• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

H. Rancangan Pemanfatan Hasil Penelitian dalam Pembelajaran

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi tambahan untuk proses pembelajaran Biologi kelas XII semester II pada materi Bioteknologi sub-bab materi Bioteknologi Konvensional.

45 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Teh kombucha adalah minuman segar hasil fermentasi dari teh manis dengan bantuan yeast dan bakteri pembentuk asam. Kultur kombucha yang biasa dikenal dengan sebutan SCOBY (symbiotic culture of bacteria and yeast) mengandung berbagai jenis mikroorganisme. Adapun mikroorganisme di dalamnya terdiri dari bakteri Acetobacter xylinum, Acetobacter aceti, Acetobacter pasteurianus, Lactobacillus sp, Gluconacetobacter dan Gluconabacter. Kemudian juga terdapat beberapa yeast yang terdiri dari Brettanamyces intermedius, Candida fomata, Mycoderma, Mycotorula, dan Saccharomyces cereviceae (Crum dan Alex, 2016). Kumpulan yeast dan bakteri tersebut terbentuk dalam lembaran menyerupai kulit. SCOBY merupakan gabungan selulosa yang berbentuk seperti nata yang dapat terbentuk di dasar atau di permukaan larutan teh hasil fermentasi dan secara cepat dapat memperbanyak diri.

Parameter yang diukur dalam penelitian ini yaitu total asam tertitrasi (TAT), kadar alkohol, dan uji kesukaan organoleptik. Fermentasi kombucha teh daun sukun dilakukan dengan lama waktu delapan hari dan menggunakan variasi jenis gula yaitu gula batu kuning, brown sugar, gula halus, dan gula pasir putih (kontrol) sebagai perlakuan dalam fermentasi kombucha. Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih satu bulan yaitu pada bulan Maret-April 2019. Setelah dilakukan penelitian sealama satu bulan, maka berikut ini hasil

46

data yang dapat disajikan berupa uji kesukaan (organoleptik), kadar alkohol, kadar gula total, dan total asan tertitrasi.

1. Pengaruh Variasi Jenis Gula terhadap Kadar Gula Kombucha Teh Daun Sukun (Artocarpus altilis)

Berdasarkan dari kegiatan yang dilakukan terhadap uji kandungan gula dengan perlakuan variasi jenis gula, diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.1 Rerata Kadar Gula Kombucha Teh Daun Sukun

Kadar Gula (brix)

Variasi Jenis Gula

Gula Batu Brown Sugar Gula Halus Kontrol

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

13,2 12,2 12,4 9,1 9,1 9,3 7,9 8,1 8,8 8,8 8,6 8,9

Rerata 12,6** 9,17 8,27* 8,77

Keterangan :

* : Kadar Gula terendah

** : Kadar Gula tertinggi

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan rerata kadar variasi jenis gula pada kombucha teh daun sukun. Untuk pemberian gula seberat 150 g dengan jenis gula yang berbeda, diperoleh hasil rerata yang berbeda untuk kadar gula. Pada perlakuan gula batu diperoleh rerata 12,6 brix, brown sugar 9,17 brix, gula halus 8,27 brix dan kontrol (gula pasir) 8,77 brix.

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai rerata kadar gula kombucha teh daun sukun dengan variasi gula batu lebih tinggi dibandingkan dengan variasi jenis gula lainnya termasuk perlakuan

47

kontrol. Hal ini dikarenakan gula batu yang digunakan yaitu gula batu yang berwarna kuning. Gula batu kuning memiliki rasa yang lebih manis dan legit dibandingkan dengan gula lainnya. Gula batu kuning mengalami satu kali penyulingan dan pengkristalan, hal ini yang menyebabkan gula batu kuning memiliki kadar gula yang lebih tinggi dikarenakan pada saat proses pengkristalan, kadar gula di dalamnya masih tersimpan utuh.

Hasil dari rata-rata setiap perlakuan diuji menggunakan AnovaOne Way untuk melihat adakah pengaruh pada setiap kelompok uji.

Berdasarkan data perhitungan normalitas, diketahui bahwa nilai signifikan sebesar 0,526 > 0,05 sehingga data yang telah diuji berdistribusi normal.

Karena data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Berdasarkan data perhitungan homogenitas, diketahui nilai signifikansi 0,054 > 0,05 yang berarti data yang diajukan memiliki varian yang sama atau homogen. Kemudian dilanjutkan dengan uji Anova untuk melihat perbedaan signifikan dari setiap perlakuan. Berdasarkan uji Anova, nilai signifikansi 0,00 < 0,05 yang berarti terdapat pengaruh variasi jenis gula terhadap kadar gula. Karena terdapat beda nyata, maka dilakukan uji lanjut yaitu Posthock Uji Tukey menunjukkan bahwa perlakuan variasi jenis gula batu memiliki perbedaan yang nyata dengan nilai signifikan 1000.

Tabel 4.2 Hasil Uji Tukey Kadar Gula Kombucha Teh Daun Sukun Kadar Gula

Tukey HSD

48

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2

gula halus 3 8.267

kontrol 3 8.767

brown sugar 3 9.167

gula batu 3 12.600

Sig. .067 1.000

2. Pengaruh Variasi Jenis Gula terhadap Alkohol Kombucha Teh Daun Sukun (Artocarpus altilis)

Berdasarkan dari kegiatan yang dilakukan terhadap uji kandungan alkohol dengan perlakuan variasi jenis gula, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.3 Rerata Kandungan Alkohol Kombucha Teh Daun Sukun

Kadar Alkohol

(%)

Variasi Jenis Gula

Gula Batu Brown Sugar Gula Halus Kontrol

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

7,3 6,8 7,0 5,0 5,0 5,3 4,3 4., 4,9 4,8 4,6 4,9

Rerata 7,03** 5,1 4,56* 4,76

Keterangan :

* : Kadar Alkohol terendah

** : Kadar Alkohol tertinggi

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan rerata kadar alkohol pada kombucha teh daun sukun. Untuk pemberian gula seberat 150 g dengan jenis gula yang berbeda, diperoleh hasil rerata

49

yang berbeda untuk kadar alkohol. Pada perlakuan gula batu diperoleh rerata 7,03%, brown sugar 5,1%, gula halus 4,56% dan kontrol (gula pasir) 4,76%.

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa rerata total asam tertitrasi gula batu pada kombucha teh daun sukun lebih tinggi dibandingkan dengan lainnya. Hal ini disebabkan kadar gula dan tingkat kemanisan yang dihasilkan dari gula batu lebih tinggi disbanding dengan lainnya. Kadar gula tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tingkat kemanisan gula berpengaruh pada konsumsi khamir terhadap gula dimana dalam pembuatan alkohol dengan konsentrasi gula yang rendah menyebabkan pertumbuhan khamir lebih singkat, hingga waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan fermentasi jauh lebih singkat dan kurang optimal. Saccharomyces cereviceae dapat mengkonversi gula menjadi alkohol karena adanya enzim intertase dan zymase. Dengan adanya enzim-enzim ini Saccharomyces cereviceae memiliki kemampuan untuk mengkonversi gula dengan baik.

Hasil dari rata-rata setiap perlakuan diuji menggunakan AnovaOne Way untuk melihat adakah pengaruh pada setiap kelompok uji.

Berdasarkan data perhitungan normalitas, diketahui bahwa nilai signifikan sebesar 0,652 > 0,05 sehingga data yang telah diuji berdistribusi normal.

Karena data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Berdasarkan data perhitungan homogenitas, diketahui nilai signifikansi 0,593 > 0,05 yang berarti data yang diajukan memiliki varian

50

yang sama atau homogen. Kemudian dilanjutkan dengan uji Anova untuk melihat perbedaan signifikan dari setiap perlakuan. Berdasarkan uji Anova, nilai signifikansi 0,00 < 0,05 yang berarti terdapat pengaruh variasi jenis gula terhadap kadar gula. Karena terdapat beda nyata, maka dilakukan uji lanjut yaitu Posthock Uji Tukey menunjukkan bahwa perlakuan variasi jenis gula batu memiliki perbedaan yang nyata dengan nilai signifikan 1000.

Tabel 4.4 Hasil Uji Tukey Kadar Alkohol Kombucha Teh Daun Sukun

Kadar Alkohol Tukey HSD

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2

gula halus 3 4.567

kontrol 3 4.767

brown sugar 3 5.100

gula batu 3 7.033

Sig. .082 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

51

3. Pengaruh Variasi Jenis Gula terhadap Total Asam Tertitrasi (TAT) Kombucha Teh Daun Sukun (Artocarpus altilis)

Total asam tertitrasi pada kombucha menentukan cita rasa kombucha.

kadar total asam tertitrasi pada kombucha teh daun sukun selama waktu fermentasi berlangsung berdasarkan hasil pengukuran di laboratorium dapat dilihat pada tabel 4.5.

Berdasarkan dari kegiatan yang dilakukan terhadap total asam tertitrasi dengan perlakuan variasi jenis gula, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.5 Rerata Total Asam Tertitrasi Kombucha Teh Daun Sukun

Total Asam Tertitrasi

(%)

Variasi Jenis Gula

Gula Batu Brown Sugar Gula Halus Kontrol

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

2,7 3,1 2,7 2,8 2,7 3,1 6,2 5,7 5,9 3,6 3,6 4,1

Rerata 2,83* 2,86 5,93** 3,6

Keterangan :

* : TAT terendah

** : TAT tertinggi

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan rerata total asam tertitrasi variasi jenis gula pada kombucha teh daun sukun. Untuk pemberian gula seberat 150 g dengan jenis gula yang berbeda, diperoleh hasil rerata yang berbeda untuk total asam tertitrasi. Pada perlakuan gula batu diperoleh rerata 2,83%, brown sugar 2,83%, gula halus 5,93% dan kontrol (gula pasir) 3,76%.

52

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa total asam tertitrasi pada kombucha dengan perlakuan gula halus lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya termasuk dengan kontrol. Pada perlakuan gula batu terjadi penurunan total asam tertitrasi dan pada gula halus terjadi kanaikan total asam tertitrasi. Semakin tinggi kadar gula menyebabkan tingginya kadar alkohol yang dapat dilihat pada tabel 4.2 maka bakteri pembentuk asam akan terhambat sehingga total asam akan semakin rendah dan juga karena terjadi reaksi antara asam dan alkohol membentuk ester dan alkohol yang diubah menjadi asam-asam organik.

Hasil dari rata-rata setiap perlakuan diuji menggunakan AnovaOne Way untuk melihat adakah pengaruh pada setiap kelompok uji. Berdasarkan data perhitungan normalitas, diketahui bahwa nilai signifikan sebesar 0,768 >

0,05 sehingga data yang telah diuji berdistribusi normal. Karena data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas. Berdasarkan data perhitungan homogenitas, diketahui nilai signifikansi 0,523 > 0,05 yang berarti data yang diajukan memiliki varian yang sama atau homogen.

Kemudian dilanjutkan dengan uji Anova untuk melihat perbedaan signifikan dari setiap perlakuan. Berdasarkan uji Anova, nilai signifikansi 0,00 < 0,05 yang berarti terdapat pengaruh variasi jenis gula terhadap kadar gula. Karena terdapat beda nyata, maka dilakukan uji lanjut yaitu Posthock Uji Tukey menunjukkan bahwa perlakuan variasi jenis gula halus memiliki perbedaan yang nyata dengan nilai signifikan 1000.

53

Tabel 4.6 Hasil Uji Tukey Total Asam Tertitrasi Kombucha Teh Daun Sukun

Tukey HSD

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Gula batu 3 2.833 Brown

sugar 3 3.167 3.167

Kontrol 3 3.767

Gula halus 3 5.933

Sig. .644 .214 1.000

Selain menguji kadar total asam tertitrasi (TAT), kandungan gula, dan kandungan alkohol, penelitian ini juga melakukan uji nilai kesukaan terhadap 30 panelis tidak terlatih dengan hasil sebagai berikut :

1) Nilai kesukaan terhadap Rasa Kombucha Teh Daun Sukun (Artocarpus altilis)

Kegiatan uji organoleptik terhadap 30 panelis mengenai nilai kesukaan terhadap rasaa dari kombucha teh daun sukun mendapatkan hasil sebagai berikut

Berdasarkan dari gambar 4.1 dapat dilihat rerata tingkat kesukaan panelis terhadap rasa dari kombucha teh daun sukun paling tinggi dengan rerata 4,41 yaitu pada perlakuan panelis terhadap rasa dari gula batu, sedangkan tingkat kesukaan panelis yang paling rendah adalah terhadap kombucha dengan perlakuan gula halus dengan rerata 2,56.

54

Gambar 4.1 Rerata tingkat kesukaan panelis terhadap rasa dari kombucha teh daun sukun

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa untuk kesukaan terhadap rasa, panelis lebih banyak menyukai kombucha teh daun sukun dengan pemberian gula batu. Umumnya kombucha yang sering dikonsumsi adalah kombucha yang dibuat dengan menggunakan gula pasir.

Pada kenyataannya, panelis lebih menyukai kombucha dengan perlakuan gula batu. Hal ini disebabkan gula batu merupakan hasil dari pengkristalan gula pasir, sehingga rasa yang dihasilkan dari gula pasir tidak jauh berbeda dengan penggunaan gula batu tetapi lebih terdapat rasa legit dan tidak terlalu asam di lidah. Rendahnya tingkat kesukaan terhadap rasa dari perlakuan gula halus dikarenakan rasa asam dari kombucha yang tinggi dan mengakibatkan kesukaan panelis terhadap rasa kombucha dengan gula halus rendah. Rasa asam yang timbul tersebut dapat mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap kombucha. Selain itu, sensitivitas indera pengecap juga dapat mempengaruhi penilaian yang dilakukan, dimana

4.41

Gula Batu Brown Sugar Gula Halus Kontrol

Rrata Skor Kesukaan Rasa

Perlakuan Perlakuan

55

sensitivitas indera pengecap menurun pada seiring bertambahnya usia dan pada panelis perokok.

Hasil dari rata-rata setiap perlakuan diuji menggunakan Kruskal-Wallis Test untuk melihat perbedaan pada setiap kelompok uji.

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nilai kesukaan terhadap rasamenunjukkan hasil 0,00 < 0,05 yang berarti ada perbedaan yang signifikan dari keempat perlakuan antara kontrol, variasi gula batu, brown sugar dan gula halus.

Karena nilai probabilitas pada rasa adalah 0,00 < 0,05 yang berarti memiliki nilai signifikan maka dilanjutkan uji lanjut yaitu uji Whitney untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda. Hasil uji Mann-Whitney dapat dilihat pada tabel 4.7

Kode GB BS GH K

GB - S S S

BS S - S TS

GH S S - S

K S TS S -

Keterangan : GB : Gula Batu BS : Brown Sugar GH : Gula Halus K : Kontrol S : Siginifikan TS : Tidak Signifikan

56

Dari hasil uji Mann-Whitney (Lampiran) diketahui bahwa perlakuan gula batu signifikan dengan semua perlakuan. Pada perlakuan brown sugar signifikan dengan perlakuan gula batu, gula halus, akan tetapi tidak signifikan pada perlakuan kontrol. Pada gula halus signifikan dengan semua perlakuan. Sementara pada kontrol signifikan dengan perlakuan gula batu, dan gula halus, akan tetapi tidak signifikan dengan perlakuan brown sugar.

2) Nilai Kesukaan terhadap Warna Kombucha Teh Daun Sukun (Artocarpus altilis)

Kegiatan uji organoleptik terhadap 30 panelis mengenai nilai kesukaan terhadap warna dari kombucha teh daun sukun mendapatkan hasil sebagai berikut:

Gambar 4.2 Rerata tingkat kesukaan panelis terhadap warna dari kombucha teh daun sukun

Berdasarkan gambar 4.2 dapat diketahui rerata tingkat kesukaan panelis yang tinggi terhadap warna dari kombucha teh daun sukun pada

4,33

Gula Batu Brown Sugar Gula Halus Kontrol

Rerata Skor Kesukaan Warna

Perlakuan Perlakuan

57

perlakuan yaitu gula batu dengan rerata 4,3, sedangkan tingkat kesukaan panelis yang paling rendah terhadap warna kombucha pada perlakuan yaitu gula halus dengan rerata 2,31. Hal ini dikarenakan warna gula yang digunakan dalam pembuatan kombucha akan mempengaruhi warna kombucha yang dihasilkan. Panelis lebih menyukai warna kombucha yang dihasilkan berwarna kuning keemasan dari gula batu kuning, sedangkan untuk perlakuan menggunakan gula halus berwarna kuning pucat yang menyebabkan tingkat kesukaan panelis paling rendah dibanding dengan perlakuan lainnya.

Hasil dari rata-rata setiap perlakuan diuji menggunakan Kruskal-Wallis Test untuk melihat perbedaan pada setiap kelompok uji.

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kemanisanmenunjukkan hasil 0,00 < 0,05 yang berarti ada perbedaan yang signifikan dari keempat perlakuan antara kontrol, variasi gula batu, brown sugar dan gula halus.

Karena nilai probabilitas pada warna adalah 0,00 < 0,05 yang berarti memiliki nilai signifikan maka dilanjutkan uji lanjut yaitu uji Mann-Whitney untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda. Hasil uji Mann-Whitney dapat dilihat pada tabel 4.8

Kode GB BS GH K

GB - S S S

BS S - S S

GH S S - S

58

K S S S -

Keterangan : GB : Gula Batu BS : Brown Sugar GH : Gula Halus K : Kontrol S : Siginifikan TS : Tidak Signifikan

Dari hasil uji Mann-Whitney (Lampiran) diketahui bahwa perlakuan gula batu signifikan dengan semua perlakuan. Pada perlakuan brown sugar signifikan dengan semua perlakuan. Pada gula halus signifikan dengan semua perlakuan. Dan pada kontrol juga signifikan dengan semua perlakuan.

3) Nilai kesukaan terhadap aroma Kombucha Teh Daun Sukun (Artocarpus altilis)

Kegiatan uji organoleptik terhadap 30 panelis mengenai nilai kesukaan terhadap aroma dari kombucha teh daun sukun mendapatkan hasil sebagai berikut:

Berdasrkan gambar 4.3 dapat diketahui bahwa perlakuan gula batu memiliki rerata nilai kesukaan aroma lebih tinggi dibandingkan dengan lainnya yaitu 3.97. Dalam fermentasi ini semua perlakuan menggunakan waktu fermentasi yang sama yaitu 8 hari.

59

Gambar 4.3 Rerata tingkat kesukaan panelis terhadap aroma dari kombucha teh daun sukun

Lama waktu fermentasi cenderung meningkatkan nilai kesukaan panelis terhadap kombucha teh daun sukun. Semakin lama waktu fermentasi yang terjadi semakin banyak alkohol dan asam organik yang dihasilkan. Semakin lama waktu fermentasi, asam-asam organik dan alkohol yang dihasilkan dari gula batu akan lebih mudah menguap. Ke empat perlakuan yaitu gula batu, brown sugar, gula halus dan kontrol memiliki hasil rerata yang hampir sama, perlakuan variasi jenis gula yaitu gula batu dengan lama waktu fermentasi 8 hari menyebabkan aroma asam yang dihasilkan dari kombucha menguap serta aroma gula batu yang legit akan ikut serta menguap. Hal inilah yang disukai oleh panelis.

Hasil dari rata-rata setiap perlakuan diuji menggunakan Kruskal-Wallis Test untuk melihat perbedaan pada setiap kelompok uji.

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kemanisanmenunjukkan hasil 0,01 < 0,05 yang berarti ada perbedaan yang

3.97

3.18

2.72 3,22

0 1 2 3 4 5

Gula Batu Brown Sugar Gula Halus Kontrol

Rerata Skor Kesukaan Aroma

Perlakuan Perlakuan

60

signifikan dari keempat perlakuan antara kontrol, variasi gula batu, brown sugar dan gula halus.

Karena nilai probabilitas pada aroma adalah 0,01 < 0,05 yang berarti memiliki nilai signifikan maka dilanjutkan uji lanjut yaitu uji Whitney untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda. Hasil uji Mann-Whitney dapat dilihat pada tabel 4.9

Kode GB BS GH K

GB - S S S

BS S - S TS

GH S S - S

K S S TS -

Keterangan : GB : Gula Batu BS : Brown Sugar GH : Gula Halus K : Kontrol S : Siginifikan TS : Tidak Signifikan

Dari hasil uji Mann-Whitney (Lampiran) diketahui bahwa perlakuan gula batu signifikan dengan semua perlakuan. Pada perlakuan brown sugar signifikan dengan perlakuan gula batu, gula halus, akan tetapi tidak signifikan pada perlakuan kontrol. Pada gula halus signifikan dengan semua perlakuan. Sementara pada kontrol signifikan dengan perlakuan gula batu, dan brown sugar dan gula halus, akan tetapi tidak signifikan dengan perlakuan gula halus.

61

4) Nilai Kesukaan terhadap Tingkat Kemanisan Kombucha Teh Daun Sukun (Artocarpus altilis)

Kegiatan uji organoleptik terhadap 30 panelis mengenai nilai kesukaan terhadap tingkat kemanisan dari kombucha teh daun sukun mendapatkan hasil sebagai berikut:

Gambar 4.4 Rerata tingkat kesukaan panelis terhadap tingkat kemanisan dari kombucha teh daun sukun

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa perlakuan gula batu memiliki rerata nilai kesukaan tingkat kemanisan lebih tinggi yaitu 4,31 dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Gula batu yang digunakan dalam penelitian yaitu gula batu yang berwarna kuning. Gula batu yang berwarna kuning tidak mengalami penyulingan untuk mencerahkan warna seperti gula putih. Hal tersebut yang membuat tingkat kemanisan lebih tinggi dari kontrol yang menggunakan gula pasir putih (white sugar) yang tingkat kemanisannya lebih rendah dibandingkan dengan gula batu kuning.

Rasa manis pada kombucha teh daun sukun muncul karena adanya

4.31

Gula Batu Brown Sugar Gula Halus Kontrol Rerata Skor Kesukaan Tingkat Kemanisan

Perlakuan Perlakuan

62

penambahan gula atau sukrosa. Selain itu sukrosa juga merupakan substrat yang berperan sebagai sumber karbon dan energi.

Hasil dari rata-rata setiap perlakuan diuji menggunakan Kruskal-Wallis Test untuk melihat perbedaan pada setiap kelompok uji.

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kemanisanmenunjukkan hasil 0,01 < 0,05 yang berarti ada perbedaan yang signifikan dari keempat perlakuan antara kontrol, variasi gula batu, brown sugar dan gula halus.

Karena nilai probabilitas pada rasa adalah 0,00 < 0,05 yang berarti memiliki nilai signifikan maka dilanjutkan uji lanjut yaitu uji Whitney untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda. Hasil uji Mann-Whitney dapat dilihat pada tabel 5.0

Kode GB BS GH K

GB - S TS S

BS S - S TS

GH TS S - S

K S TS S -

Keterangan : GB : Gula Batu BS : Brown Sugar GH : Gula Halus K : Kontrol S : Siginifikan TS : Tidak Signifikan

63

Dari hasil uji Mann-Whitney (Lampiran) diketahui bahwa perlakuan gula batu signifikan dengan perlakuan brown sugar dan kontrol, akan tetapi tidak signifikan dengan gula halus. Pada perlakuan brown sugar signifikan dengan perlakuan gula batu, gula halus, akan tetapi tidak signifikan pada perlakuan kontrol. Pada gula halus signifikan dengan perlakuan brown sugar dan kontrol, akan tetapi tidak signifikan dengan perlakuan gula batu. Sementara pada kontrol signifikan dengan perlakuan gula batu, dan gula halus, akan tetapi tidak signifikan dengan perlakuan brown sugar.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memeiliki beberapa keterbatasan, yaitu :

1. Tidak melakukan optimasi suhu dan pH dalam fermentasi kombucha, karena dalam penelitian ini hanya menguji kadar gula, kadar alkohol dan total asam tertitrasi (TAT) melihat uji yang digunakan sudah banyak sehingga tidak mengetahui suhu dan pH yang paling baik dalam setiap perlakuan.

2. Tidak melakukan variasi lama fermentasikarena sudah menggunakan variasi jenis gula, sehingga informasi mengenai dampak lamanya waktu fermentasi belum terpenuhi

64 BAB V

IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN PADA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber referensi dan bahan pembelajaran untuk mendukung proses belajar mengajar di sekolah. Penerapan dalam pembelajaran Biologi dari hasil penelitian ini sesuai dengan materi bab Bioteknologi sub bab bioteknologi konvensional pada jenjang sekolah menengah atas (SMA) kelas XII semester 2. Aplikasi dalam materi ilmu biologi pada bidang teknologi dan produk bioteknologi dan pemanfaatan bioteknologi konvensional dengan mempelajari mengenai prinsip dasar bioteknologi dan pemanfaatan bioteknologi konvensional. Pembelajaran dirancang agar peserta didik dapat melakukan percobaan dengan memanfaatkan tumbuhan yang terdapat di lingkungan sekitar tempat tinggalnya, salah satunya adalah daun sukun yang terdapat di sekitar lingkungan sebagai alternatif dalam pembuatan kombucha.

Siswa dapat melakukan percobaan dan menganalisis proses pembuatan produk bioteknologi konvensional saat melakukan praktikum biologi. Melalui pembelajaran ini siswa mampu memperluas pengetahuannya dan memahami manfaat dari produk bioteknologi konvensional. Model pembelajaran yang akan digunakan adalah model pembelajaran discovery learning dan cooperatif learning.

Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model kooperatif ini yaitu, siswa sebagi subjek pembelajaran (student oriented), dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa secara maksimal.

65

Acuan kurikulum yang digunakan dalam desain pembelajaran terkait penelitian yang dilakukan adalah kurikulum 2013 revisi 2017. Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS) dan lembar penilaian yang dapat dilihat pada lampiran.

Kompetensi inti (KI) yang digunakan dalam pembelajaran mengacu pada Lampiran Permendikbud No. 24 tahun 2016 yaitu sebagai berikut :

KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, procedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya

KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, procedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya