• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rahasza Meede

Dalam dokumen RAHASIA MEEDE (Halaman 34-38)

lengkap memuat data dan peta mas a lamp au dikirimkan untuk mereka. Erick dan Robert saling berpandangan. Kali ini tampaknya kata-kata Rafael tidak akan disapu desauan anglO.

"Kapan

e-mail

itu kauterima?" tanya Robert.

"Baru tadi malam. Kalian tedalu lelah untuk melihatnya semalam. Gairah yang tidak padam telah menjadi cahaya dalam pencarian ini," Rafael mengulum senyum.

"Kenapa baru sekarang para bajingan itu mengirimkan peta ini pada kita?" cetus Erick. Perasaannya campur aduk, antara kesal dan gembira.

"Sudahlah, masalah itu tidak usah kita bahas," sela Robert. "Beneden Stad," seru Rafael membuka diskusi. "Benar­

kah itu mengacu pada Kota Bawah Tanah?"

Dia memandangi Robert dan Erick bergantian. Beneden Stad. Rahasia itu telah menjadi pergunjingan selama tiga abad terakhir tanpa seorang pun pernah membuktikan kebenaran­ nya. Mencari kebenaran tentang cerita Kota Bawah itulah titah yang mereka jalankan. Robert dan Erick tidak menang­ gapi pertanyaan itu. Seharusnya, mereka yang bertanya.

"Menurutmu bagaimana?" Erick balik bertanya. "Sampai buktinya kita temukan, aku hanya berani mem-berikan hipotesis." .

- "Bagaimana kalau itu bukan sebuah kota?" Robert ikut berbicara.

"Apa ?1aksudmu?"

"Sekadar istilah mungkin ....

Rafael tertawa pendek. Setelah dua bulan menyusuri bangunan kolonial d�n mendengarkan semua -teori dari Erick dan Robert, sekarang gilirannya berteori. Tanpa harus tetjebak lagi pada te<?ri-teori Art Deco, Indische Empire Stijl, atau Arsitektur Indies. Robert dan Erick sekarang membutuhkan

E . 5. I TO

teori dan narasi sejarah meyakinkan yang akan keluar dari mulutnya.

"Sebenarnya Beneden Stad itu memang tidak mengacu langsung pada Kota Bawah Tanah. Kota Bawah atau hilir itu mengacu pada daerah Mangga Besar ke arah utara meng­ ikuti aliran sungai menuju muara di Sunda Kelapa. Jadi, bukan Beneden Stad yang kita cari, melainkan De Onder­ grondse Stad. Tetapi sebenarnya teori tentang Kota Bawah Tanah itu agak bersifat spekulatif atau bahkan konspirati£" "Bagaimana kau menjelaskan bahwa teori itu berbau konspiratif?" Erick. terpancing.

"Ceritanya cukup panjang," Rafael kembali tersen}'l,1m . . Erick dan Robert menahan kesal.

"Karena cerita-cerita dari masa lalu itullih kau diminta untuk menjadi pemimpin dari ekspedisi kecil kita ini," Erick berbicara dengan nada tinggi.

"Menurut satu sumber yang belum teruji kebenarannya secara ilmiah, mitos tentang kota bawah itu terkait dengan pembangunan Molenvliet," Rafael menatap kedua rekannya dengan tatapan menunggu.

"Molenvliet?" Robert memotong.

"Molenvliet adalah sebuah terusan atau dalam bahasa lokal yang lebih sederhana, semacam kali buatan. Sekarang, masih ada dan menjadi bagian dari Kali Ciliwung yang melintasi daerah Harmoni hingga ke utara. Lebih dari tiga abad yang lalu, pemerintah VOC di Jakarta begitu sering membuat Grachten, sungai-sungai buatan. Salah satunya adalah Molenvliet."

"Tentu penggalian sungai b,uatan itu untuk mengenang

tanah air mereka yang penuh kanal," Roberr kembali me­ motong. Penekanan kata "mereka" dalam kalimatnya

seolah-Rahasia M eede

olah menunjukkan dia tidak begitu suka dengan negeri yang mengutusnya ke sini.

"Sebagian karena itu. Tetapi, motif utamanya tetap saja ekonomi dan kebutuhan hidup. Sungai-sungai dibutuhkan untuk suplai air minum penduduk Batavia."

"Maksudmu, Ciliwung itu' sumber air minum?" Erick bergidik jijik membayangkan Ciliwung yang kotor, bau, dan penuh sampah itu dulunya adalah suplai air minum pen­ duduk Jakarta. Perutnya mual.

"Tentu saja. Dan air itu langsung diminum tanpa diolah sarna sekali. Selain, itu Grachten juga digunakan sebagai sa­ rana transportasi dengan sistem tol."

"Privatisasi sungai?" Robert hampir tidak percaya dengan pernyataan itu.

"Ya, semacam itu. Kontraktor swasta-atau perorangan dalam bahasa sekarang-diberi hak oleh pemerintah VOC untuk melakukan penggalian Gracht. Ketika Gracht selesai, mereka juga berhak memungut tarif dari kapal-kapal yang melewatinya. "

Erick memperbaiki posisi duduknya. Walaupun di Ams­ terdam dia telah diberi penjelasan singkat mengenai misi ini, apa yang disampaikan oleh Rafael jauh lebih menarik. Sebe­ lumnya dia beranggapan, misi menemukan De Ondergrondse Stad itu sebagai utopia belaka. Setelah mendengar cerita singkat Rafael, dia mulai luluh.·

"Bagaimana dengan penggalian Molenvliet?" tanya Erick. "Gubernur Jenderal VOC Comelis van der Lijn, mem­ berikan hak penggalian pada seorang Kapitein der Chinezen di Batavia pada waktu itu, Phoa Beng Gan. Penggalian diper­ kirakan dimulai pada tahu� 1648. Gracht itu dibangun mulai dari daerah Harmoni sampai Ciliwung di daerah Pejarnbon dan kemudian membelah daerah Noordwijk dan Rijswijk.

E . S . I TO

Setelah Molenvliet selesai,

voe

langsung memberikan hak pada Beng Gan untuk mengenakan pungutan pada kapal­ kapal yang melewati Molenvliet."

"Lalu, apa hubungannya dengan De Ondergrondse Stad?" Robert tampak"tidak sabar.

"Pada tahun 1654, Molenvliet diambil alih pemerintah dengan harga 1.000 real. Kabamya Beng Gan merasa pu­ ngutan yang dia terima tidak lagi menguntungkan. Sebab, penggalian sejenis banyak dilakukan. Sehingga, kapal-kapal memiliki lebih banyak pilihan menuju muara' dan pelabuhan. Tetapi teori lain meny�butkan, sebenamya Beng Gan telah menumpuk kekayaan dari bisnis itu. Dia memiliki bbsesi yang lebih besar, membangun Gracht bawah tanah dengan jalan yang bis� dilaluinya."

"Jadi, De Ondergrondse �tad itu sebenarnya Gracht bawah tanah?" Erick menyela.

"Belum pasti."

"Seandainya benar bahwa Beng Gan merencanakan itu. Kau yakin itu sekadar obsesi?"

"Tidak," jawab Rafael mantap, "Beng Gan sebenarnya mengikuti prasangka dan firasat yang berkembang dalam pikirannya. Sikap cemburu sebagian besar orang Belanda pada kemahiran orang Tionghoa dalam berdagang suatu saat akan mencapai puncaknya. Dia memimpikan satu jalan pelarian yang aman lewat jalur bawah tanah."

"Firasat yang kemudian terbukti dengan pembantaian etnis Tionghoa oleh Valckenier pada 1740," potong Robert. "Tetapi bagaimana cara Beng Gan menghimpun dana untuk proyek ambisius itu?" tanya Erick.

"Dari Surat Konde."

"Surat Konde?" Eri.ck dan Robert menanggapi bersa­ maan

Dalam dokumen RAHASIA MEEDE (Halaman 34-38)