• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sang Alkemis Karya Paulo Coelho

Dalam dokumen sma11bhsind AktifDanKreatifBerbahasaIndProgBhs (Halaman 100-103)

Dia terbangun karena dikejutkan seseorang.

Dia tertidur di tengah pasar itu, dan kehidupan di alun-alun akan dimulai.

Melihat sekeliling, dia mencari dombanya, dan kemudian sadar bahwa dia berada di dunia baru. Tapi bukannya sedih, dia merasa bahagia. Dia tidak perlu lagi mencari makanan dan air untuk domba-dombanya. Sebaliknya, dia dapat mencari harta karunnya. Dia tidak punya sesen pun di sakunya, tapi dia punya keyakinan. Dia telah memutuskan, tadi malam, bahwa dia akan menjadi pengembara persis seperti cerita di buku-buku yang selalu membuatnya terpesona.

untuk hari itu. Si bocah berterima kasih, memakannya, dan meneruskan perjalanannya. Saat baru berjalan beberapa langkah, dia sadar bahwa ketika mereka mendirikan kios tadi, salah satu dari mereka bicara bahasa Arab dan yang lain Spanyol.

Dan mereka saling mengerti dengan sangat baik.

Pastilah ada bahasa yang tak tergantung pada kata-kata, pikir si bocah. Aku pernah mengalaminya dengan domba-domba, dan sekarang terjadi dengan manusia. Dia belajar banyak hal baru. Beberapa di antaranya adalah hal-hal yang sudah pernah dia alami, dan tak terlalu baru, tapi belum pernah dia renungkan sebelumnya. Dan dia tidak merenungkannya karena dia sudah terbiasa dengannya. Dia sadar: Jika aku dapat belajar memahami bahasa tanpa kata-kata ini, aku bisa belajar memahami dunia.

Santai dan tak tergesa, dia lega bahwa dia dapat melangkah melalui jalan-jalan sempit Tangier. Hanya dengan cara itulah dia mampu membaca pertanda. Dia tahu ini memerlukan kesabaran, tapi para gembala tahu banyak tentang kesabaran. Sekali lagi dia melihat bahwa, di negeri asing itu, dia menerapkan pelajaran-pelajaran serupa dengan yang dia pelajari dari domba-dombanya.

"Segalanya satu belaka," sang raja tua pernah berkata.

***

Pedagang kristal itu terbangun bersama hari, dan merasakan kegelisahan yang sama seperti yang diidapnya setiap pagi. Dia berada di tempat yang sama selama tiga dasawarsa: sebuah toko di ujung jalan berbukit, dilewati oleh pembeli yang sedikit. Sekarang sudah terlambat untuk mengubah semuanya — satu-satunya yang pernah dia pelajari adalah menjual dan membeli barang pecah-belah kristal. Pernah ada suatu masa ketika banyak orang kenal tokonya: pedagang-pedagang Arab, ahli-ahli geologi Francis dan Inggris, para serdadu Jerman yang selalu banyak uang. Di hari-hari itu sangat menyenangkan menjual kristal, dan dia pernah merasa betapa akan kayanya ia, dan punya perempuan-perempuan cantik di sisinya seiring menuanya usia.

Tapi, waktu melangkah, dan Tangier berubah. Kota tetangga Ceuta berkembang lebih laju, dan bisnis melaju. Para jiran berpindahan, dan di bukit itu hanya tinggal be-berapa toko kecil yang bertahan. Dan tidak ada orang yang mau menaiki bukit hanya untuk melihat-lihat beberapa toko sempit.

Tapi pedagang kristal itu tak punya pilihan. Dia telah menjalani tigapuluh tahun hidupnya dengan Dia berjalan pelan-pelan melewati pasar.

Para pedagang memasang tenda kios-kios mereka, dan si bocah membantu seorang penjual manisan memasang tendanya. Wajah penjual manisan itu menyungging senyum: dia bahagia, sadar tentang hidupnya, dan bersiap memulai pekerjaan hari ini. Senyumnya mengingatkan si bocah pada lelaki tua itu — seorang raja tua misterius yang pernah dia jumpai. Pedagang manisan ini membuat manisan bukan supaya kelak dia bisa berkelana atau menikah dengan puteri seorang pemilik toko.

"Dia melakukannya karena memang itulah yang diinginkannya," pikir si bocah. Dia sadar bahwa dia mampu melakukan hal serupa dengan yang dilakukan si lelaki tua — merasakan apakah seseorang dekat atau jauh dari Legenda Pribadinya. Hanya dengan menatap mereka. Gampang sekali, tapi ternyata aku tak pernah melakukannya sebelumnya, pikirnya.

Saat tenda sudah terpasang, penjual tadi menawari si bocah manisan pertama yang dibuatnya

membeli dan menjual barang-barang kristal, dan sekarang sudah terlambat untuk melakukan hal yang lain.

Dia menghabiskan sepanjang hari dengan mengamati jarangnya orang yang lalu-lalang di jalan itu. Dia melakukan hal ini selama bertahun-tahun, dan tahu jadwal setiap orang yang lewat. Namun, tepat sebelum jam makan siang, seorang bocah berhenti di depan tokonya. Dia berpakaian normal, tapi mata pedagang kristal yang berpengalaman itu tahu anak itu tak punya uang. Meski begitu, si pedagang memutuskan untuk menunda makan siang-nya sebentar sampai anak itu pergi. selembar kartu yang tergantung di pintu masuk mengumumkan

sejumlah bahasa yang bisa digunakan di toko itu. Si bocah melihat seorang lelaki keluar dari belakang meja.

"Aku bisa membersihkan barang-barang di etalase itu, kalau Bapak mau," kata si bocah. "Tidak akan ada orang yang membeli barang-barang itu kalau melihat tampilannya begitu."

Lelaki itu melihat padanya tanpa menanggapi. "Sebagai imbalan, Bapak bisa memberiku makanan." Lelaki itu tetap bungkam, dan si bocah merasa dia harus mengambil keputusan. Di kantongnya ada jaket.

Anda dapat menganalisis kedua penggalan novel tersebut. Analisis dapat dilakukan dengan mengamati unsur intrinsik dan ekstrinsiknya. Berikut ini analisis terhadap kedua penggalan novel tersebut.

1. Tema Cerita

Tema cerita yang diangkat dalam novel Pasar karya Kuntowijoyo adalah perjuangan kaum pedagang dan pengisi pasar. Hal ini dapat diamati dari penceritaan pasar dengan orang-orangnya yang penuh konlik, antara lain sikap pemegang kekuasaan, pedagang, sampai sang pemungut karcis.

Adapun dalam novel Sang Alkemis, tema yang diangkat adalah perjuangan hidup sang bocah dalam mencari legenda pribadinya. Ia berjuang menemukan arti hidup dengan mengembara dari suatu tempat ke tempat lain.

2. Tokoh dan Perwatakan

Tokoh yang hadir dalam novel Pasar adalah Kasan Ngali, Paijo, dan Pak Mantri. Adapun tokoh lain adalah para penghuni pasar. Anda dapat memahami tokoh Kasan Ngali yang mempunyai watak tidak mau dikalahkan. Hal ini terbukti dengan orang-orang pasar yang takut dengan dia. Adapun Paijo, sang penarik karcis, tetap bersikap tenang dalam keadaan apa pun. Hanya mungkin yang kurang dari dia adalah sikapnya yang ingin terlihat bekerja di hadapan Pak Mantri.

Dalam novel Sang Alkemis, kita dapat mengamati tokoh utama sang bocah (bernama Santiago) yang bertemu dengan beragam manusia. Ia tipikal manusia yang ingin mengejar apa yang dicita-citakannya, walaupun ia harus mengembara. Dalam adegan dengan sang penjual kristal, kita dapat mengamati bagaimana sang bocah mempunyai usaha untuk membantu orang lain sekaligus menolong dirinya menyambung hidup.

3. Latar

Ada persamaan antara penggalan novel Pasar dan penggalan novel Sang Alkemis. Kedua penggalan novel tersebut berlatar belakang pasar. Bedanya, novel Pasar benar-benar berlatar pasar dari awal sampai akhir cerita. Dalam penggalan novel Sang Alkemis, pasar merupakan salah satu tempat yang kebetulan di kunjungi sang bocah saat melakukan pengembaraan.

4. Alur Cerita

Dalam penggalan kedua novel tersebut, kebetulan alur yang dipergunakan adalah alur maju. Anda dapat mengetahui alur yang sebenarnya jika Anda membaca kedua novel tersebut secara tuntas.

5. Gaya Bahasa

Perbedaan mencolok antara kedua novel tersebut adalah peng-gunaan bahasa. Dalam novel Pasar, pengarang menggunakan gaya bahasa yang mendekati gaya bahasa tradisional (Jawa) yang dapat diamati dari penggunaan nama-nama yang ada dalam novel Pasar tersebut. Adapun dalam novel Sang Alkemis, bahasa yang digunakan penuh metafora yang harus diterjemahkan lebih mendalam oleh pembaca.

6. Sudut Pandang

Sudut pandang yang digunakan oleh kedua novel tersebut adalah orang ketiga. Dalam novel Pasar pengarang menceritakan tokoh Paijo, Hasan Ngali, dan Pak Mantri. Adapun dalam novel Sang Alkemis, pengarang menceritakan tokoh sang bocah.

7. Amanat/Nilai-Nilai

Amanat yang dapat kita ambil dari novel Pasar adalah sebagai berikut.

a. Tidak boleh berburuk sangka atas kejadian yang dialami.

b. Usaha untuk menyambung hidup harus tetap dilakukan bagaimanapun keadaannya.

c. Harus bersikap berbagi dengan orang lain.

Adapun nilai-nilai yang dapat kita peroleh dari novel Sang Alkemis adalah sebagai berikut.

a. Setiap orang di dunia ini mempunyai legenda hidup masing-masing. Oleh sebab itu, setiap manusia mempunyai tujuan masing-masing di dunia ini.

b. Untuk mencapai tujuan hidup, kita harus bekerja keras; kalau perlu, mengembara seperti yang dilakukan sang bocah.

c. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Kita harus bisa menempatkan diri kita di mana pun kita berada.

Apakah Anda mempunyai pandangan lain terhadap analisis novel Pasar dan Sang Alkemis tersebut? Diskusikanlah dengan teman sebangku.

Selanjutnya, mengenai unsur luar (ekstrinsik) dapat ditemukan bahwa novel Pasar berhubungan dengan Kuntowijoyo yang dekat dengan kehidupan sosial. Kuntowijoyo adalah peneliti sosial Indonesia yang cukup dikenal. Tidak heran jika ragam karakter orang terlihat nyata dalam karya novel Pasar tersebut. Hal ini menggambarkan situasi sosial yang ada dalam salah satu masyarakat di Indonesia.

Novel Sang Alkemis sendiri adalah novel karya Paulo Coelho, pengarang Brazil, yang terkenal dengan metafor-metafor universalnya. Dengan demikian, ia dapat menyatukan makna hidup oleh lintas agama sekalipun. Ini adalah karya novel dengan latar belakang pengarang yang mumpuni dalam menulis karya sastra. Karya Sang Alkemis sendiri adalah karya klasik-modern yang terjual lebih dari 30 juta eksemplar ke seluruh dunia. Tidak heran jika novel ini memenangi penghargaan internasional. Paulo Coelho sendiri bekerja tidak lepas dari unsur spiritual universal. Ia bekerja sebagai penasihat di UNESCO untuk program pemaduan spritualitas dan dialog antarbudaya.

Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 4.7

Sang Alkemis adalah novel yang terkenal dengan metafor-metafor universal.

Dalam dokumen sma11bhsind AktifDanKreatifBerbahasaIndProgBhs (Halaman 100-103)