ikut mengenakan masker seperti Robert.

52 E . S .

I TO

Erick mengeluarkan peralatan mirip palu kecil. Sumber getaran itu terhubung pada sebuah sensor penerima atau

geophone

yang terangkai dengan prosesor seismik. Met�de geofisika ini begitu sederhana. Mereka begitu yakin pada keakuratan denah Johannes Rach.

Erick mengetukkan peralatan itu pada lantai sel. Ketukan pada lantai akan menghasilkan pantulan. Dari jenis pantulan yang clihasilkannya, mereka bisa menentukan apakah di ba­

permukaan lantai terdapat rongga atau sekadar lantai dengan dasar tanah yang padat. Sementara itu, Rafael meng­ amati loteng dan dinding penjara. Kemungkinan pipa-pipa itu .melewati loteng atau rongga di dalam dinding juga ada. Tetapi, kemungkinan itu sangat kecil sebab pipa-pipa itu diletakkan di dalam galian tanah.

Setelah satu jam lebih pencarian, mereka belum mene­ mukan apa-apa. Peluh sudah membasahi kaus yang dikenakan Erick. Beberapa

kafi,

mereka bertiga harus menyingkirkan bola-bola besi dan rantainya dari lantai yang diamati. Me­ mindahkan benda dengan berat satu kwintal bukan perkara mudah. Semua sudut sudah mereka telusuri dan uji. T�tapi, ketukan-ketukan itu hanya menghasilkan pantulan padat.

"Mencari korban gempa yang tertimbun bangunan de­ ngan detektor panas jauh lebih mudah dibanding pekerjaan ini," sesal Erick.

Rafael menyandarkan tubuhnya pada salah satu dinding sel. Membayangkan pekerjaan

ini

harus mereka lakukan pada empat sel lainnya, membuat dia semakin lelah. Erick angkat tangan, Robert ikut menyandarkan diri. Mereka tidak mene­ mukan titik terang di dalam sel ini.

Erick melemparkan palu kecilnya. Dia niengenyakkan tubuh pada bibir bak mandi kecil pada sudut sel. Dia me­ nyalakan kretek putih. Mengembuskan asapnya ke arah

langit-Rahasia M eede 53

langit sei. Rafael dan Robert menahan napas. Rokok adalah satu alasan mengapa mereka berdua selalu merasa lebih ber­ adab dibandingkan si Neanderthal

Eri,*-Lumut-Iumut lembap menutupi dasar dangkal bak. Dua bola besi tergeletak di dalamnya. Bak ini tampaknya luput dari perawatan pengelola museum. Erick membayangkan, tentu bak mandi jorok ini yang menjadi sumber petaka penyakit yang membekap para tahanan bawah tanah. Kolera, , tipus, dan disentri telah membunuh lebih dari delapan puluh persen penghuni penjara bawah tanah ini. .

Erick membuang kretek putihnya yang masih tinggal

eparuh. Dia memungut kembali palu kecilnya. Dia meng­ amati bagian dasar bak dengan kedalaman kira-kira satu meter itu. Erick mengetuk celah kecil yang tidak tertutupi bola besi dengan palu. Beberapa ka1i ketukan menghasilkan pan­ tulan yang tidak jauh berbeda dengan !antai sei. Bola besi yang tergeletak pada bagian tengah, dia coba gelindingkan ke pinggir dengan sekuat tenaga. Dari kejauhan Rafael dan Robert mengamati apa yang dilakukan Erick. Kegilaan lain dari manusia gua itu mulai kelihatan.

"Eurekaaaaaaaa!! II<. hen he! gevonden4/"

tiba-tiba Erick berteriak penuh semangat. .

Kedua temannya yang tadi tidak mengacuhkannya lang­ sung bangkit begitu mendengar teriakan itu. Mereka tidak tahu apa yang ditemukan Erick. Tetapi yang pasti, itu adalah sesuatu yang baru.

"WaF?"

tanya Robert.

Erick tidak menjawab. Dia menunjuk pada lubang keci1 hasil ketukannya, tepat di bawah bola besi.

4Aku menemukannya! 5Apa?

54

£ . 5 . I TO "Tidak mungkin," seru Robert lagi. "Kenapa?" tanya Rafael.

"Dasar bak ini terlalu sempit. Tidak mungkin mampu menampung dua bola besi seberat masing-masing satu kwin­ tal. Seandainya di bawah bak ini terdapat rongga, tentu dari dulu sudah roboh sebab tidak alean kuat menahan beban seberat lebih dari dua kwintal ini."

Rafael kembali harus kecewa. Penjelasan Robert cukup masuk akaI. Bak. itu, dari awal tidak masuk. dalam rencana pencarian mereka. Erick tidak mengacuhkan keduanya. Dia terus mengetuk dasar bak, kemudian mencongkel bagian dasar bak sehingga menghasilkan lubang seluas telapak tangan. Erick menjulurkan tangan ke dalam. Dia mengayunkan palu ke sembarang arah. Tiba-tiba dia berseru,

"Een stomme Wallon6•

Kautahu kenapa rongga ini bisa menahan beban dua kwintal?"

Rafael kembali membalikkan badan pada Erick, Robert tidak mengacuhkannya.

"Kenapa?" tanya Rafael dengan nada menan tang. "Karena bola-bola besi ini ditahan oleh pipa-pipa besi

water leiding.

Kau tentu sudah mengerti betapa kuatnya besi hasil te�paan nenek moyang kita dulu di Batavia?"

Rafael langsung teringat pada palang-palang besi dengan garis tengah sepuluh sentimeter yang dulu digunakan oleh pemerintah kolonial untuk memagari-kedua sisi Sungai Cili­ wung. Karena kekuatan bcsi-besi itu, pada saat Perang Pasifik, Jepang membongkarnya dan kemudian mengangkut besi-besi itu untuk ditempa ulang menjadi bf'rbagai peralatan perang. "Pipa besi

water leiding

menahan bola besi, tentu saja"

Dalam dokumen RAHASIA MEEDE (Halaman 58-66)