• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 PEMBAHASAN

4.7 Ruang Rawat Inap Terpadu

4.7.1 Pelayanan Perbekalan Farmasi di Gedung A

Satelit farmasi gedung A berlokasi di gedung A melayani kebutuhan perbekalan farmasi bagi pasien rawat inap di gedung A, baik pasien jaminan maupun pasien umum. Satelit farmasi gedung A mempunyai beberapa depo farmasi yang terletak di setiap lantai, mulai lantai satu sampai lantai delapan dan gudang farmasi di basemen. Gudang farmasi basemen akan mendistribusikan perbekalan farmasi ke setiap depo kemudian depo farmasi tersebut yang akan medistribusikan ke pasien melalui perawat.

Pelayanan farmasi untuk pasien rawat inap selama 24 jam yang terbagi menjadi empat shift yaitu tiga shift (pagi pukul 07.30 -14.30, middle pukul 11.00 – 18.00, dan sore pukul 14.00 – 21.00) yang dilayani di depo farmasi setiap lantai dan satu shift (malam pukul 21.00 – 08.00) pelayanan yang dialihkan ke gudang farmasi basemen.

Jumlah SDM di satelit farmasi gedung A terdiri dari dua orang apoteker, 60 orang asisten apoteker (2 orang PJ gudang, 5 orang di lantai 1, 5 orang di lantai 2, 4 orang di lantai 3, 6 orang di lantai 4, 6 orang di lantai 5, 7 orang di lantai 6, 10 orang di lantai 7, 4 orang di lantai 8), 10 orang pekarya, dan dua orang administrator.

71

Perencanaan satelit farmasi gedung A berdasarkan konsumsi rata-rata yaitu yang berasal dari data mutasi di sistem komputer hasil rekapitulasi dari seluruh depo yang ada di gedung A. Perencanaan untuk obat-obatan fast moving perlu ditambahkan dengan buffer stock, sedangkan untuk obat slow moving tidak di stock di depo untuk menghindari obat terlantar dan kadaluarsa di depo, sehingga perawat atau dokter yang membutuhkan obat tersebut harus mengambilnya di gudang pusat. Pengadaan perbekalan farmasi di satelit gedung A dilakukan dengan pemesanan defekta ke gudang pusat setiap dua kali dalam seminggu yaitu pada hari Senin dan Kamis. Pemesanan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi selama seminggu di gedung A. Setelah dilakukan pemesanan dan penyiapan barang, petugas farmasi gedung A melakukan serah terima barang di gudang pusat dengan melakukan pemeriksaan kesesuaian barang meliputi jenis, jumlah, kadaluarsa, dan kondisi barang.

Perbekalan farmasi yang telah diterima dan diperiksa, disimpan di gudang farmasi gedung A. Penyimpanan obat solid oral di gudang farmasi basemen terdiri dari dua jenis yaitu penyimpanan obat sebagai persediaan dan penyimpanan obat untuk keperluan sehari-hari yang rutin digunakan untuk pelayanan. Perbekalan farmasi disusun berdasarkan alfabet, bentuk sediaan, generikatau nama dagang dan kestabilan. Narkotika disimpan dalam lemari khusus berpintu dan berkunci ganda sedangkan obat psikotropika juga disimpan di lemari terpisah. Obat-obatan yang termasuk kedalam high alert disimpan secara terpisah dengan diberi label khusus dan ditandai dengan garis merah pada lemari penyimpanannya. Obat high alert disimpan secara terpisah karena obat tersebut memiliki resiko tinggi bila digunakan secara tidak tepat yang dapat menyebabkan cedera bermakna bagi pasien. Selain itu, penyimpanan obat mahal, produk nutrisi, B3, dan obat kanker disimpan ditempat terpisah, sedangkan obat kanker dan obat LASA diberikan label khusus yang telah disediakan. Penyimpanan obat yang terdapat di dalam lemari tertutup atau lemari pendingan dilampirkan daftar nama obat-obatan yang terdapat di dalam lemari tersebut. Penyusunan tersebut dilakukan agar lebih mudah melakukan penyiapan kebutuhan perbekalan farmasi bagi pasien. Berbeda dengan penyimpanan obat, alat kesehatan disusun berdasarkan fungsi dan

Untuk memenuhi kebutuhan pasien, satelit farmasi gedung A mendistribusikan perbekalan farmasi ke depo farmasi di setiap lantai. Metode yang digunakan dalam pendistribusian ini yaitu metode desentralisasi. Depo farmasi disetiap lantai biasanya melakukan permintaan obat setiap hari ke gudang farmasi basemen gedung A sesuai dengan kebutuhannya. Obat-obat yang perlu diracik dilakukan di ruang peracikan. Perbekalan farmasi yang sudah disiapkan oleh petugas gudang farmasi basemen dikirimkan ke depo farmasi di setiap lantai dengan melakukan serah terima barang dan dilakukan pemeriksaan kesesuaian jenis dan jumlah barang.

Sistem peresepan di gedung A sudah menggunakan Electronic Health Record (EHR). Keuntungan dari EHR ini yaitu dapat mengurangi kesalahan dalam membaca resep sehingga kesalahan dalam pemberian obat ikut berkurang. Dokter biasanya melakukan peresepan bagi pasien pada hari Senin dan Kamis. Namun, ada beberapa dokter yang masih melakukan peresepan secara manual khususnya dokter konsulen yang menangani pasien kelas khusus pada lantai 1, 3, dan 6. Obat-obat yang sudah diresepkan oleh petugas farmasi kemudian disiapkan dan didistribusikan ke pasien melalui perawat. Sistem distribusi yang digunakan yaitu unit dose dan floor stock. Pada sistem unit dose, obat disiapkan untuk pemakaian satu hari dengan pembagian kemasan tiap waktu minum obat dimulai dari sore hari hingga siang hari di hari berikutnya. Barang yang didistribusikan dengan metode floor stock yaitu perbekalan farmasi dasar yang dapat digunakan untuk bersama-sama bagi seluruh pasien pada tiap lantai.

Mutasi perbekalan farmasi di gudang farmasi basemen dicatat di kartu stok. Namun, depo farmasi tidak menggunakan kartu stok karena secara otomatis sudah tersistem melalui IT. Laporan yang biasanya disiapkan oleh satelit farmasi gedung A yaitu laporan mutasi, laporan penjualan, laporan pemakaian antibiotik, laporan penggunaan perbekalan farmasi dasar, laporan obat generik, laporan narkotika dan psikotropika, laporan formulariun dan laporan barang implan. Laporan tersebut dibuat sekali setiap bulan dan dikirim sebelum tanggal lima setiap bulannya.

Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa selama kerja praktek di satelit farmasi gedung A adalah mendata sediaan farmasi yang memiliki tanggal

73

kadaluwarsa yang sudah dekat di gudang farmasi basemen, melakukan analisis waktu peracikan, melakukan penyiapan obat dari pemberian etiket hingga pengemasan obat, melakukan pengamatan waktu penyiapan obat.

4.7.2 Farmasi Klinik Gedung A

Kegiatan farmasi klinik di gedung A RSCM sudah berjalan cukup baik. Farmasi klinik adalah pelayanan yang berorientasi kepada pasien yang bertujuan untuk menjamin efektivitas, keamanan, dan efisiensi penggunaan obat serta dalam rangka meningkatkan penggunaan obat yang rasional. Penggunaan obat yang rasional adalah penggunaan obat yang tepat indikasi, tepat obat, tepat cara pemberian, tepat waktu pemberian dan tepat lama pemberian. Kegiatan farmasi klinik di gedung A meliputi verifikasi resep, konseling obat, monitoring pengobatan, pengambilan riwayat pengobatan, visit/ronde dan pelayanan informasi obat.

Verifikasi resep yang dilakukan oleh apoteker meliputi pemeriksaan kelengkapan resep, kesesuaian dosis, rute pemberian, lama pemberian, interaksi obat dan waktu pemberian obat. Apabila obat yang direkomendasikan tidak tersedia, apoteker dapat memberikan rekomendasi obat dengan nama dagang yang berbeda namun memiliki kandungan dan dosis yang sama sesuai dengan formularium rumah sakit. Kegiatan konseling di gedung A ada dua jenis yaitu bedside counseling dan konseling obat pulang. Kegiatan bedside counseling masih jarang dilakukan dibandingkan dengan konseling obat pasien pulang. Mahasiswa PKPA melakukan penyiapan konseling obat pasien pulang dengan menuliskan formulir informasi obat pulang terlebih dahulu. Informasi yang diberikan kepada pasien yaitu nama obat, jumlah obat yang diberikan, aturan dan waktu pemakaian obat, serta informasi khusus. Formulir informasi obat pulang sangat membantu bagi pasien karena biasanya obat yang diberikan kepada pasien lebih dari satu jenis obat sehingga pasien dapat lebih mudah dalam meminum obat.

Secara umum, informasi obat bagi pasien yang akan pulang cukup informatif. Pada umumnya pasien telah terbiasa dengan cara penggunaan obat-obat tersebut selama dirawat di rumah sakit sehingga tidak membutuhkan

pasien untuk mengulangi informasi yang telah disampaikan dan tidak hanya sekedar menanyakan apakah pasien telah paham atau belum. Hal tersebut sebagai proses evaluasi dan untuk memastikan bahwa informasi telah diterima dengan tepat oleh pasien tanpa ada kesalahan informasi.

Kegiatan farmasi klinik lainnya yang dilakukan oleh mahasiswa PKPA yaitu melakukan monitoring pengobatan pasien. Monitoring pengobatan pasien biasanya dilakukan oleh apoteker yang bertugas di tempat pasien di rawat. Pasien yang diprioritaskan untuk mendapatkan konseling obat pasien yang akan pulang, pasien geriatri (di atas 60 tahun) dan pasien pediatri (di bawah 12 tahun) dengan kriteria: Pasien yang mendapat rejimen pengobatan lebih dari 7 item obat (polifarmasi), mendapat rejimen pengobatan dengan indeks terapi sempit, mempunyai riwayat alergi, dan pasien yang mengalami efek yang tidak diharapkan akibat penggunaan obat. Kegiatan monitoring ini dengan cara melihat kesesuaian antara obat yang diresepkan oleh dokter dengan obat yang di berikan oleh perawat yang dapat dilihat dari kardeks serta obat yang dituliskan di status pasien (Medical Record). Terkadang dokter tidak memberitahu apabila ada perubahan terapi bagi pasien sehingga apoteker perlu melakukan konfirmasi kepada dokter untuk meresepkan kembali. Selain kesesuaian peresepan, apoteker juga memperhatikan dosis yang diberikan karena dikhawatirkan ada perbedaan, interaksi obat yang terjadi akibat dari penggunaan obat yang banyak dan hasil laboratorium pasien.

Pasien yang baru datang biasanya juga dilakukan pengambilan riwayat penggunaan obat. Pengambilan riwayat penggunaan obat ini dilakukan oleh apoteker yang bertujuan untuk mengetahui adanya kemungkinan riwayat alergi, efek samping dan efek-efek yang tidak diharapkan akibat penggunaan obat, menilai kepatuhan pasien dalam penggunaan obat dan menyelaraskan rejimen terapi antara sebelum perawatan dan saat perawatan. Namun, untuk pengambilan riwayat penggunaan obat ini dilakukan kepada pasien yang baru masuk dalam 48 jam pertama dengan riwayat penyakit kronis (penyakit dalam, infeksi, dan saraf) serta pasien dengan imunitas rendah. Ketika pengambilan riwayat pengobatan, apoteker menyiapkan lembar daftar obat sebelum perawatan, dan menanyakan tentang riwayat penggunaan obat pasien sebelum dirawat di rumah sakit, meliputi:

75

nama obat yang digunakan (nama generik/ nama dagang), cara perolehan (resep, non resep) termasuk obat herbal dan suplemen, dosis/aturan pakai, lama penggunaan obat, (kapan mulai menggunakan dan kapan dihentikan), kepatuhan (dengan jadwal teratur, kadang-kadang, jika timbul gejala saja, dll), sumber obat, dan jumlah obat tersisa. Selain itu, apoteker juga menanyakan riwayat alergi dan efek samping obat yang pernah dialami pasien. Apabila pasien memiliki riwayat alergi dan pernah mengalami efek samping dari suatu obat tertentu maka apoteker perlu menelusuri obat-obatan tersebut. Wawancara riwayat pengunaan obat pasien dapat pula ditanyakan kepada keluarga pasien bila pasien tidak memungkinkan untuk diwawancara.

Mahasiswa PKPA juga melakukan visite/ronde bersama tim dokter yang didampingi oleh apoteker. Visite ini bisa dilakukan secara mandiri atau berkolaborasi dengan tim dokter dan profesi kesehatan lainnya. Selain visite, apoteker juga melakukan diskusi dengan tim kesehatan untuk membicarakan kasus sulit pasien tertentu. Kegiatan diskusi berbeda dengan visite, diskusi ini dilakukan di suatu ruangan sedangkan visite dilakukan di ruang rawat pasien. Dalam kegiatan visite atau diskusi, apoteker berperan dalam rekomendasi pengobatan pasien terkait kesesuaian obat sesuai penyakitnya, kesesuaian dosis dan sediaan obat, ketersedian obat, harga obat, efek yang tidak diinginkan, serta kemungkinan terjadinya interaksi obat.

Farmasi klinik melaksanakan pelayanan informasi obat (PIO) bagi pasien, perawat, dokter, asisten apoteker atau tenaga kesehatan lainnya. Pada pelaksanaan pelayanan informasi obat saat ini masih terbatas pada pelayanan ionformasi obat secara pasif dan sebaiknya apoteker juga melakukan pelayanan informasi obat secara aktif seperti membuat brosur atau leaflet sebagai media pelayanan informasi obat sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman pasien terhadap pengobatan yang dijalani yang merupakan aplikasi farmasi klinik di rumah sakit yang berorientasi kepada pasien. Selama pelaksanaan PKPA di gedung A mahasiswa apoteker juga mendapatkan terkait informasi obat seperti kandungan obat, kestabilan obat, substitusi obat, cara pengunaan obat, dosis, interaksi dan cara pencampuran obat yang berasal dari dokter atau perawat. Dalam

tersedia seperti Drug Information Handbook, AHFS, Handbook on Injectable Drugs, Martindale serta literatur lain yang disesuaikan dengan jenis pertanyaan yang diajukan. Pelaksanana pelayanan informasi obat dilakukan sesuai dengan Pedoman Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit agar pelayanan informasi obat efektif dan informasi yang dihasilkan sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Laporan dari setiap pelayanan informasi obat yang dilakukan didokumentasikan dan dilaporkan setiap bulan sebagi pertimbangan dalam evaluasi pelayanan informasi obat yang telah dilakukan.