Mengapa ada orang Kristen yang sulit menyediakan waktu untuk beribadah? Karena ibadah tidak dianggap sebagai prioritas. Yang terpikir hanyalah kerja, kerja, dan kerja. Seolah ibadah
merupakan pemborosan waktu, padahal waktu adalah uang.
Tuhan sudah memerintahkan Israel untuk mengumpulkan manna dua kali lipat di hari keenam karena di hari ketujuh manna tidak akan turun. Ternyata di antara umat Israel masih ada yang keluar untuk mencari manna pada hari Sabat (ayat 27). Mengapa demikian? Berarti ada umat yang tidak percaya pada penetapan Tuhan sehingga mencoba mengatur hidup dengan cara mereka sendiri. Mereka kecele karena ternyata manna tidak diturunkan pada hari Sabat. Mereka belum memahami makna merayakan dan menguduskan Sabat. Padahal Tuhan memberikan Sabat agar umat Israel dapat beristirahat memulihkan kekuatan mereka dan dapat bersekutu dengan Tuhan dalam ibadah mereka. Melalui semua itu kekuatan mereka akan dipulihkan. Mereka juga akan memperoleh pedoman firman Tuhan yang memberkati hidup mereka setiap hari. Sebagai tanda bahwa berkat dan pemeliharaan Tuhan itu langgeng, secara simbolis satu buli-buli berisi satu gomer manna disimpan di hadapan tabut perjanjian (ayat 32-34). Manna yang secara ajaib tidak busuk maupun rusak merupakan lambang berkat Tuhan yang tak pernah mubazir. Secara faktual, Tuhan memelihara umat Israel selama 40 tahun perjalanan mereka di padang gurun (ayat 35). Sungguh Tuhan tahu memelihara umat-Nya dan sudah terbukti bahwa pemeliharaan-Nya itu dahsyat.
Kita perlu memelihara disiplin ibadah agar poros hidup kita bukan pada yang sementara, tetapi pada Tuhan. Hanya jika hari-hari kegiatan kita bertumpu pada Tuhan, barulah seluruh hidup kita akan bermakna kekal dan kita mampu mengisi hidup kita secara utuh! Karena itu jangan pernah abaikan hari ibadah sebab dari situlah mengalir kekuatan untuk kita menjalani hari-hari kita dengan berkemenangan.
126 Kamis, 23 April 2009 Bacaan : Keluaran 17:1-7
(23-4-2009)
Keluaran 17:1-7
Kekeringan rohani
Judul: Kekeringan rohaniMengapa Tuhan mengizinkan umat-Nya yang sedang berjalan di padang gurun berulang kali mengalami kekurangan air (ayat 1-2, lih. Kel. 15:23, Bil. 20:2)? Agar mereka belajar bersandar penuh kepada Dia.
Sekali lagi kita melihat umat Tuhan yang bertingkah laku bukan sebagai umat beriman. Wajar sekali bila orang mengalami kehausan karena kekurangan air saat berada di padang gurun yang gersang. Akan tetapi, bukankah mereka sudah beberapa kali melihat bagaimana Tuhan
menghantar mereka melewati padang kesulitan? Bukankah mereka sudah mengalami sendiri bagaimana Tuhan memelihara mereka dengan cara-Nya yang ajaib? Sayang sekali mereka bebal. Perhatian mereka hanya tertuju pada penderitaan yang akan mereka hadapi di padang gurun. Mereka tidak mau bila kondisi di gurun jauh lebih buruk daripada kondisi mereka ketika masih di Mesir. Di Mesir mereka dapat menikmati makanan secara berkelimpahan. Celakanya mereka lupa bahwa di Mesir mereka tidak merdeka karena secara fisik maupun mental, mereka adalah budak dari Firaun. Di balik keluh kesah tentang kedahagaan jasmani, sebenarnya mereka
mengalami kedahagaan yang jauh lebih mengerikan yaitu, kerohanian yang dahaga. Kekeringan rohani membuat mereka tidak mampu melihat dan merasakan kehadiran Tuhan yang seharusnya menyegarkan hidup.
Dunia sekarang ini adalah dunia dengan gejala kekeringan dan kedahagaan rohani luar biasa. Buktinya adalah kebangkitan agama dan aliran kepercayaan, maraknya tempat-tempat hiburan, pengejaran terhadap status, kekayaan, dan kemewahan. Yang celaka tentu kalau orang Kristen sendiri terjebak ke dalam situasi ini. Sebagai anak-anak Tuhan, mari segarkan rohani kita dengan mendekatkan diri kepada Dia lewat persekutuan yang intim dalam firman dan doa. Jika berbagai tanda kekeringan rohani Anda rasakan kini, akuilah kepada Tuhan. Jadikan ini sebagai
127 Jumat, 24 April 2009 Bacaan : Keluaran 17:8-16
(24-4-2009)
Keluaran 17:8-16
Peperangan rohani
Judul: Peperangan rohaniHidup Kristen selalu berhadapan dengan peperangan rohani. Iblis dengan berbagai cara berupaya menjatuhkan kita dalam dosa. Bagaimana kita bisa menang dalam peperangan rohani?
Israel sedang menghadapi perang melawan orang Amalek di Rafidim. Menurut seorang penafsir, kemungkinan musuh Israel itu menutup mata air-mata air di Rafidim supaya pasukan Israel menjadi tidak berdaya dan mudah untuk dikalahkan. Namun Tuhan menolong mereka dengan cara yang ajaib dengan mengeluarkan air dari gunung batu di Horeb (ayat 6). Untuk memperoleh kemenangan dalam peperangan itu, Musa dan umat Israel melakukan beberapa hal. Musa berdoa dengan membawa tongkatnya sebagai lambang penyertaan Tuhan karena ia tahu hanya Tuhanlah yang dapat memberikan kemenangan.
Bukan hanya berdoa, Musa bertindak dengan menyuruh Yosua memimpin umat Israel maju dalam peperangan. Dalam berdoa, Musa tidak sendirian melainkan mendapat dukungan Harun dan Hur. Ketika Musa letih, mereka menopang kedua tangan Musa agar tetap terangkat kepada Tuhan untuk mendapatkan kekuatan dari Tuhan dalam peperangan itu. Dengan keperkasaan tangan Allah yang memakai ketaatan umat-Nya, mereka meraih kemenangan gemilang. Akhirnya segala kemuliaan dikembalikan kepada Tuhan dengan mencatatnya sebagai memori akan karya Tuhan yang akan diingat dari generasi ke generasi (ayat 14). Akhirnya kemenangan itu mereka rayakan dengan mendirikan mezbah yang dinamai "Tuhanlah Panji-panjiku" (ayat 15-16).
Kita tidak perlu berperang sendirian. Minta Tuhan menjadi pemimpin perang Anda. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata yang sudah Allah sediakan karena peperangan rohani berarti melawan kuasa dan tipu daya Iblis (Ef. 6:10-18). Libatkan saudara-saudara seiman untuk
bersama-sama berjuang, saling menguatkan dan meneguhkan agar jangan sampai Anda lelah dan menyerah kalah.
128 Sabtu, 25 April 2009 Bacaan : Roma 6:1-11
(25-4-2009)
Roma 6:1-11
Menyalibkan dosa
Judul: Menyalibkan dosaSebagai anak-anak Allah, kita memiliki Roh Allah yang memampukan kita hidup taat pada Dia dan tidak tunduk pada kedagingan kita. Namun selama kita masih hidup dalam tubuh yang fana, godaan itu akan terus hadir. Kalau kita tidak dekat dengan Allah dan tidak mau dengar-dengaran pimpinan Roh-Nya, kita bisa gagal. Kita bisa terjebak lagi pada kedagingan manusia lama kita. Lalu bagaimana cara agar kita tidak mudah jatuh, melainkan semakin lama semakin kokoh dalam iman dan kekudusan?
Pertama-tama, ingatlah bahwa Yesus sudah mati bagi kita. Ia sudah mengalahkan kuasa dosa (ayat 10). Oleh karena itu manusia lama kita, yaitu tubuh dosa kita telah ikut pula disalibkan sehingga dosa tidak berkuasa lagi atas kita (ayat 6). Maka kita harus memandang diri kita telah mati bagi dosa (ayat 11a). Artinya kita harus mematikan keinginan berdosa kita. Jangan biarkan anggota tubuh kita dipakai untuk berbuat dosa (ayat 13a). Perlu ada langkah-langkah konkret untuk tidak menyerah pada godaan dosa. Misalnya, godaan melalui mata. Jangan gunakan mata untuk melihat hal-hal yang merangsang hawa nafsu sehingga timbul keinginan untuk
memuaskannya. Kita harus melawan dengan serius. Caranya, jangan lagi membiarkan mata kita membaca buku-buku yang tidak baik atau menonton film/vcd/dvd yang merangsang birahi kita. Kedua, Yesus sudah bangkit dari kematian. Kuasa maut sudah dikalahkan. Kuasa Yesus
sekarang membangkitkan dalam diri kita hasrat baru untuk hidup kudus dan menyenangkan hati Tuhan. Kita harus memandang diri kita sekarang sebagai hidup bagi Allah (ayat 11b). Oleh karena itu panggilan hidup anak-anak Tuhan adalah menyerahkan anggota-anggota tubuh untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik yang menjadi berkat buat orang lain dan yang memuliakan Tuhan (ayat 13b). Pakailah mata kita untuk memandang keindahan ciptaan Tuhan dengan rasa takjub sehingga hati dan mulut kita tak putus-putus memuji kebesaran-Nya. Gunakan tangan kita untuk menopang orang yang jatuh tersandung, sebagai wujud kasih Allah dalam diri kita. Karyakan talenta yang kita miliki agar makin banyak orang yang merasakan pertolongan Allah lewat hidup dan karya kita.
129 Minggu, 26 April 2009
Bacaan : Keluaran 18:1-12