• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

3.2 Rancangan Penelitian

3.2.1 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus, karena gejala sosial dipilih untuk diteliti dengan menerapkan serumpun metode penelitian. Menurut Sitorus (1998) ada sejumlah definisi “studi kasus”, tetapi keseluruhannya merujuk pada pengertian yang sama, yaitu: memilih satu atau mungkin juga lebih dari satu- kejadian atau gejala sosial untuk diteliti dengan menerapkan serumpun metode penelitian. Pengertian ini sekaligus menjelaskan bahwa: (a) studi kasus adalah studi aras mikro (menyorot satu atau beberapa kasus); (b) studi kasus adalah strategi penelitian yang bersifat multi metode. Mengenai hal terakhir ini, lazimnya peneliti kasus akan memadukan metode pengamatan, wawancara, dan analisis dokumen.

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka pelaksanaan penelitian bersifat

eksploratif-deskriptif, maksudnya adalah mengeksplorasi penemuan fakta lapangan berdasarkan potensi maupun gejala faktual yang ada pada lokasi penelitian. Selanjutnya dibuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tehadap fakta- fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang ditelaah dan merumuskan berbagai alternatif solusi sesuai dengan aspek yang dikaji.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Penggunaan teknik ini selain mengumpulkan sekaligus melakukan validitas data. Menurut Sitorus (1998) dengan memadukan sedikitnya tiga metode, misalnya pengamatan, wawancara dan analisis dokumen, maka satu dan lain metode akan saling menutup kelemahan sehingga tangkapan atas realitas sosial menjadi lebih valid.

Untuk mendapatkan data dan informasi objektif sesuai dengan kebutuhan studi, maka dilakukan pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan/teknik sebagai berikut:

a) Wawancara terstruktur (interview), dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi dari kelompok sasaran yang telah ditetapkan. Menurut Irianto et al. (2006), wawancara terstruktur adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan, dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dengan orang yang diwawancarai.

b) Wawancara mendalam (in-depth interview), dimaksudkan untuk mengetahui aspek-aspek kualitatif secara lebih mendalam dan komprehensif. Menurut Sudikan (2006) wawancara mendalam bersifat terbuka. Pelaksanaan wawancara tidak hanya sekali atau dua kali, melainkan berulang-ulang dengan intensitas yang tinggi. Untuk itu sasaran wawancara mendalam (interview) ini adalah informan kunci (key informan) yang memiliki kompetensi dengan kajian yang ditelaah. Penentuan informan kunci menurut Sudikan (2006) harus melalui beberapa pertimbangan diantaranya : 1) orang yang bersangkutan memiliki pengalaman pribadi sesuai dengan permasalahan yang diteliti; 2) orang yang bersangkutan memiliki pengetahuan yang luas mengenai permasalahan yang diteliti. Data dan informasi yang dikumpulkan melalui pendekatan ini berkenaan dengan keseluruhan aspek kajian yang ditelaah, dimana data dan informasi yang dikumpulkan lebih bersifat kualitatif.

c) Observasi langsung ke lapangan (direct observation), dimaksudkan untuk mengetahui dan melihat secara langsung berbagai gejala dan perilaku

stakeholder, serta keberadaan dan ketersediaan infrastruktur pendukung. Hasil observasi ini digunakan sebagai dasar klarifikasi dan cek silang (cross check) berbagai informasi dan fenomena yang terungkap, terutama sekali berkenaan dengan kondisi biofisik.

d) Penelusuran dokumen, dilakukan untuk memperluas dan melengkapi hasil kajian. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2007). Kegiatan ini dilakukan terhadap berbagai laporan dan dokumen seperti hasil-hasil penelitian (studi) yang terkait, serta data dan informasi dari sumber-sumber lainnya. Pendekatan ini terutama sekali berkenaan dengan pengumpulan data dan informasi tentang kelembagaan, termasuk peraturan perundangan dan kebijakan-kebijakan serta dokumen-dokumen lainnya yang berkenaan dengan pengelolaan kawasan hutan.

e) Focus Group Discussion(FGD), adalah sebuah teknik pengumpulan data dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu

(Bungin 2005). Pendekatan ini dilakukan untuk menggali gagasan-gagasan dalam rangka merumuskan kebijakan yang berkenaan dengan pemanfaatan kawasan yang berkelanjutan.

3.2.2 Teknik Penentuan Informan

Pengumpulan data dan informasi dikumpulkan secara sengaja (purposive sampling) dari masyarakat lokal yang berada di sekitar kawasan hutan untuk pencadangan hutan tanaman rakyat. Menurut Black (1999) purposive sampling

adalah salah satu cara yang diambil peneliti untuk memastikan bahwa unsur tertentu dimasukkan kedalam sampel. Unsur tertentu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kelompok masyarakat yang telah dan akan memiliki klaim terhadap aliran manfaat (hak kepemilikan) dengan adanya pengelolaan HTR jernang. Oleh karena itu, informan dalam penelitian ini adalah kepala keluarga dari rumahtangga pengelola tanaman jernang yang berjumlah 50 orang. Hal ini didasarkan dari identifikasi awal yang didapatkan bahwa masyarakat pengelola jernang berjumlah 50 orang, sehingga akan dihasilkan semua pendapat dari pengelola jernang tersebut.

Teknik penentuan informan untuk fokus kajian sejarah pemanfaatan sumberdaya hutan dan gambaran tentang rantai tata niaga dan pemasaran hasil jernang yaitu menggunakan teknik penelusuran (snowball sampling). Dalam teknik ini, penentuan informan awal diperoleh dari hasil observasi. Penentuan informan berikutnya berasal dari informan awal dan begitu seterusnya. Jumlah informan ditentukan berdasarkan kecukupan dan kejenuhan data dan informasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berkaitan dengan dinamika hak kepemilikan pengelolaan sumber daya hutan di Lamban Sigatal, informan yang digunakan adalah dari pihak pencari jernang dan masyarakat di luar pemanfaat jernang dan pemerintah. Informan dari luar kelompok masyarakat pencari jernang adalah tokoh masyarakat, kelompok lembaga swadaya masyarakat (Yayasan Gita Buana Jambi dan Flegt-SP Indonesia). Dari pihak pemerintah, informan adalah individu pimpinan atau aparat yang berwenang pada pemerintah kabupaten dan dinas-dinas teknis yang terkait dengan kebijakan pengelolaan sumber daya hutan dan pengembangan HTR di Kabupaten Sarolangun, meliputi: Dinas Kehutanan Propinsi Jambi, Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Kabupaten Sarolangun, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sarolangun, bagian hukum sekretariat daerah. Secara rinci informan kunci dan jumlah informan kunci yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Informan kunci dan jumlah informan kunci yang dipergunakan dalam

penelitian.

No Informan kunci Jumlah

(orang)

1 Petani jernang 7

2 Toke jernang lokal 2

3 Toke jernang kabupaten 2

4 Tokoh masyarakat 3

5 Pejabat dinas kehutanan Prop. Jambi 1

6 Pimpinan daerah Kab.Sarolangun 1

7 Pejabat Bappeda Kab.Sarolangun 1

8 Pejabat Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab.Sarolangun 2

9 10

Bagian hukum sekretariat daerah Lembaga Swadaya Masyarakat

1 2

3.2.3 Fokus Kajian Penelitian dan Data/Informasi Penelitian

Fokus kajian penelitian didasarkan pada metode Analisis Pengembangan Institusi (Institutional Analysis Development) yang dikembangkan oleh Ostrom (1990). Sesuai dengan kerangka analisis IAD yang digunakan, maka variabel/fokus dan data/informasi yang digunakan dalam kajian berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a) Karakteristik sumber daya hutan didalam areal pencadangan kawasan HTR, yang diketahui melalui pengumpulan data/informasi: (i) sistem sumber daya alam areal pencadangan kawasan HTR; dan (ii) unit sumber daya alam didalam areal pencadangan kawasan HTR yang memiliki potensi sebagai komoditas; b) Karakteristik komunitas masyarakat Desa Lamban Sigatal, yang diketahui

melalui pengumpulan data/informasi: (i) keragaan ekonomi rumah tangga (total pendapatan rumah tangga dalam satu satuan waktu tertentu - Rp/bulan, total kebutuhan dan alokasi pemanfaatannya dalam satu satuan waktu tertentu - Rp/bulan); (ii) Hubungan sosial (keterlibatan di dalam organisasi masyarakat); (iii) tataniaga hasil hutan(khususnya jernang), yang meliputi rantai tata niaga atau pemasaran hasil dan lembaga-lembaga tata niaga; (iv) Tata nilai dan

eksistensi kearifan lokal (persepsi dan kelembagaan lokal berkenaan dengan pengelolaan hutan dan pemanfaatan hasil hutan khususnya tanaman rotan jernang bagi kehidupannya);

c) Dinamika pengelolaan sumberdaya hutan Lamban Sigatal, diketahui melalui data/informasi berkenaan dengan dinamika hak kepemilikan masyarakat pengolah jernang dalam institusi pengelolaan sumber daya hutan di wilayahnya dan sekitarnya.

d) Kebijakan HTR, diketahui melalui data/informasi berkenaan substansi kebijakan atau regulasi yang menunjukkan pengaturan hak kepemilikan masyarakat pengolah jernang di dalam instiusi pengelolaan sumber daya hutan pada masa depan melalui pengembangan HTR.

e) Kelayakan finansial usaha dan respon masyarakat terhadap pola silvikultur karet-jernang untuk pengembangan institusi pengelolaan HTR diketahui melalui data/informasi berkenaan dengan respon masyarakat untuk membangun aksi bersama yang mendorong kepastian hak kepemilikan dalam pengelolaan sumber daya hutan melalui kebijakan HTR.

3.2.4 Jenis dan Sumber Data

Data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data kualitatif dan kuantitatif. Dari segi sumber perolehannya, dibedakan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pendekatan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner dengan responden, wawancara mendalam (in- depth interview) dengan informan pakar, tokoh masyarakat, dinas/instansi, dan LSM terkait serta pengamatan terhadap obyek-obyek di lapangan yang terkait dengan topik data penelitian.

Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka atau telaah literatur, dokumen, dan data/informasi spasial yang berkenaan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai seperti demografi, kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat, ekologi hutan di kawasan cadangan HTR. Sumber data sekunder antara lain adalah laporan dinas/instansi pemerintah seperti Kantor Desa, Kantor Kecamatan, Bappeda, Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Pertanian, BPS, LSM maupun lembaga lainnya yang berkaitan dengan penelitian.