• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) DALAM MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA

A. Pendidikan Agama Katolik (PAK)

3. Ruang Lingkup PAK

Dapiyanta (2008: 5) menyatakan bahwa ruang lingkup PAK di sekolah tidak terlepas dari bahan katekese. Sebagaimana hakikat katekese ialah pelayanan sabda (wahyu) oleh Gereja yang ditanggapi manusia dengan iman yang keduanya nyata dan menyatu dalam diri Kristus, demi keselamatan seluruh ciptaan, maka bahan katekese ialah wahyu dan iman dalam lingkup Gereja Katolik yang berpusat pada Kristus.

Dapiyanta (2008: 15) menegaskan kembali pandangan Jacobs, tentang proses Pendidikan Agama Katolik, di mana bahan menjadi salah satu faktor penting dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Bahan dijadikan sarana bagi guru untuk mencapai tujuan dalam proses pembelajaran. Bahan pembelajaran hendaknya sesuai dengan kebutuhan siswa untuk mencapai tujuan. Pendidikan Agama Katolik di sekolah memerlukan pola komunikasi tertentu yang sesuai dengan situasi peserta dan harapan Pendidikan Agama Katolik. Agar peserta didik memahami diri sendiri, sesama dan lingkungan untuk mencari dan membangun

hidup yang berarti dan mendalam seperti yang diwartakan oleh Yesus Kristus dan diwujudkan serta diwartakan terus menerus oleh umat beriman Katolik.

Dengan demikian maka, Pendidikan Agama Katolik di sekolah lebih merupakan salah satu usaha untuk memampukan peserta didik menjalani proses pemahaman, pergumulan, dan penghayatan iman dalam hidup sehari-hari dan berkembang terus dalam kehidupan nyata. Proses ini diharapkan semakin memperteguh dan mendewasakan iman peserta didik.

4. Pelaku pendidikan a. Guru

UU No. 14 Tahun 2005, pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi peserta didik. Sedangkan Mintoro Sufiyanta (2010:57) menyatakan bahwapendidik adalah jabatan atau profesi yang membutuhkan keahlian khususDi dalam pendidikan, guru mempunyai tiga tugas pokok yang bisa dilaksanakan yaitu : pertama, tugas profesional yaitu tugas yang berhubungan dengan profesinya yang meliputi tugas untuk mendidik, mengajar, dan tugas untuk melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta teknologi sedangkan melatih berarti mengembangkan ketrampilan.Kedua,

tugas kemasyarakatan yaitu tugas sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang berfungsi sebagai pencipta masa depan dan penggerak kemampuan. Keberadaan guru menjadi faktor penentu yang tidak dapat digantikan oleh komponen mana pun dalam kehidupan bangsa sejak dahulu. Ketiga,tugas

manusiawi yaitu tugas sebagai seorang manusia. Guru harus bisa menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua bagi murid. Guru harus bisa menarik simpatik dari peserta didik melalui teladan hidup dan mampunyai relasi yang harmonis sebagai “bapa-anak” sehingga ia menjadi idola bagi peserta didik

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa tugas seorang pendidik atau guru adalah mengantar keluar dengan selamat peserta didik dari berbagai rintangan menuju padang rumput yang hijau. Sama seperti gembala guru dipanggil untuk menggembalakan peserta didik, mengenal pribadi dan karakter masing-masing serta membantu mereka dalam mengembangkan diri.

Groome (2010: 389) menyatakan bahwa pendidik memiliki tugas yang khusus dalam komunitas Kristiani. Artinya pendidik agama Kristiani harus mampu menghadirkan pribadi Yesus Kristus ketika melayani peserta didik. Groome menekankan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pendidik yaitu pertama jabatan mengajar adalah sebuah bentuk pelayanan yang dilakukan atas nama Yesus Kristus. Kedua jelas dari Gereja mula-mula jabatan pengajar adalah menjadi pelayan firman. Maka dapat dikatakan bahwa jabatan pengajar memiliki kesamaan dengan para pelayan firman atau pemberita-pemberita Injil Tuhan.

Mintoro Sufiyanta (2010: 218) menyatakan bahwa guru yang profesional harus secara efektif memberikan perhatian pada peserta didik sehingga peserta didik merasa dekat dengannya. Lebih lanjut dikatakan bahwa guru yang penuh perhatian pada peserta didik akan lebih memberikan peneguhan dan dorongan

mendengarkan dengan empati, memahami, mengenal masing-masing peserta didik secara individu, hangat, penyemangat dan yang paling penting adalah mencintai pribadi peserta didik.

Miller dalam Heryatno (2008: 86) menguraikan bahwa guru harus memiliki visi ke depan bagi perkembangan setiap peserta didiknya. Visi yang dimaksudkan adalah agar peserta didik dapat mencapai tahap perkembangan kognitif, emosi, moral dan iman. Oleh karena itu, guru harus menjadi sahabat dan pendamping bagi perkembangan pribadi peserta didik sehingga visi di atas dapat tercapai. Miller juga menegaskan bahwa PAK sungguh-sungguh perlu menekankan interaksi dan komunikasi yang fasilitatif dan kondusif bagi peserta didik supaya secara terus-menerus berkembang ke tahap berikutnya. Komunikasi sangat penting dalam tingkat perkembangan kognitif, emosi, moral, iman peserta didik.

Menurut Heryatno (2008: 113-117) sikap dasar dan semangat para guru harus diwujudkan di dalam tugasnya yaitu:

a. Meneguhkan pribadi dan jati diri

Para guru diharapkan menghormati harkat dan martabat para peserta didik yang mulia, menghargai segala talenta dan keunikan serta memahami kemampuan mereka sebagai titik tolak dari seluruh kegiatan pendidikan mereka. Guru juga membantu para peserta didik yang lemah dan bermasalah agar mereka memiliki peluang dan kesempatan yang sama dengan teman-teman lainnya, agar mereka pun dapat berkembang menjadi lebih baik.

b. Tahap yakin dan penuh harap

Sebagai pendidik, guru harus memiliki harapan dan keyakinan bahwa semua peserta didik dapat berkembang sesuai dengan bakat-bakat yang mereka terima dari Tuhan. Guru juga harus yakin bahwa semua peserta didik dapat sampai pada kelimpahan dan kepenuhan hidup karena kebaikan dan kemurahan hati Tuhan. c. Mengasihi

Sikap yang tidak kalah penting dari para guru adalah mengasihi peserta didik. Beriman, berharap, dan mengasihi hidup para peserta didik itulah yang menjadi sikap, tekad, dan kesadaran yang wajib diwujudkan dalam melaksanakan tugas panggilan mereka sebagai pendidik. Dengan kasih yang bersedia berkorban seperti Yesus dari para pendidik sungguh dapat mengubah sikap dan perilaku peserta didik sekaligus memberikan hasil yang baik dan menyenangkan.

d. Menghormati peserta didik sebagai subjek

Peserta didik adalah subjek pendidikan. Oleh karena itu, guru harus memperlakukan dan menghormati peserta didik sebagai subjek pendidikan. Dengan memperlakukan peserta didik sebagai subjek/pelaku utama, dalam proses pembelajaran guru mewujudkan relasi antara pendidik dan peserta didik bukan relasi subjek dengan objek melainkan subjek dengan subjek. Di dalam relasi tersebut yang diharapkan oleh para peserta didik bukan semata-mata isi mata pelajaran tetapi inspirasi dan teladan hidup. Dengan memperlakukan peserta didik sebagai subjek, para guru akan memberdayakan mereka sebagai pelaku pendidikan yang aktif, kreatif, dan realistis. Para guru harus mampu menciptakan suasana yang kondusif yaitu suasanan akrab, saling menerima, dan menghargai

serta suasana kebersamaan yang sungguh menghormati inspirasi, aspirasi, dan gagasan peserta didik. Dengan suasana ini diharapkan bahwa pendidik dapat memperkembangkan kepribadian peserta didik secara utuh. Yang dimaksud perkembangan kepribadian yang utuh adalah bukan hanya intelektual tetapi juga perasaan, emosi, hati dan perilaku mereka. Hal ini perlu diusahakan agar pendidikan menjadi proses perkembangan diri mereka secara utuh dan seimbang. e. Menghormati kebebasan, hak dan tanggungjawab

Kebebasan terwujud jika pendidik menghormati hidup peserta didik sebagai pribadi dan mendorong mereka untuk bersikap serta bertindak berdasar hati nuraninya. Dengan menghormati kebebasan dan semua hak peserta didik, para guru diharapkan menyelenggarakan proses pendidikan yang bersifat sungguh membebaskan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu hal penting yang dituntut dari seorang pendidik adalah mengasihi para peserta didik. Dengan mengasihi peserta didik, seorang pendidik dapat mengantar mereka kepada kebenaran yang telah Allah letakkan pada inti hidup mereka dan membantu mereka menjadi orang-orang yang bebas. Dengan demikian, mereka dapat mengambil bagian di dalam perjuangan mewujudkan kehadiran nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah kehidupan mereka.

b. Tenaga kependidikan

UU NO. 20 tahun 2003 pasal 140 ayat 3 menyatakan bahwa tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan yang meliputi: pertama, kepala

sekolah adalah orang yang bertanggungjawab terhadap seluruh proses belajar mengajar di sebuah sekolah. Ia adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap aplikasi prinsip-prinsip administrasi pendidikan yang inovatif. Selain itu, ia juga adalah seorang guru yang mendapat tugas tambahan sebagai pemimpin, pendidik, administrator, supervisor, innovator, motivator dan edukator. Tugas kepala sekolah antara lain: memberikan bimbingan kepada seluruh warga sekolah khususnya kepada guru dalam memperbaiki mutu proses belajar mengajar, memberikan bimbingan kepada guru dalam memperbaiki mutu proses belajar mengajar, sebagai edukator, kepala sekolah bertugas melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Sebagai manager, kepala sekolah bertugas menyusun perencanaan, mengarahkan dan mengkoordinasikan kegiatan, melaksanakan pengawasan dan mengevaluasi kegiatan, menentukan kebijakan, mengadakan rapat, mengambil keputusan, mengatur proses belajar mengajar, mengatur administrasi Ketatausahaan, siswa, ketenangan, sarana dan prasarana, keuangan / RAPBS, mengatur Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat dan instansi terkait. Sebagai administrator, kepala sekolah bertugas menyelenggarakan administrasi: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, kurikulum, kesiswaan, ketatausahaan, ketenagaan, kantor, keuangan, perpustakaan, laboratorium, ruang keterampilan/kesenian, Bimbingan Konseling, UKS, OSIS, serbaguna, media, gudang. Sebagai supervisor, kepala sekolah bertugas melakukan supervisi mengenai proses belajar mengajar, kegiatan bimbingan dan konseling, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan ketatausahaan, kegiatan kerjasama dengan masyarakat

dan instansi terkait, sarana dan prasarana, kegiatan OSIS. Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah adalah orang yang dapat dipercaya, jujur dan bertanggung jawab, harus memahami kondisi guru, karyawan dan siswa, memiliki visi dan memahami misi sekolah, mengambil keputusan intern dan ekstern sekolah, membuat, mencari dan memilih gagasan baru, dalam rangka melakukan peran dan fungsinya. Sebagai innovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inofatif. Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif dan keteladanan, sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB) menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman. Dalam melaksanakan tugasnya, kepala sekolah dapat mendelegasikan kepada wakil kepala sekolah. Kedua, Wakil kepala sekolah bertugas menyusun program kerja, melakukan perencanaan ketenagaan, pengorganisasian, mewakili kepala sekolah dalam segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah pendidikan. Ketiga, bagian kurikulum dan pengajaran bertugas menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan, menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran, mengatur penyusunan progam

pembelajaran program-program satuan pembelajaran, dan persiapan mengajar, penjabaran dan penyesuaian kurikulum, mengatur pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler, mengatur pelaksanaan program penilaian, kriteria kenaikan kelas, kriteria kelulusan dan laporan kemajuan belajar siswa, serta pembagian rapor dan STTB, mengatur pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan, mengatur pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, mengatur mutasi siswa, melakukan supervisi administrasi dan akademis, dan menyusun laporan. Keempat, bagian kesiswaan bertugas menyusun program terkait dengan pembinaan kesiswaan, melaksanakan arahan dan bimbingan serta pengendalian kegiatan kesiswaan. Kelima, bagian sarana dan prasarana bertugas sebagai pengelola perawatan dan perbaikan sarana dan prasarana sekolah, menyusun program pengadaan sarana dan prasarana untuk menunjang proses belajar mengajar. keenam, humas sekolah bertugas mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan dewan sekolah atau komite sekolah dan juga dengan orangtua/wali murid serta menjalin hubungan dengan lembaga/instansi terkait dalam rangka pengembangan sekolah. Ketuju, Tata Usaha bertugas menyusun program kerja tata usaha sekolah, melakukan pengelolaan dan pengarsipan surat-surat masuk, menyusun administrasi sekolah meliputi kurikulum, kesiswaan dan kepegawaian. Kedelapan, Perpustakaan: sebagai penyusun program kerja perpustakaan sekolah, menyusun dan melaksanakan perencanaan pengadaan bahan pustaka.

c. Peserta Didik

Groome (2010: 386-388) mengatakan bahwa peserta didik dipanggil sebagai pembuat sejarah (cerita) dan mampu menjadi para pembuat sejarah (visi). Kita dibentuk oleh sejarah, tetapi kita juga dapat membentuk sejarah. Kita dapat membuat pilihan-pilihan dan bertindak atas dunia untuk mempengaruhi masa depan. Sebagai peserta didik kita juga dapat membuat pilihan-pilihan dan bertindak di dalam kehidupan kita (dunia) untuk mempengaruhi masa depan. Dalam konteks pembentukan iman Kristiani ini berarti bahwa para peserta didik dapat mencapai kesadaran Kristiani yang menyebabkan mereka terlibat di dunia untuk menghadirkan Kerajaan Allah yang telah ada dan mempersiapkan bahan bagi kesempurnaan yang terakhir yang merupakan tanggung jawab bersama baik dari pendidik maupun dari peserta didik. Kita tidak dapat membangun Kerajaan Allah oleh diri kita sendiri. Kerajaan Allah adalah anugerah dari Allah sendiri. Memperlakukan para peserta didik sebagai subjek dan para pembuat sejarah dapat juga menuntut perubahan besar dalam kesadaran bagi sebagian besar kita para pendidik. PAK untuk dan oleh Gereja yang utuh menuju kedewasaan iman Kristiani.

Lebih lanjut Groome (2010: 33) mengatakan bahwa peserta didik harus diperlakukan sebagai subjek-subjek bukan dari kemurahan hati kita atau jasa mereka, melainkan karena seluruh manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (bdk. Kej 1:26-27). Mereka memiliki hak untuk menyampaikan iman mereka dan mengungkapkan iman itu dalam hidup sehari-hari. Peserta didik sama seperti diri kita yang dipanggil untuk menjadi para pembuat sejarah dan mampu

menjadi para pembuat sejarah. Artinya kita dibentuk oleh sejarah, tetapi kita jugadapat membuat sejarah. Dalam konteks iman Kristen, peserta didik harus terlibat dalam dunia untuk menghadirkan Kerajaan Allah yang penuh dengan kedamaian, sukacita, dan cinta kasih.