• Tidak ada hasil yang ditemukan

Satelit Intensive Care Unit (ICU)

BAB 4 PEMBAHASAN

4.4 Satelit Intensive Care Unit (ICU)

Satelit ICU merupakan salah satu unit yang bekerja 24 jam, dari Senin-Minggu dan terbagi dalam tiga shift. Shift satu bertugas dari pukul 07.30-14.30, shift dua dari pukul 14.30-21.00 dan shift tiga dari pukul 21.00-07.30 WIB. SDM di Satelit ICU berjumlah sepuluh orang, terdiri dari dua apoteker dan delapan asisten apoteker. Satelit ini melayani resep rawat inap dari ICU dewasa, ICCU dan menyiapkan paket tindakan endoskopi untuk pemakaian resep idnividu. Pasien yang dilayani, meliputi pasien jaminan dan umum (bayar tunai).

Pelayanan farmasi di Satelit ICU dikelola oleh dua apoteker yang mengelola bidang manajemen dan klinis. Apoteker bidang manajemen bertanggung jawab kepada Kepala Sub Instalasi Perbekalan Farmasi melalui Penanggung Jawab Bidang Perbekalan Farmasi. Apoteker bidang klinis bertanggung jawab kepada Kepala SubInstalasi Farklin Diklitbang melalui

dilakukan oleh apoteker manajemen, meliputi pengelolaan perbekalan kefarmasian mulai dari perencanaan, defekta obat, penerimaan, penyimpanan, pelaporan, distribusi Perbekalan Farmasi (PF), pelayanan resep dan resep cito dari bagian endoskopi. Pelayanan kefarmasian yang dilakukan apoteker bidang klinis, meliputi parade pagi, visite pasien bersama, pengkajian resep, monitoring obat, konseling obat pasien pulang di ICCU dan pelayanan informasi obat kepada semua petugas kesehatan.

Apoteker farmasi klinis di satelit ini melakukan parade pagi setiap pukul 08.00-10.00 WIB bersama dokter, perawat, dan dietisian. Tujuannya yaitu membahas seputar permasalahan pasien, perkembangan pasien, dan merencanakan tindakan atau pengobatan yang akan diberikan kepada pasien. Apoteker akan memberikan rekomendasi mengenai informasi obat yang dibutuhkan dalam perawatan pasien, ketersediaan obat di instalasi farmasi, dosis obat sesuai indikasinya dan interaksi obat. Selain itu, perencanaan pengobatan pasien juga disesuaikan dengan hasil laboratorium pasien. Setelah parade pagi, apoteker melaksanakan visite pasien bersama dokter, perawat, dan dietisian. Melalui visite pasien, tim tersebut dapat mengetahui kondisi pasien yang sebenarnya. Saat visite itu, dapat terjadi perubahan terapi dan tindakan. Jika hal itu terjadi, apoteker akan memberi rekomendasi kepada dokter.

Tugas lain apoteker klinis adalah verifikasi (pengkajian) resep. Apoteker mengkaji kesesuaian farmasetik dan klinis dari obat yang diresepkan dokter. Monitoring obat dilakukan oleh apoteker dengan memeriksa kesesuaian antara resep, kardeks dan status pasien serta menganalisa perkembangan pasien dengan tatalaksanan terapi yang dilakukann. Jika ada terapi yang kurang sesuai, apoteker mengkonfirmasi kepada dokter yang bersangkutan dan memberikan rekomendasi jika diperlukan. Akan tetapi, karena farmasi klinis di ICU hanya ada satu, maka terkadang harus dapat membagi waktu di pagi hari untuk parade pagi dan verifikasi resep. Monitoring pengobatan pasien rawat inap dapat dilakukan dengan mengunakan lembar monitoring pengobatan pasien rawat inap yang terdapat pada lampiran 8.

Pasien yang dirawat di ICU dengan kondisi yang telah stabil, umumnya dipindah ke rawat inap gedung A. Berbeda dengan ICCU, pasien yang sudah

59

memiliki kondisi yang baik dapat dipulangkan. Apoteker klinis juga melaksanakan kegiatan farmasi klinis di ICCU yang salah satunya adalah memberi informasi obat pada pasien yang akan pulang. Pemberian konseling pasien pulang dilakukan dengan memeberikan lembaran formulir konseling obat pasien pulang yang terdapat pada lampiran 9. Selain itu, apoteker klinis juga memiliki peran untuk memberikan pelayanan informasi obat kepada seluruh petugas kesehatan.

Permintaan (defekta) barang baik obat maupun alat kesehatan dilakukan secara online setiap hari Senin dan Kamis, sedangkan untuk pengambilan barang dilakukan pada Selasa dan Jumat. Jumlah perbekalan yang dipesan diperiksa melalui kartu stok. Setelah defekta dikirm, keesokan harinya petugas gudang memeriksa ketersediaan PF dan menyediakannya sesuai permintaan. Kemudian, petugas satelit datang ke gudang untuk serah terima perbekalan farmasi (PF) di gudang. Petugas satelit melakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian jenis & jumlah PF. Lalu menandatangani fomulir defekta PF. Setelah itu, petugas satelit mencatat di kartu stok dan menyusun PF di rak dan wadah yang telah disediakan. Beberapa jenis PF disimpan di lemari tertentu sebagai buffer stock.

Berbeda dengan distribusi obat yang secara individual, distribusi perbekalan farmasi dasar dilakukan dengan sistem floor stock di ruang rawat. Perawat menulis permintaan perbekalan farmasi dasar ke satelit farmasi ICU dan satelit farmasi akan meneruskan permintaan ke gudang melalui IT. Setelah perbekalan farmasi dasar diterima satelit farmasi, perbekalan farmasi dasar diserahkan kepada perawat.

Penyimpanan perbekalan farmasi terbagi menjadi tiga, yaitu penyimpanan obat, alat kesehatan dan penyimpanan obat khusus. Penyimpanan obat di satelit farmasi ICU dilakukan berdasarkan bentuk sediaan, jaminan, generik atau nama dagang dan stabilitas. Obat pasien jaminan dipisah penyimpanannya berdasarkan obat jaminan Askes dan non Askes. Obat non Askes dipisah juga berdasarkan obat generik dan obat nama dagang. Beberapa obat yang tidak stabil dalam suhu ruang juga dipisah dan disimpan di lemari pendingin dengan suhu 2-8˚C yang suhunya dipantau tiga kali sehari. Untuk termometer ruangan dipantau satu kali

Berbeda dengan obat, penyimpanan alkes dilakukan berdasarkan fungsi atau penggunaannya. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan penyiapan alkes. Penyimpanan obat dan alkes dilakukan berdasarkan sistem FEFO dan FIFO yang disusun secara alfabetis. Stock opname dan pengecekan kadaluarasa untuk semua perbekalan farmasi di satelit farmasi ICU dilakukan setiap enam bulan sekali.

Penyimpanan obat khusus di Satelit ICU meliputi penyimpanan obat narkotika dan psikotropika, obat high alert, obat sitostatika, obat termolabil, dan kit emergensi. Obat-obat Look Alike Sound Alike (LASA) tidak disimpan bersebelahan atau berdekatan satu sama lain dan wadah obat ditempel stiker LASA. Obat-obat high alert disimpan di lemari khusus yang di bagian pinggirnya diberi lakban merah dan tiap kemasan hingga kemasan primer obat diberi stiker merah high alert. Narkotika disimpan di lemari khusus dengan kunci ganda dan dikalungkan satu orang penanggung jawab. Barang-barang yang tiga bulan mendekati expired date dilabel kuning dengan menulis bulan dan tahun kadaluarsa. Obat-obat termolabil disimpan di lemari pendingin.

Pendistribusian obat dan alkes di satelit farmasi ICU menggunakan sistem peresepan individual. Dokter menuliskan resep obat secara manual. Resep biasanya diantar petugas ruangan. Petugas melakukan verifikasi resep dan memberikan harga. Verifikasi resep meliputi verifikasi administrasi, farmasetik, klinis dan kelengkapan lainnya, seperti surat jaminan khusus pada pasien jaminan. Setelah verifikasi, jumlah obat dan jenis obat dimasukkan melalui IT dan diganti statusnya. Setelah itu, obat disiapkan dan diserahkan kepada petugas ruangan dengan adanya bukti serah terima. Pasien umum biasanya membayar secara tunai kepada petugas satelit, sedangkan pasien jaminan wajib menyerahkan resep asli, fotokopi resep dan kelengkapan jaminan lainnya kepada petugas satelit. Resep di satelit ICU menggunakan resep manual dengan rata-rata 90 lembar resep masuk ke Satelit ICU per hari. Resep disimpan di satelit ICU selama 3 tahun untuk kemudian dimusnahkan. Selain resep harian, satelit farmasi ICU juga menerima resep cito. Berbeda dengan resep harian, perawat atau dokter yang telah menyerahkan resep cito ke satelit farmasi akan menunggu obat yang didispensing untuk segera diantar. Umumnya terdapat obat yang secara cepat dibutuhkan oleh pasien tetapi belum dituliskan resep oleh dokter. Perawat tetap

61

mendapatkan obat yang dibutuhkan yang akan diambil oleh petugas satelit, namun berkewajiban untuk menuliskan obat tersebut di buku komunikasi. Selanjutnya, petugas akan memindahkan data di buku komunikasi ke IT.

Obat dapat dikembalikan jika obat sudah tak terpakai lagi dengan kondisi yang masih layak pakai dan berasal dari satelit farmasi. Bagi pasien umum, obat yang dikembalikan akan diganti dengan uang tunai, sedangkan pasien jaminan akan dilakukan pengurangan terhadap jumlah tagihan penjamin. Penagihan terhadap pasien jaminan diurus oleh penata rekening. Penata rekening akan melakukan penagihan ke UPPJ (Unit Pelayanan Pasien Jaminan) terhadap obat-obat yang telah digunakan pasien.

Penulisan aturan pakai pada resep yang diterima oleh satelit farmasi terkadang tidak lengkap karena kemungkinan dokter yang lupa menulis. Hal ini berpotensi terjadinya medication error. Contoh etiket yang digunakan di RSCM dapat dilihat pada lampiran 10. Oleh karena itu, perlu segera dilakukannya peresepan online untuk memudahkan dispensing obat. Keuntungan lain dilakukannya peresepan secara online yaitu mengurangi jumlah perawat yang mengantar resep ke satelit sehingga mengurangi beban kerja perawat. Contoh etiket yang digunakan di instalasi farmasi RSCM dapat dilihat pada lampiran 10.

Satelit farmasi ICU terletak di depan ruang tata usaha. Posisi tersebut cukup jauh dari ruang tunggu keluarga pasien, sehingga petugas harus berteriak keluar ruangan untuk memanggil keluarga pasien. Oleh karena itu, dibutuhkan pengeras suara untuk mempermudah petugas satelit memanggil keluarga pasien.

Lokasi satelit farmasi ICU yang baru dilengkapi dengan lemari yang tingginya sekitar dua meter lebih. Hal ini mengakibatkan alkes serta dokumen yang diletakkan di lemari tersebut sulit dijangkau oleh petugas satelit, walaupun dengan alat bantu kursi yang juga sangat beresiko menyebabkan kecelakaan kerja. Penambahan fasilitas tangga diperlukan untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja.

Penyimpanan perbekalan farmasi di satelit farmasi ICU sudah tertata dengan baik tetapi masih ada beberapa obat yang tersimpan dalam satu wadah obat. Penyimpanan obat tersebut beresiko meningkatkan kesalahan dalam hal

Terkadang di satelit ICU masih ditemukan barang kosong dikarenakan stok obat di gudang habis sehingga banyak pasien yang harus menebus obat di luar. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi perencanaan yang baik agar dapat mengurangi terjadinya kekosongan perbekalan farmasi.