• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dan puluhan orang lainnya dari mereka menetapkan bahwa ayat ini turun kepada Ali bin Abi Thalib. Dari sekian banyak riwayat-riwayat ini kita memilih riwayat al-Hafidz Abi Ja'far Muhammad bin Jarir ath-Thabari.

Ibnu Jarir ath-Thabari mengeluarkan riwayat ini beserta dengan sanadnya di dalam kitab al-Wilayahfi Thurug Ahadits al-Ghadir, yang bunyi teksnya sebagai berikut:

"Dari zaid bin Arqam yang berkata, 'Ketika Rasulullah saw sampai ke Ghadir Khum, di dalam perjalanan kembalinya dari haji wada'; ketika itu waktu dhuha, sementara cuaca sangat panas sekali, Rasulullah saw memerintahkan para sahabatnya untuk bernaung di pepohonan. Kemudian Rasulullah menyerukan shalat berjamaah. Maka kami pun berkumpul, lalu Rasulullah saw menyampaikan sebuah khutbah yang indah. Rasulullah saw berkata, 'Sesungguhnya Allah SWT telah menurunkan kepadaku ayat 'Sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, danjika kamu tidak melakukan (apa yang diperintahkan, berarti) kamu tidak menyampaikan risalah-Nya. Dan Allah menjagamu dari (gangguan) manusia.' Sesungguhnya aku telah diperintahkan oleh Allah melalui Jibril supaya berdiri di tempat keramaian ini, dan memberitahukan (bangsa) putih dan hitam bahwa Ali bin Abi Thalib adalah saudaraku, washi-ku, penggantiku dan imam sepeninggalku. Lalu aku meminta kepada Jibril supaya me-mohonkan ampunan bagiku kepada Tuhanku, karena aku tahu betapa sedikitnya orang-orang yang bertakwa dan betapa banyaknya orang-orang yang mengganggu serta mencemoohku karena seringnya aku bersama Ali dan memberikan perhatian yang lebih kepadanya, sehingga mereka menyebutku sebagai udzun (orang yang tidak teliti dan cepat percaya pada setiap berita yang didengarnya). Sehingga Allah berfirman,

'Di antara mereka ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan, 'Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya.' Katakanlah, 'la mempercayai semua yang baik bagimu.'

Seandainya aku mau sebutkan nama-nama mereka niscaya akan aku sebutkan, dan seandainya aku mau tunjukkan wajah-wajah mereka niscaya akan aku tunjukkan. Namun aku berketetapan hati rnerahasiakan nama-nama mereka, dan akan terus bersikap bersahabat terhadap mereka. Namun demikian, Allah tetap mendesakkan dan tidak akan rela padaku melainkan aku sampaikan apa yang diturunkan-Nya kepadaku.

Ketahuilah —wahai manusia— sesungguhnya Allah telah menetapkan Ali sebagai wali dan imam kamu, dan telah mewajibkan kepada setiap orang darimu untuk mentaatinya. Sah keputusan hukum yang diambilnya, dan berlaku kata- katanya. Terlaknat orang yang menentangnya, dan memperoleh rahmat orang yang mempercayainya.

Dengarlah dan patuhilah, sesungguhnya Allah adalah Tuhanmu dan Ali adalah pemimpinmu. Kemudian keimamahan dan kepemimpinan (berikutnya) ada pada keturunan yang berasal dari tulang sulbinya, sehingga tiba hari kiamat.

Sesungguhnya tidak ada yang halal kecuali apa yang telah dihalalkan oleh Allah, Rasul-Nya dan mereka, dan tidak ada yang haram kecuali apa yang telah diharamkan oleh Allah, Rasul-Nya dan mereka.

Tidak ada satu ilmu pun kecuali telah Allah tetapkan dan pindahkan kepada mereka. Maka oleh karena itu janganlah kamu berpaling dari-nya, dan janganlah kamu bersikap sombong dan enggan menerima kepemimpinannya. Karena dialah orang yang akan menunjukkan kepada kebenaran dan mengamalkannya. Allah tidak akan mengampuni orang-orang yang mengingkari wilayah dan kepemimpinannya, dan tidak akan pernah memaafkannya sekali-kali. Sungguh, Allah telah memastikan diri-Nya untuk melakukan itu bagi mereka yang menentang perintah-Nya dalam perkara ini, dan akan menimpakan kepadanya azab yang amat pedih selama-lamanya.

Dia adalah manusia yang paling utama setelahku. Karena kamilah kemudian Allah turunkan rezeki-Nya (kepada kamu) dan (karena kami juga maka) seluruh makhluk memperoleh kehidupan. Sungguh terkutuk orang yang menentangnya. Ucapanku ini berasal dari Jibril, dan Jibril dari Allah SWT. Karena itu hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang akan disiapkannya untuk hari esok.

Pahamilah ayat-ayat muhkamat Al-Qur'an, dan janganlah kamu ikuti (secara lahiriyyah) makna ayat-ayat mutasyabihat-nya. Tidak akan ada orang yang bisa menerangkan tafsirnya kepadamu melainkan orang yang aku pegang tangannya, yang aku naikkan dia ke sisiku dan yang aku angkat lengannya. Kini aku umumkan, 'Barangsiapa yang aku sebagai pemimpinnya maka inilah Ali pemimpinnya.' Perintah untuk mengangkatnya sebagai pemimpin ini adalah berasal dari Allah SWT yang telah diturunkan kepadaku. Ingatlah, sungguh aku telah tunai-kan (perintah ini). Ingatlah, sungguh aku telah sampaikan. Ingaflah, sungguh aku telah perdengarkan. Ingatlah, sungguh aku telah aku jelaskan.

Tidak diperkenankan siapa pun menyandang gelar Amirul Mukminin (pemimpin orang-orang yang beriman) sepeninggalku selain dia.' Kemudian Rasulullah saw mengangkatnya tinggi-tinggi, sebegitu tingginya sehingga kakinya sejajar dengan lutut Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw berkata,

'Wahai manusia, ini adalah Ali, saudaraku dan washi-ku, pemelihara ilmuku, khalifahku bagi orang yang beriman kepadaku dan wakilku dalam menafsirkan Kitab Allah Azza Wajalla.' Pada riwayat lain disebutkan, 'Ya Allah, tolonglah orang yang menolongnya, perangilah orang yang memeranginya, kutuklah orang yang mengingkarinya dan murkailah orang yang mengingkari haknya.'"

Khutbah ini tidak lagi memerlukan penjelasan. Seorang yang berakal wajib merenunginya.

Khutbah ini menunjukkan dengan jelas wajibnya mengikuti Imam Ali as, dan di dalamnya terdapat jawaban yang cukup atas orang yang mengatakan bahwa maksud dari kata "wali" adalah penolong atau pecinta. Karena petunjuk- petunjuk kontekstual dan verbal mencegah pengertian itu. Sungguh tidaklah masuk akal Rasulullah saw menahan sekumpulan manusia besar ini di bawah terik matahari yang sangat panas hanya untuk mengatakan kepada mereka bahwa inilah Ali, cintai dan tolonglah dia. Orang berakal mana yang mempertimbangkan arti ini? Dengan perkataan ini berarti dia telah menuduh Rasulullah saw telah melakukan sesuatu yang sia-sia. Sebagaimana ucapan yang ter-surat juga memperkuat hal ini. Rasulullah saw bersabda, "Sesungguh-nya Ali bin Abi Thalib adalah saudaraku, washiku, khalifahku dan Imam sepeninggalku." Rasulullah juga telah bersabda, "Maka sesung-guhnya Allah telah mengangkatnya sebagai pemimpin dan Imam bagi kamu, dan telah mewajibkan ketaatan kepadanya atas setiap orang..."

Urusan kepemimpinan bukanlah urusan yang sederhana. Seluruh ajaran Islam bersandar kepadanya. Bukankah Islam adalah ketundukkan dan kepatuhan?!

Maka orang yang tidak tunduk kepada kepemimpinan Ilahi dan tidak patuh kepada mereka di dalam seluruh perintahnya, apakah kita berhak menyebut dia sebagai seorang Muslim?!

Tentu tidak. Karena jika tidak, maka tentu terjadi tanaqudh (kontradiksi). Tindakan mengikuti kepemimpinan palsu dan tunduk kepadanya, Al-Qur'an masukkan ke dalam kategori syirik.

Allah SWT berfirman, "Mereka menjadikan orang-orang alim mereka dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah." (QS. at-Taubah: 31)

Mereka tidak menjadikan orang-orang alim mereka dan rahib-rahib mereka sebagai berhala-berhala yang disembah, melainkan rahib-rahib mereka itu menghalalkan bagi mereka apa-apa yang Allah haramkan dan mengharamkan bagi mereka apa-apa yang Allah halalkan. Demikian juga orang yang membangkang kepada kepemimpinan Ilahi, dia dianggap orang musyrik.

Orang yang merenungi ayat di atas dengan kesadaran dan mata hati niscaya akan hal itu akan terbuka baginya. Allah SWT berfirman, "Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu..." Ayat ini merupakan bagian dari surat al-Maidah, yang merupakan surat Al-Qur'an terakhir, sebagaimana yang disebut-kan di dalam Mustadrak al-Hakim.

Lantas, perintah Ilahi yang manakah ini, yang perbuatan tidak menyampaikannya berarti sama dengan tidak menyampaikan risalah sama sekali?!

Mau tidak mau pasti perintah Ilahi tersebut merupakan substansi dan tujuan Islam. Yaitu ketundukkan kepada kepemimpinan Ilahi dan kepatuhan kepada perintah-perintahnya. Jelas, perkara ini menciptakan ketidakrelaan dari sebagian para sahabat. Sebagian besar dari mereka menolaknya. Oleh karena itu, di dalam sebuah riwayatnya Rasulullah saw berkata kepada Jibril, yang artinya, sesungguhnya kami telah memerangi mereka selama dua puluh tiga tahun sehingga mereka mengakui kenabianku, lalu bagaimana mungkin mereka dapat menerima keimamahan Ali hanya dalam waktu sekejap. Dari sinilah kemudian datang firman Allah yang berbunyi, "Dan Allah menjaga kamu dari (gangguan) manusia."

Setelah Rasulullah menyampaikan perintah yang menyamai seluruh risalah ini, maka turunlah ayat yang berbunyi, "Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridai Islam sebagi agamamu."

Banyak dari kalangan para muhaddis yang dengan tegas mengatakan bahwa ayat ini turun kepada Ali. Allamah al- Amini telah menyebutkan enam belas sumber dari mereka di dalam kitabnya al-Ghadir, jilid 1, halaman 230 sampai dengan halaman 237. Dengan demikian, penyempurnaan agama dan pencukupan nikmat adalah dengan kepemimpinan Ali as. Dari sini kita dapat memberi kemungkinan kepada riwayat-riwayat yang mengatakan, sesungguhnya diterimanya amal perbuatan seorang hamba bergantung kepada penerimaannya terhadap kepemimpinan Ahlul Bait. Karena mereka adalah jalan yang telah Allah perintahkan kepada kita untuk mengikutinya. Allah SWT berfirman, "Katakanlah, 'Aku tidak meminta upah apa pun kepadamu atas risalah yang aku sampaikan selain dari kecintaan kepada Ahlul Baitku.'" Kecintaan terhadap mereka bukan semata-mata dengan mencintai mereka, melainkan dengan menolong dan mengikuti mereka dan juga mengambil ajaran-ajaran agama dari mereka.

Di dalam sebuah hadis yang berasal dari Imam Ja'far bin Muhammad ash-Shadiq as disebutkan bahwa Imam Ja'far ash-Shadiq telah berkata, "Sesungguhnya sesuatu yang pertama kali akan ditanya kepada seorang hamba tatkala dia berada di hadapan Allah SWT ialah mengenai shalat yang diwajibkan, zakat yang diwajibkan, puasa yang diwajibkan, dan mengenai kepemimpinan kami Ahlul Bait. Jika dia mengakui kepemimpinan kami, lalu dia mati, maka diterima shalatnya, puasanya, zakatnya dan hajinya. Dan jika dia tidak mengakui kepemimpinan kami di hadapan Allah maka Allah tidak akan menerima sedikit pun amal perbuatannya. "[90]

Dari Ali as yang berkata, "Tidak ada kebaikan di dunia kecuali bagi salah seorang di antara dua orang laki-laki. Yaitu seorang laki-laki yang bertambah kebaikannya setiap harinya, dan seorang laki-laki yang menyusul keburukannya dengan tobat. Demi Allah, kalau sekiranya seorang hamba bersujud hingga terputus lehernya niscaya Allah tetap tidak akan menerima tobatnya kecuali dia mengakui kepemimpinan kami Ahlul Bait"

Dari Anas bin Malik, dari Rasulullah saw yang bersabda, "Wahai manusia, jika dlsebut keluarga Ibrahim kepadamu tampak berseri-seri wajahmu, namun jika disebut keluarga Muhanirnad kepadamu tampak seolah-olah biji-biji delima memecah di wajahmu? Demi Zat yang telah mengutusku sebagai nabi dengan kebenaran, jika salah seorang dari kamu datang pada hari kiamat dengan membawa amal perbuatan sebesar gunung Uhud namun dia tidak datang dengan membawa kepemimpinan Ali bin Abi Thalib as niscaya Allah akan lemparkan dia ke dalam neraka."[91]

BAB VI