• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan Program Sumberdaya Alam Berbasis Pembangunan Ekonomi Wilayah Pesisir

Weights: Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Tangkap

5.4. Kebijakan Rancangan Program

5.4.1 Rancangan Program Sumberdaya Alam Berbasis Pembangunan Ekonomi Wilayah Pesisir

Berdasarkan analisis-analisis yang telah dilakukan maka dapat disusun rancangan program pembangunan ekonomi wilayah pesisir Kabupaten Pelalawan. Pembangunan ekonomi wilayah pesisir saat ini didominasi oleh kegiatan pertanian yang telah dimanfaatkan secara maksimal, namun di sisi lain pemanfaatan sumberdaya di sektor perikanan yang memiliki potensi yang besar masih sangat minim. Maka dalam perencanaan ekonomi di Kabupaten Pelalawan saat ini hendaknya diarahkan ke sektor perikanan dengan memperhatikan

sustainability atau keberlanjutan dari lingkungan itu sendiri.

5.4.1.1 Perikanan Tangkap

Kegiatan penangkapan perikanan merupakan prioritas utama kebijakan pembangunan wilayah pesisir untuk meningkatkan perekonomian masyarakat yang harus dilakukan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pelalawan. Kebijakan yang harus dikeluarkan berdasarkan kondisi eksisting adalah kebutuhan akan sarana dan prasarana tangkap, hal ini perlu dilakukan dikarenakan masih minimnya alat tangkap nelayan untuk mendapatkan ikan yang ekonomis tinggi dan armada tangkapan yang digunakan masih sangat tidak memadai (tanpa motor) sehingga tidak mampu menjangkau daerah laut yang jauh.

Usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh para nelayan di Kabupaten Pelalawan ini sebagian besar masih menggunakan armada tangkapan pompong

yang hanya mampu memuat sebanyak satu orang nelayan, dan dalam proses kegiatan melaut armada ini tidak menggunakan motor namun dengan didayung. Dalam proses penangkapan ikan nelayan menggunakan alat tangkap jaring yang ditebar di laut dan dibiarkan selama 12 jam, dimana pagi dan siang harinya nelayan melakukan pengangkatan jaring untuk mengambil ikan yang terjerat. Biasanya nelayan melakukan pemanenan ikan pada pagi hari pukul 06.00 WIB dan sore hari pukul 16.00 WIB. Jarak penangkapan ikan dari tempat awal para nelayan melaut sekitar 1,5 km. Dan akibat minimnya pemanfaatan sumberdaya ikan oleh para nelayan di Kabupaten Pelalawan, menjadikan nelayan daerah lain masuk kewilayah Kabupaten Pelalawan untuk melakukan penangkapan ikan

dengan alat dan armada tangkap yang cukup memadai, akibat hal tersebut sering menjadi pemicu konflik antar nelayan antar daerah. Saat ini ada satu armada pengawasan perikanan dalam menjaga teritorial wilayah agar mencegah terjadinya konflik tersebut.

Sedangkan nelayan yang menggunakan armada tangkap menggunakan motor dalam penangkapan ikan dilakukan hampir sama dengan yang dilakukan oleh nelayan yang menggunakan armada tangkap pompong. Hanya pada nelayan yang telah menggunakan motor ini biasanya mereka menangkap udang, sehingga dalam perjalanan melaut mereka juga membawa es untuk menjaga kesegaran udang hasil tangkapan. Alat tangkap yang digunakan oleh para nelayan biasanya jala dengan wilayah penangkapan sekitar 3 km dari daerah awal melaut. Dan waktu melaut sama dengan nelayan yang menggunakan armada tangkap

pompong.

Saat ini hasil tangkapan yang diperoleh oleh nelayan di wilayah pesisir Kabupaten Pelalawan merupakan ikan yang memiliki ekonomis yang masih rendah sehingga dalam penjualan hasilnya memerlukan perlakuan terlebih dahulu (added value). Hasil penangkapan nelayan masih sangat minim dimana dalam satu hari dengan dua trip, nelayan hanya mendapatkan ikan sebanyak 50 kg. Dengan harga per kg ikannya hanya sebesar Rp.5.000/kg sedangkan hasil tangkapan udang sebanyak 10 kg dan harga jual segar sebesar Rp.10.000/kg.

5.4.1.2 Perikanan Budidaya

Pengembangan perikanan budidaya mutlak di perlukan, hal ini didasarkan dengan besarnya potensi sumber daya lahan yang dapat dan berpeluang untuk melakukan pembukaan lahan budidaya. Namun demikian pembukaan lahan untuk budidaya harus memperhatikan kondisi ekologi lainnya. Banyaknya hutan mangrove dengan tipe tumbuhan avicenia bahkan nipah masih terdapat dengan lestari. Saat ini ada tiga jenis budidaya perikanan yang dikembangkan oleh masyarakat di Kabupaten Pelalawan yaitu budidaya tambak, budidaya kolam dan budidaya karamba.

Daerah yang memungkinkan untuk melakukan pembukaan lahan di Kabupaten Pelalawan berada di dua kecamatan yaitu Kecamatan Kuala Kampar

dan Kecamatan Teluk meranti. Sedangkan sumberdaya ikan yang dibudidayakan dapat berupa jenis udang seperti Udang Windu, Udang Galah. Hal ini didasarkan dengan kondisi lingkungan yang merupakan habitat udang. Dalam pengembangan usaha budidaya ini masyarakat masih terkendala dengan keberadaan dana usaha, sehingga diharapkan adanya terobosan kerjasama antara pihak perbankan dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pelalawan untuk dapat mengucurkan dana pinjaman lunak untuk usaha pengembangan budidaya perikanan.

Sedangkan untuk usaha budidaya perikanan di kolam saat ini telah cukup dikembangkan, rata-rata pembudidaya kolam mengembangkan usaha budidaya ikan patin. Namun demikian sampai saat ini usaha budidaya tersebut masih dilakukan secara tradisional, sehingga dalam pengembangannya dibutuhkan usaha intensifikasi untuk dapat meningkatkan produksi kolam tersebut. Keterbatasan ketersediaan pakan terdekat dari tempat budidaya kolam membatasi masyarakat pembudidaya kolam untuk mengembangkan usahanya. Pengembangan usaha budidaya kolam ini hampir diusahakan disemua kecamatan yang ada di Kabupetan Pelalawan, namun berdasarkan data dan hasil survey, daerah yang memungkinkan untuk dikembangkan adalah Kecamatan Pangkalan Kuras, Kecamatan Ukui, Kecamatan Pangkalan Kerinci dan Kecamatan Bunut.

Kegiatan usaha budidaya ikan karamba dilakukan di Sungai Kampar dan anak-anak sungai maupun di danau. Saat ini kondisi karamba banyak dikembangkan oleh masyarakat yang berada di Kecamatan Langgam, Kecamatan Pelalawan dan Kecamatan Pangkalan Kerinci. Sedangkan saat ini pembukaan usaha budidaya karamba juga dimulai di daerah-daerah lainnya seperti di Kecamatan Teluk Meranti, Kecamatan Kerumutan, Kecamatan Bunut, dan Kecamatan Pangkalan Kuras.

5.4.1.3 Pengolahan Pascapanen

Pada saat ini kondisi pengelolaan pascapanen di Kabupaten Pelalawan masih dilakukan secara tradisional, ketergantungan akan ketersediaan dari pada bahan baku ikan ekonomis tinggi menjadi kendala. Keterbatasan modal untuk mengembangkan usaha untuk lebih baik hingga produk yang dihasilkan tidak

kalah bersaing dengan produk dari luar merupakan kendala yang paling dominan yang ada di setiap unit usaha pengolahan pascapanen perikanan.

Saat ini ada beberapa produk yang dihasilkan oleh para unit usaha pengolahan pascapanen yang ada di Kabupaten Pelalawan yaitu ikan asap, ikan kering. Namun yang banyak produk dihasilkan saat ini adalah produk ikan kering, usaha ini dilakukan karena seringnya ikan segar yang dihasilkan tidak habis terjual di pasar. Kebanyakan jenis ikan yang dikeringkan merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis rendah seperti jenis ikan “lomek” (ikan bulu ayam, dalam bahasa nasional), sehingga terkadang produk yang dihasilkan kalah bersaing dengan produk dari daerah lain.

Selain pengelolan pascapanen perikanan yang sangat tradisional, juga terdapat satu usaha pengelolaan yang sudah cukup maju, yaitu usaha pengeringan ubur-ubur. Dimana produk yang dihasilkan di ekspor ke Negara Cina, namun demikian usaha yang pengolahan ubur-ubur masih bersifat musiman. Dari hasil pengolahan tradisional yang dihasilkan produknya selain dipasarkan di Kabupaten Pelalawan sendiri juga dipasarkan kedaerah lainnya seperti Kota Pekanbaru, Kabupaten Bengkalis, dan lainnya.

Oleh karena itu, dibutuhkan perhatian serius dari pemerintah daerah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pelalawan untuk dapat meningkatkan usaha pascapanen tersebut dengan cara peningkatan kualitas pengelolaan pascapanen melalui pelatihan dan pemberian pinjaman lunak untuk pengembangan usaha.

5.4.1.4 Kelembagaan Permodalan dan Pasar

Dalam mendukung kegiatan perekonomian di wilayah pesisir diperlukan suatu pengembangan lembaga permodalan dan pasar yang berbasiskan masyarakat nelayan. Perencanaan pengembangan lembaga permodalan dan pasar lebih diarahkan pada :

a) Optimalisasi lembaga-lembaga pendukung yang telah ada seperti Koperasi Unit Desa (KUD), Tempat Pelelangan Ikan (TPI), Tempat Pelabuhan Perikanan. Dengan cara peningkatan sarana dan prasarana KUD, TPI dan Tempat Pelabuhan Perikanan, seperti penyediaan air bersih, penyediaan

tempat tambatan kapal yang nyaman dan adanya dayasaing harga yang cukup kompetitif.

b) Pengembangan kelembagaan keuangan yang ada seperti Koperasi Bina Pesisir Mandiri di Desa Teluk Kecamatan Kuala Kampar.

c) Perlunya pengembangan Bank Mikro untuk dapat menunjang kebutuhan permodalan para nelayan di kawasan pesisir Kabupaten Pelalawan.

5.4.2 Rancangan Program Sumberdaya Manusia Berbasis Penguatan