• Tidak ada hasil yang ditemukan

Riwayat-Riwayat Akan Pentingnya Akal

Jika kita melihat kepada hakikat permasalahan, niscaya kita akan mendapati baik Asy'ariyyah, Hanbaliyyah dan Mu'tazilah, semuanya tidak mengetahui hakikat akal. Untuk bisa mengenal hakikat ini, maka mau tidak mau —pertama- tama— kita harus membaca beberapa riwayat Ahlul Bait, supaya kita dapat memahami pentingnya akal dan kedu- dukannya yang begitu tinggi.

Dari Abu Ja'far, Imam Muhammad al-Baqir yang berkata, "Ketika Allah menciptakan akal, Allah berkata kepadanya, 'Menghadaplah', maka akal pun menghadap. Kemudian, Allah berkata lagi kepadanya, 'Berbaliklah', maka akal pun berbalik. Lalu Allah berkata, 'Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku tidak menciptakan suatu makhluk yang

lebih bagus dari engkau. Denganmu Aku memerintah dan denganmu Aku melarang. Denganmu Aku memberi pahala dan denganmu Aku memberi siksa.'"[355]

Di dalam wasiat Imam Musa bin Ja'far kepada Hisyam bin Hakam, yang merupakan sebuah hadis yang panjang, disebutkan,

"Wahai Hisyam, sesungguhnya Allah SWT telah memberikan kabar gembira kepada orang yang berakal dan memiliki pemahaman di dalam Kitab-Nya. Allah SWT berfirman, 'Maka sampaikanlah kabar gembira kepada hamba- hamba-Ku yang mendengarkan perkataan, dan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang- orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.' (QS. az-Zumar: 18)

Wahai Hisyam, sesungguhnya Allah SWT telah menyempurnakan hujjah bagi manusia dengan akal, dan telah menolong para nabi dengan keterangan, serta telah menunjukkan mereka kepada rububiyyah-Nya dengan dalil. Allah SWT berfirman, 'Dan Tuhanmu adalahTuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.' (QS. al-Baqarah: 163-164)

Wahai Hisyam, Allah SWT telah menjadikan semuanya itu sebagai petunjuk atas makrifat-Nya, karena sesungguhnya mereka mempunyai pengatur. Allah SWT berfirman, 'Dan Dia menundukan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan binatang-binatang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahaminya.' (QS. an-Nahl: 12)

Allah SWT juga berfirman, 'Dialah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes air mani, sesudah itu dari segumpal darah kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa dewasa, kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami lakukan itu) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahaminya.' (QS. al-Mu'min: 67)

Allah SWT juga berfirman, 'Dan pada pergantian malam dan siang, serta hujan yang diturunkan Allah dari langit, lalu dihidupkannya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya, serta pada perkisaran angin, terdapat pula tanda-tanda (kekuaan Allah) bagi kaum yang berakal.' (QS. al-Jatsiyah: 5)

Allah SWT berfirman, 'Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya.' (QS. al- Hadid: 17)

Allah SWT juga berfirman, 'Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan airyang sama. Kami melebihkan sebagian tanaman-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.' (QS. ar-Ra'd: 4)

Allah SWT berfirman, 'Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.' (QS. ar-Rum: 24)

Allah SWTjugaberfirman, 'Katakanlah, 'Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, dan janganlah kamu membunuh anak-anak katnu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang tampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (kamu membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.' Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahaminya.' (QS. al-An'am: 151)

Allah SWT berfirman, 'Apakah ada di antara hamba sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu dalam (memiliki) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu; maka kamu sama dengan mereka dalam (hak mempergunakan) rezeki itu, kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada dirimu sendiri? Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang berakal.' (QS. ar-Rum: 28)

Wahai Hisyam, kemudian Dia menasihati orang yang berakal, dan membujuk mereka dengan akhirat. Allah SWT berfirman, 'Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?' (QS. al-An'am: 32)

Wahai Hisyam, kemudian Allah memperingatkan orang-orang yang tidak berakal dari siksa-Nya. Allah SWT berfirman, 'Kemudian Kami binasakan orang-orang yang lain. Dan sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekkah) benar- benar akan melalui (bekas-bekas) mereka diwaktu pagi.' (QS. ash-Shaffat: 136 - 137)

Allah SWT juga berfirman, 'Sesungguhnya Kami akan menurunkan azab dari langit atas penduduk kota ini karena mereka berbuat fasik. Dan sesungguhnya Kami tinggalkan dari padanya satu tanda yang nyata bagi orang-orang yang berakal.' (QS. al-'Ankabut: 34-35)

Wahai Hisyam, sesungguhnya akal bersama ilmu. Allah SWT berfirman, 'Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.' (QS. al-'Ankabut: 43)

Wahai Hisyam, kemudian Allah SWT mencela orang yang tidak berakal. Allah SWT berfirman, 'Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'lkutilah apa yang telah diturunkan Allah', mereka menjawab, 'Tidak, tetapi kami hanya

mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.' (Apakah mereka akan mengikuti juga) walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?' (QS. al-Baqarah: 170)

Allah SWT juga berfirman, 'Dan perumpamaan (orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggi Ibinatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti.' (QS. al-Baqarah: 171)

Allah SWT berfirman, 'Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkanmu. Apakah kamu dapat menjadikan orang-orang tuli itu mendengar walaupun mereka tidak mengerti.' (QS. Yunus: 42)

Allah SWT juga berfirman, 'Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).' (QS. al-Furqan: 44)

Allah SWT berflrman, 'Mereka tiada akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung- kampung yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka terpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengerti.' (QS. al-Hasyr: 14)

Allah SWT juga berfirman, 'Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedangkan kamu melupakan diri kamu sendiri padahal kamu membaca al-Kitab? Maka tidakkah kamu berpikir?' (QS. al-Baqarah: 44)

Wahai Hisyam, kemudian Allah SWT mencela kelompok yang banyak. Allah SWT berfirman, 'Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.' (QS. al-An'am: 116)

Allah SWT juga berfirman, 'Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, 'Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?' Tentu mereka akan menjawab, 'Allah. 'Katakanlah, 'Segala puji bagi Allah'; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.' (QS. Luqman: 25)

Berikutnya, Allah SWT berfirman, 'Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka, 'Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?' Tentu mereka akan menjawab, 'Allah.'Katakanlah, 'Segala Puji bagi Allah', tetapi kebanyakan mereka tidak memahaminya.' (QS. al-'Ankabut: 63)

Wahai Hisyam, selanjutnya Allah SWT memuji kelompok yang sedikit. Allah SWT berfirman, 'Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.' (QS. Saba: 13)

Allah SWT juga berfirman, 'Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini.' (QS. Shad: 24)

Allah SWT berfirman, "Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir'aun yang menyembunyikan imannya berkata, 'Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia mengatakan, Tuhanku ialah Allah.'" (QS. al-Mu'muin: 28)

Selanjutnya Allah SWT berfirman, 'Akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.'

Allah SWT berfirman, 'Kebanyakan mereka tidak memahami.' Pada ayat yang lain Allah berfirman, 'Kebanyakan mereka tidak merasa.'

Wahai Hisyam, Allah menyebut orang-orang yang berakal dengan sebagus-bagusnya sebutan dan menghiasi mereka dengan sebagus-bagusnya hiasan. Allah SWT berfirman, 'Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh dia telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal.' (QS. al-Baqarah: 269)

Allah SWT juga berfirman, 'Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, 'Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.' Dan tidak dapat mengambil pelajaran (darinya) melainkan orang- orang yang berakal.' (QS. Ali 'lmran: 7)

Allah SWT juga berfirman, 'Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.' (QS. Ali 'lmran: 190)

Allah SWT berfirman, 'Adakah orang yang mengetahui bahwa-sannya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanya orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.' (QS. ar-Ra'd: 19)

Allah SWT berfirman, "(Apakah kamu hai orang-orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, 'Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?' Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.' (QS. az-Zumar: 9)

Allah SWT berfirman, 'lni adalah sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu, yang penuh dengan berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.' (QS. Shad: 29)

Selanjutnya Allah SWT berfirman, 'Dan sesungguhnya telah Kami berikan petunjuk kepada Musa; dan Kami wariskan Taurat kepada Bani Israil, untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berpikir.' (QS. al- Mu'min: 53 - 54)

Allah SWT berfirman, 'Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.' (QS. adz-Dzariyat: 55)

Wahai Hisyam, sesungguhnya Allah berfirman di dalam Kitab-Nya, 'Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati.' (QS. Qaf: 37) Yaitu yang dimaksud adalah akal.

Wahai Hisyam, sesungguhnya Lukman telah berkata kepada anaknya, 'Tunduklah kamu kepada kebenaran, niscaya kamu menjadi manusia yang paling berakal. Sesungguhnya kecerdasan amat mudah bagi orang yang memiliki kebenaran. Wahai anakku, sesungguhnya dunia adalah lautan yang dalam. Sungguh telah banyak sesuatu yang karam di dalamnya. Maka jadikanlah ketakwaan kepada Allah sebagai perahumu, bahan bakarnya adalah iman, layarnya adalah tawakkal, nahkodanya adalah akal, kompasnya adalah ilmu, dan para penumpangnya adalah sabar.'

Wahai Hisyam, sesungguhnya segala sesuatu mempunyai tanda. Adapun tandanya akal adalah berpikir, dan tandanya berpikir adalah diam. Dan, sesungguhnya segala sesuatu mempunyai tunggangan, adapun tunggangan akal adalah tawadu. Cukup merupakan kebodohan bagimu, kamu menunggangi sesuatu yang kamu dilarang menungganginya.

Wahai Hisyam, tidaklah Allah mengutus para nabi dan rasul-Nya kepada hamba-hamba-Nya melainkan supaya mereka mengenal Allah. Sesungguhnya orang yang paling baik penerimaannya di antara mereka adalah orang yang paling baik makrifahnya, dan orang yang paling mengetahui perintah Allah di antara mereka adalah orang yang paling baik akalnya, serta orang yang paling sempurna akalnya di antara mereka adalah orang yang paling tinggi derajatnya didunia dan di akhirat.

Wahai Hisyam, sesungguhnya Allah mempunyai dua hujjah atas manusia. Yaitu hujjah yang tampak dan hujjah yang tidak tampak. Adapun hujjah yang tampak ialah para rasul, para nabi dan para imam, sedangkan hujjah yang tidak tampak adalah akal.

Wahai Hisyam, sesungguhnya orang yang berakal adalah orang yang rasa syukurnya tidak disibukkan oleh sesuatu yang halal, dan kesabarannya tidak dibelenggu oleh yang haram.

Wahai Hisyam, barangsiapa yang memenangkan sesuatu yang tiga atas sesuatu yang tiga yang lain, maka berarti dia telah membantu hawa nafsunya untuk menghancurkan akalnya:

Barangsiapa yang menggelapkan cahaya pikirnya dengan panjang angan-angannya, barangsiapa yang menghapus kata-kata hikmahnya dengan kata-kata sia-sianya, dan barangsiapa yang memadamkan cahaya pelajarannya dengan syahwat dirinya, maka berarti dia telah membantu hawa nafsunya untuk menghancurkan akalnya. Dan barangsiapa yang menghancurkan akalnya maka berarti dia telah merusak agama dan dunianya.

Wahai Hisyam, bagaimana mungkin amal perbuatanmu bisa berkembang di sisi Allah, sementara hatimu lalai dari perintah-Nya, dan engkau mentaati hawa nafsumu yang hendak menguasai akalmu.

Wahai Hisyam, sabar dalam kesendirian merupakan tanda kekuatan akal. Barangsiapa yang mengenal Allah maka dia akan menyingkir dari ahli dunia dan orang orang yang mengharapkannya, serta hanya mengharapkan apa-apa yang ada di sisi Allah; sementara Allah akan menjadi temannya di dalam ketakutan, menjadi sahabatnya di dalam kesendirian, akan mencukupkannya di dalam kemiskinan, dan akan melindunginya dengan tanpa bantuan keluarga besar.

Wahai Hisyam, kebenaran ditegakkan untuk mentaati Allah, dan tidak ada keselamatan kecuali dengan ketaatan. Ketaatan itu ditegakkan dengan ilmu, ilmu itu dengan belajar, dan belajar itu dengan akal. Selanjutnya, tidak ada ilmu kecuali dari 'alim rabbani, dan mengetahui ilmu itu dengan akal

Wahai Hisyam, amal yang sedikit dari orang yang berilmu diterima dengan berlipat ganda, sementara amal yang banyak dari orang yang memperturuti hawa nafsu dan orang yang bodoh ditolak.

Wahai Hisyam, sesungguhnya orang yang berakal rida bersama hikmah dengan tanpa dunia, namun tidak rida bersama dunia dengan tanpa hikmah, maka oleh karena itu perniagaan mereka beruntung.

Wahai Hisyam, sesungguhnya orang yang berakal meninggalkan dunia yang berlebihan, apalagi dengan dosa. Mereka meninggalkan dunia sebagai sesuatu yang utama, dan meninggalkan dosa sebagai sesuatu yang wajib.

Wahai Hisyam, sesungguhnya orang yang berakal melihat kepada dunia dan kepada ahlinya, lantas mereka mengetahui bahwa dunia tidak dapat digapai kecuali dengan kesulitan, kemudian mereka pun melihat kepada akhirat, lalu mereka mengetahui bahwa akhirat pun tidak dapat digapai kecuali dengan kesulitan, maka mereka pun mencari salah satu yang paling kekal di antara keduanya.

Wahai Hisyam, sesungguhnya orang-orang yang berakal, mereka meninggalkan kesenangan dunia dan mengharapkan kesenangan akhkat. Karena mereka tahu bahwa dunia adalah sesuatu yang mencari dan sesuatu yang dicari, dan demikian juga akhirat adalah sesuatu yang mencari dan sesuatu yang dicari. Barangsiapa yang mencari akhirat, maka dunia akan mencarinya, sehingga terpenuhi rejekinya; dan barangsiapa yang mencari dunia, maka akhirat akan mencarinya, sehingga ajal menjemputnya, sehingga dengan begitu rusaklah dunia dan akhiratnya.

Wahai Hisyam, barangsiapa yang menginginkan kekayaan tanpa harta, kenyamanan hati dari hasud, dan keselamatan di dalam agama, maka hendaklah dia merendahkan diri kepada Allah SWT di dalam menghadapi masalahnya dengan menyempurnakan akalnya. Barangsiapa yang berakal maka dia akan merasa puas dengan sesuatu yang mencukupkannya, dan barangsiapa yang merasa puas dengan sesuatu yang mencukupkannya maka dia telah kaya. Barangsiapa yang tidak merasa puas dengan apa yang mencukupkannya maka dia tidak akan menggapai kekayaan selamanya.

Wahai Hisyam, sesungguhnya Allah menceritakan bahwa kaum yang saleh berkata, 'Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakan lah kepada kami rahmat dari sisi Engkau' (QS. Ali Imran: 8), manakala mereka mengetahui hati mereka menyimpang dan kembali kepada kebutaannya.

Sesungguhnya tidak takut kepada Allah orang yang tidak mengetahui tentang Allah. Dan orang yang tidak mengetahui tentang Allah, hatinya tidak akan berdiri di atas makrifah yang kokoh, dan juga tidak akan menemukan hakikat makrifah di dalam hatinya. Tidaklah seseorang demikian kecuali orang yang ucapannya sejalan dengan perbuatannya dan batinnya sesuai dengan zahirnya.

Wahai Hisyam, Amirul Mukminin as telah berkata, Tidaklah Allah disembah dengan sesuatu yang lebih utama dari akal. Dan, tidaklah sempurna akal seseorang sehingga pada dirinya terdapat beberapa sifat berikut: Kekufuran dan kemusyrikan terjaga darinya, petunjuk dan kebaikan diharapkan darinya, kelebihan hartanya dikorbankan, ke-utamaan pembicaraannya terjamin, dan bagiannya dari dunia hanyalah makanan pokok. Dia tidak pernah merasa kenyang dengan ilmu selamanya. Kehinaan bersama Allah lebih dia cintai dibandingkan kemuliaan bersama selain-Nya. Ketawaduan lebih dia cintai dibandingkan kebesaran. Dia menganggap banyak sedikit kebajikan yang berasal dari orang lain, dan menganggap sedikit banyak kebajikan yang berasal dari dirinya. Dia melihat seluruh manusia lebih baik dari dirinya, sementara dia melihat dirinya sebagai manusia yang paling jelek di antara manusia yang ada.

Wahai Hisyam, sesungguhnya orang yang berakal tidak akan berdusta, meski pun di dalam dusta itu terdapat kepentingannya.

Wahai Hisyam, tidak ada agama bagi orang yang tidak memiliki kekesatriaan, dan tidak ada kekesatriaan bagi orang yang tidak memiliki akal. Sesungguhnya manusia yang paling besar nilainya adalah orang yang tidak melihat dunia sebagai kehormatan dirinya. Ingatlah, sesungguhnya dirimu tidak mempunyai harga yang sesuai kecuali surga, maka oleh karena itu janganlah engkau menjualnya dengan selainnya.

Wahai Hisyam, sesungguhnya Amirul Mukminin as berkata, 'Sesungguhnya tanda orang yang berakal adalah tiga sifat berikut: Menjawab manakala ditanya, berbicara manakala orang lain sudah tidak mampu lagi bicara, dan memberikan pandangan yang menggambarkan kesalehan orang yang memiliki pandangan tersebut. Barangsiapa yang pada dirinya tidak ada satu pun salah satu dari ketiga sifat tersebut maka dia itu orang pandir.'

Sesungguhnya Amirul Mukminin as berkata, Tidaklah duduk di bagian depan majlis kecuali seorang laki-laki yang memiliki ketiga sifat di atas, atau salah satu darinya. Barangsiapa yang pada dirinya tidak ada satu pun dari ketiga sifat di atas, lalu dia duduk di majlis, maka dia itu orang pandir.'

Hasan bin Ali telah berkata, 'Jika engkau meminta kebutuhan maka mintalah dari pemiliknya.' Kemudian orang- orang bertanya, 'Wahai putra Rasulallah saw, siapakah pemilik kebutuhan tersebut?'

Hasan bin Ali menjawab, 'Yaitu orang-orang yang telah Allah SWT ceritakan di dalam Kitab-Nya. Allah SWT berfirman, 'Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.' (QS. az-Zumar: 39).

Hasan bin Ali berkata lebih lanjut, 'Mereka itu adalah orang-orang yang berakal.'

Ali bin Husain telah berkata, 'Duduk bersama orang-orang yang saleh akan mendorong kepada kebajikan. Bersopan santun kepada para ulama akan menambah akal. Taat kepada pemimpin yang adil merupakan puncak kemuliaan. Mengambil manfaat harta merupakan sesempurna-sempurnanya kekesatriaan. Memberi petunjuk kepada orang yang meminta nasihat merupakan pelaksanaan kewajiban nikmat. Dan menahan diri untuk tidak menyakiti orang lain merupakan kesempurnaan akal, yang di dalamnya terkandung kenyamanan badan, baik segera maupun lambat.'

Wahai Hisyam, sesungguhnya orang yang berakal tidak akan berbicara kepada orang yang dikhawatirkan akan mendustakannya, tidak akan meminta kepada orang yang dikhawatirkan tidak akan memberinya, tidak akan menghitung dengan sesuatu yang dia tidak mampu, dan tidak mengharapkan sesuatu yang tercela untuk diharapkan."'[356]

Di sana juga terdapat beratus-ratus riwayat yang menyingkap tentang pentingnya akal dan kedudukannya yang tinggi di dalam madrasah Ahlul Bait. Akal adalah cahaya Ilahi, yang dengannya manusia mampu menyingkap hakikat sesuatu. Dengan demikian, dia merupakan pemberian Ilahi, dan bukan merupakan sesuatu yang bersifat substantif (dzati) di dalam diri manusia, yang berubah bersama dirinya dari kondisi potensial (bi al-quwwah) kepada kondisi riil (bi al-fi'l), sebagaimana pendapat para filosof, yang mana mereka mendefenisikan akal sebagai kemampuan yang dengannya manusia mampu menghasilkan teori (nazhariyyah) dari sesuatu yang tidak memerlukan pemikiran (dharuriyyah), seperti mustahilnya berkumpulnya dua hal yang saling bertentangan, dan bahwa segala sesuatu yang berubah itu adalah hadits (baru). Dalam pandangan mereka, manakala seorang manusia telah mampu menghasilkan hal-hal yang nazhari dari hal- hal yang dharuri, maka manusia tersebut telah sampai kepada batas akal, yang merupakan salah satu peringkat dari