BAB 4 PEMBAHASAN
4.5 Satelit Farmasi Pusat
Satelit Farmasi Pusat merupakan satelit farmasi yang melayani rawat inap dan ruang rawat yang tidak memiliki satelit farmasi, seperti: rawat inap Perinatologi, Bedah Anak (BCH), Unit Luka Bakar (ULB) dan Psikiatri. Selain itu, Satelit Pusat juga melayani permintaan dari rawat inap dan rawat jalan Pelayanan Jantung Terpadu (PJT), meskipun PJT memiliki instalasi farmasi, karena pelayanan tidak dilakukan selama 24 jam, sehingga dilimpahkan ke Satelit Pusat. Satelit Pusat juga melakukan pelayanan resep dari rawat jalan, terutama untuk obat-obat khusus, seperti kemoterapi dan hematologi (untuk pasien hemofilia dan thalasemia). Pasien rawat jalan yang dilayani oleh satelit pusat berasal dari berbagai poli yang meliputi:
a. Poli Hemodialisa (pasien HD yang menggunakan cairan dianeal diberikan injeksi untuk 1 bulan). Sedangkan pasien yang tidak menggunakan cairan dianeal, cukup 1-2 minggu, tergantung pemakaian.
b. Semua poli yang meresepkan obat kemoterapi (poli kebidanan, bedah tumor, hematologi-onkologi, bedah toraks dan bedah digestif).
c. Pusat talasemi
Pelayanan di Satelit Pusat dilakukan selama 24 jam dengan 3 shift kerja. Shift pagi dan sore terdiri dari 2 asisten apoteker dan 2 juru resep, untuk shift malam terdiri dari 1 asisten apoteker dan 2 juru resep. Satelit pusat juga menerima resep cito dari poli lain. Pasien yang diterima di sini adalah pasien umum dan jaminan berupa Jamkesmas, Jamkesda, SKTM, KJS dan ASKES.
4.5.1 Sumber Daya Manusia
Satelit Farmasi Pusat terdiri dari 1 apoteker, 9 asisten apoteker dan 2 juru resep. Pelayanan dilakukan selama 24 jam dengan 3 shift kerja dengan pembagian
63
SDM dalam satu shift adalah 2 asisten apoteker dan 1 juru resep untuk shift pagi dan sore. Sementara untuk shift malam, terdapat 2 asisten apoteker yang bertugas.
4.5.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi a. Perencanaan dan pengadaan
Defekta dilakukan 2 kali dalam seminggu, yaitu pada hari Senin dan Kamis. Jumlah perbekalan farmasi yang dipesan ke Gudang Pusat dihitung berdasarkan jumlah yang digunakan selama 4-5 hari ditambah dengan buffer stock sebanyak 10%. Setelah barang siap, penerimaan dilakukan oleh asisten apoteker dan stok langsung dimasukkan ke dalam IT Satelit Farmasi Pusat.
b. Penyimpanan
Perbekalan farmasi disusun dengan sistem First Expired First Out (FEFO)/First In First Out (FIFO). Perbekalan farmasi disusun menjadi beberapa jenis, yaitu obat, alat kesehatan dan B3.
Tabel 4.2 Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi Pusat
No. Perbekalan Farmasi Keterangan
1. Obat 1. Obat disusun secara alfabetis.
2. Obat disusun berdasarkan bentuk sediaan: oral, injeksi, cairan.
3. Obat dibagi menjadi obat generik dan nama dagang.
4. Obat dengan penyimpanan khusus:
a. termolabil, disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 2-80C,
b. obat sitostatik, ditempel stiker ungu untuk obat kanker,
c. High Alert, di lemari berbeda dibatasi selotip merah, ditempel stiker hingga kemasan primer,
d. Look Alike Sound Alike (LASA), dijauhkan penyimpanannya satu sama lain.
e. obat narkotik, dalam lemari kayu khusus dengan kunci ganda.
f. obat psikotropik dalam lemari kayu khusus 2. Alat kesehatan Penyusunan berdasarkan fungsi dan cara
penggunaan alat kesehatan. 3. B3 Disimpan dalam lemari tahan api.
Kualitas perbekalan farmasi yang disimpan harus selalu dijaga dengan cara:
a. Pengecekan suhu penyimpanan, dilakukan 3 kali sehari.
b. Pengecekan PF yang mendekati Expired Date (ED) dalam jangka waktu 6 bulan.
c. PF ditempel stiker kuning bila ED dekat (kurang dari 3 bulan). 4.5.3 Pelayanan resep
Resep yang dilayani berupa resep manual dan resep online/elektronik (EHR). Unit kerja yang memberikan resep berbentuk EHR adalah BCH, ULB dan PJT. Untuk mempermudah dalam pelayanan resep rawat inap, dilakukan pembagian waktu pelayanan dibagi menjadi dua waktu, yaitu pagi dan sore. Meskipun begitu, untuk resep manual, sering terjadi penumpukan resep. Hal ini dapat disiasati dengan pemberian jadwal seperti yang dilakukan dengan menggunakan EHR. Resep yang diterima rata-rata 250 resep/hari.
Resep yang datang, terutama untuk pasien jaminan, dilakukan verifikasi terlebih dahulu. Verifikasi resep meliputi verifikasi administrasi, farmasetik, klinis dan kelengkapan lainnya seperti syarat jaminan khusus pasien pasien jaminan pemerintah, kwitansi pada semua pasien, protokol dan jadwal terapi khusus pada pasien kemo dan hasil lab khusus pada penggunaan obat mahal dan antibiotik lini 2 dan 3. Setelah verifikasi, jumlah obat dan jenis obat dimasukkan melalui IT dan diganti statusnya.
4.5.4 Distribusi
Jenis distribusi yang dilakukan di Satelit Farmasi Pusat adalah resep individual harian. Resep yang telah disiapkan akan diambil oleh petugas dari masing-masing unit kerja. Khusus obat kemoterapi yang telah disiapkan akan didistribusikan oleh petugas dari Satelit Farmasi Pusat ke unit produksi tempat dilakukannya dispensing obat kemoterapi. Contoh klip plastik obat unit dose yang digunakan di RSCM dapat dilihat pada lampiran 11.
Kendala yang dihadapi di satelit pusat salah satunya adalah penyimpanan obat, terutama obat untuk pasien kemoterapi. Kegiatan dispensing obat
65
kemoterapi yang dilakukan di unit kerja jaraknya cukup jauh dari Satelit Farmasi Pusat, contohnya di CMU 2 lantai 3, sehingga petugas pengantaran obat menunggu obat yang akan didispensing cukup banyak terkumpul. Proses yang cukup lama dari penyiapan dan pngantaran obat hingga dispensing berpengaruh pada suhu penyimpanan obat. Beberapa obat kemoterapi ada yang harus disimpan di tempat dan suhu khusus 2-80C. Pengantaran yang dilakukan oleh Satelit Farmasi Pusat tidak dilakukan penambahan pendingin sebagai penjaga stabilitas obat. Apabila obat terlalu lama diletakkan dalam suhu ruangan akan mempengaruhi stabilitas dan kualitas obat, sehingg dalam hal ini perlu dilakukan penggunaan pendingin untuk menjaga stabilitas obat. Hal yang dapat dilakukan adalah menambahkan es dalam wadah pengantaran atau menggunakan coolbox sebagai wadah.
Penyusunan obat di Satelit Farmasi Pusat masih menumpuk ke belakang, sehingga kotak obat masih saling menghalangi, hal ini dapat menyulitkan petugas dalam mencari obat. Untuk mengatasinya dapat dilakukan penyusunan dengan menggunakan kotak obat disusun bertingkat, sehingga kotak obat tidak saling menghalangi satu sama lain.
Beberapa unit kerja masih menggunakan resep manual dalam peresepan. Penggunaan resep manual memiliki kekurangan yaitu kesalahan membaca resep dan memperlambat proses pelayanan resep. Oleh karena itu, penggunaan resep elektronik (EHR) diharapkan segera dia.likasikan di seluruh unit kerja, sehingga dapat mempercepat proses pelayanan resep.