• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN KOPI ARABIKA GAYO

1. Saluran Pemasaran Kopi Arabika Gayo di Kabupaten Aceh Tengah

Analisis saluran pemasaran akan menggambarkan macam saluran dan volume kopi Arabika Gayo yang keluar dan masuk melalui saluran pemasaran tertentu. Berdasarkan data petani sampel (n=30), pedagang pengumpul (n=9), koperasi (n=2) dan eksportir yang berbadan hukum koperasi (n=3) dan eksportir (non koperasi) (n=3) dapat digambarkan dalam saluran pemasaran. Penjualan hasil produksi petani kopi Arabika Gayo dari Kabupaten Aceh Tengah hanya dapat dilakukan melalui kolektor yang ditunjuk oleh koperasi. Hal ini dikarenakan petani terlibat dalam program sertifikasi produk. Pada sertifikasi organik dan fairtrade, penelusuran sumber produk kopi bersertifikat harus terdata dengan jelas, mulai dari nama petani, lokasi kebun, harga jual(nota pembayaran) dan penerapan standar organik.

Berdasarkan Gambar 21 terlihat bahwa terdapat 4 macam saluran pemasaran yang dilakukan petani di Kabupaten Aceh Tengah yaitu :

Saluran 1 : Petani-kolektor-koperasi-eksportir(non-koperasi)-konsumen (importir) Saluran 2 : Petani-kolektor-eksportir(non-koperasi)-konsumen(importir)

Saluran 3 : Petani-kolektor-eksportir(koperasi)-eksportir(non-koperasi)-konsumen Saluran 4 : Petani-kolektor-eksportir (koperasi)-konsumen (importir)

Pada sistem kelembagaan koperasi, petani hanya boleh terlibat dalam keanggotaan dari 1 koperasi. Berdasarkan analisis saluran pemasaran terlihat bahwa sebagian besar (n=20) petani responden merupakan anggota dari salah satu koperasi yang dapat melakukan ekspor langsung seperti KBQ. Baburrayan, Koperasi Permata Gayo dan Gayo Linge Organic Coffee (GLOC). Sedangkan sisanya sebanyak 10 petani responden tergabung dalam koperasi yang belum melakukan ekspor langsung diantaranya koperasi Tunas Indah dan koperasi Lepo Gayo Indah. Di Kecamatan Pegasing dan Jagong Jeget, rata-rata petani memiliki luas lahan sebesar 1 hektar dengan tingkat produksi kopi ceri mencapai 3 748 kg/ha selama tahun 2012. Kopi yang dipasarkan petani adalah kopi HS dengan kadar air 40 sampai 45 persen, petani menjual seluruh produknya kepada kolektor dengan rata-rata penjualan mencapai 146 kg/minggu (saat musim panen), setelah diolah 1 kg kopi ceri akan menghasilkan 0.465 kg kopi HS.

Di tingkat kolektor, kopi HS yang dibeli dari petani akan dijemur kembali hingga kadar air 35 sampai 40 persen. Melalui proses penjemuran ini, kolektor dapat meningkatkan nilai tambah kopi Arabika Gayo. Rata-rata jumlah petani

yang terikat kerjasama dengan kolektor mencapai 48 orang. Sehingga, total pembelian kopi yang dilakukan kolektor rata-rata sebesar 6 533 kg/minggu dengan rata-rata penjualan sebesar 5 634 kg/minggu untuk kopi HS dan 343 kg/minggu untuk kopi beras. Keterlibatan kolektor dalam program sertifikasi produk mengharuskan kolektor untuk menjual kopi petani yang sudah tersertifikasi kepada koperasi. Prosedur yang dilakukan kolektor antara lain melampirkan berkas-berkas yang telah disediakan koperasi, berupa nama petani, lokasi kebun, nota pebayaran dan jumlah kopi yang dihasilkan. Pada Gambar 21 menunjukkan 4 macam saluran pemasaran kopi Arabika Gayo yang terdapat di Kabupaten Aceh Tengah.

Gambar 21 Saluran pemasaran kopi Arabika Gayo di Kabupaten Aceh Tengah Keterangan: Saluran 1; Saluran 2; Saluran 3; Saluran 4

Berdasarkan Gambar 21 terlihat bahwa sebagian besar (>80%) kolektor menjual kopi mereka kepada koperasi, sedangkan sekitar kurang dari 20 persen kolektor menjual kopi mereka kepada eksportir. Bentuk kopi yang dipasarkan kolektor kepada eksportir adalah kopi beras yang belum disortir (green off-grade) dengan harga yang relatif lebih mahal dibandingkan harga kopi HS. Perubahan nilai tambah ini biasanya dilakukan oleh kolektor besar yang membeli kopi HS

Vol. Kopi beras 468 kg/minggu Vo. Kopi beras

343 kg/minggu 16.79% 100% 79.22% 83.21% Petani (n=20) Vol. kopi HS 151 kg/minggu/petani Kolektor (n=6) Vol. kopi HS 6 010 kg/minggu Eksportir (n=3) [Koperasi]

Vol. Green bean 234 694 kg/minggu KONSUMEN (IMPORTIR) 20.78% 100% 13.75% 100% 100% 86.25% Petani (n=10) Vol. kopi HS 140 kg/minggu/petani Kolektor (n=3) Vol. kopi HS 5 635 kg/minggu Koperasi (n=2) Vol. Green off-grade

93 671 kg/minggu Eksportir (n=3) [ Non Koperasi] Vol.Green bean 53 892 kg/minggu KONSUMEN (IMPORTIR)

dengan kapasitas rata-rata lebih besar dari 7 ton. Hal ini dikarenakan, apabila dikonversi maka 1 kg kopi HS sama dengan 0.344 kopi beras (k.a 11-12%).

Pada aktivitas pemasaran, terdapat perbedaan fungsi yang dilakukan oleh koperasi. Pertama, koperasi yang belum melakukan ekspor langsung (lihat saluran 1 dan 2) dan kedua, koperasi yang telah melakukan ekspor langsung (lihat saluran 4). Koperasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah koperasi yang belum melakukan ekspor langsung. Sedangkan koperasi yang telah melakukan ekspor langsung dikatagorikan sebagai eksportir. Rata-rata volume pembelian kopi yang dilakukan koperasi sebesar 485 965 kg/minggu dalam bentuk kopi HS dengan k.a 35 sampai 40 persen. Selanjutnya, koperasi melakukan proses pengolahan kopi HS menjadi kopi beras dengan dengan k.a 12 sampai 15 persen. Seluruh produk kopi Arabika Gayo yang dihasilkan dipasarkan ke tingkat eksportir, dengan jumlah penjualan mencapai 93 671 kg/minggu berbentuk kopi beras yang belum di grading (green off-grade).

Di tingkat eksportir, terdapat dua jenis kategori eksportir yaitu eksportir yang berbadan hukum koperasi atau ditulis menjadi eksportir (koperasi) dan eksportir yang berbadan hukum selain koperasi seperti CV dan PT atau dapat ditulis menjadi eksportir (non koperasi). Perbedaan ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat sejauh mana peran eksportir (koperasi) dan eksportir (non koperasi) dalam aktivitas pemasaran kopi Arabika Gayo. Pada aktivitas pemasaran, terdapat kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing eksportir. Eksportir (koperasi) memiliki kepastian pasokan kopi relatif lebih banyak dibandingkan eksportir (non koperasi). Hal ini disebabkan eksportir (koperasi) memiliki keterikatan dengan kolektor dan petani sebagai anggota koperasi dan memiliki lisensi sertifikasi produk. Namun, di tingkat eksportir (non koperasi) kelebihan yang dimiliki anatara lain adanya modal yang relatif besar dan jaringan pasar yang lebih luas dibandingkan eksportir (koperasi). Sehingga, eksportir (non koperasi) dapat membeli pasokan kopi yang berasal dari koperasi maupun eksportir (koperasi).

Volume rata-rata pembelian kopi yang dilakukan eksportir (non koperasi) mencapai 54 991 kg/minggu dalam bentuk kopi green bean maupun green off- grade. Pembelian kopi bersumber dari koperasi, eksportir (koperasi) dan beberapa kolektor. Seluruh kopi Arabika Gayo yang dihasilkan dipasarkan ke pasar dunia dalam bentuk kopi beras yang telah di grading (green bean) melalui importir (konsumen) dengan rata-rata penjualan 53 892 kg/minggu. Di sisi lain eksportir (koperasi) sebagian besar (78.22%) menyalurkan sendiri produk kopi green bean yang dihasilkan dan sisanya (20.78%) disalurkan melalui eksportir (non koperasi). Pilihan eksportir (koperasi) menyalurkan melalui eksportir (non koperasi) adalah untuk membuka jaringan pasar lebih luas. Sehingga, jumlah pasokan kopi yang diperoleh dapat tersalurkan seluruhnya.