Menganalisis Pementasan Drama
5. Tata Suara
Tata suara bukan hanya pengaturan pengeras suara (soundsystem), melainkan juga musik pengiring. Musik pengiring diperlukan agar suasana yang digambarkan terasa lebih meyakinkan dan lebih mantap bagi para penonton.
Iringan musik itu tidak dijelaskan secara terperinci dalam naskah. Penjelasannya hanya secara umum, misalnya diiringi musik pelan, musik sendu, atau musik sedih. Kadang-kadang malah tidak ada penjelasan sama sekali. Agaknya urusan musik pengiring ini
Sumber: Majalah Gatra, Mei 2005
Gambar 4.3
Tata lampu memegang peranan penting dalam pementasan drama.
Sumber: www.blogger.com
Gambar 4.4
Pengiring musik dalam pementasan drama ikut membangun suasana cerita.
diserahkan sepenuhnya kepada penata suara atau penata musik pengiring.
Penataan musik pengiring tidak bisa diserahkan kepada sembarang orang sebab penata musik harus pintar menafsirkan musik pengiring yang cocok. Oleh karena itu, penata musik harus mempunyai perasaan yang halus dan tajam, berjiwa seni, memahami musik, dan mengerti lagu-lagu. Kalau sudah ada lagu yang cocok, tentu tinggal memainkan. Namun, jika belum ada lagu yang cocok, penata musik perlu mencipta lagu sendiri. Segala upaya ditempuh untuk menyuguhkan musik pe-ngiring yang sesuai dengan adegan yang sedang berlangsung.
Peralatan apa yang diperlukan untuk musik pengiring? Hal ini tidak ditentukan secara baku. Apa saja bisa digunakan asal cocok. Mungkin hanya sebuah biola, mungkin sebuah organ, mungkin seruling, gitar, tambur, mungkin pula lebih lengkap lagi. Ada kalanya, musik pengiring itu sudah direkam dalam pita kaset dan seorang penata suara tinggal mengoperasikan rekaman itu.
Agar Anda lebih memahami bagaimana analisis drama ber-dasarkan pementasan, pentaskanlah naskah drama "Sudah" berikut.
Sudah
Karya Darto Temala
Para pelaku: 1. Igun 2. Yusrina 3. Hanai
Pentas menggambarkan sebuah kebun, halaman belakang gedung perpustakaan suatu SMA. Di tengah terdapat bangku panjang, tempat duduk yang terbuat dari semen. Bagian depan sebelah kanan terdapat bak air kecil yang tak ada airnya dan bisa untuk duduk. Ada beberapa tanaman bunga dan pot bunga ada di situ. Latar belakangnya gedung perpustakaan.
Yusrina
(Sedang tekun membaca buku catatan, belajar. Tas, buku ada di sisinya, di bangku tersebut. Setelah terdengar bel, beberapa saat berlalu dalam sepi)
Igun
(Masuk dari kiri) Sudah lama?
Yusrina
(Acuh tak acuh) Sudah!
Igun
(Duduk di sampingnya) Tentu saja. Tadi kau tidak ikut pelajaran yang keenam. (Membuka buku catatan) Pak Hadi tadi juga menanyakan kamu. Lalu,
teman-teman menjawab sekenanya. Kau pulang lantaran sakit perut. (Pause) Jam keenam sudah lewat?
Yusrina
(Sambil membaca) Sudah!
Igun
Terang sudah. (Pause) Hmmmmm, sekarang jam pelajaran ketujuh. Jam kedelapan ulangan Fisika, jadi masih ada waktu untuk belajar.... (Melihat jam tangan) Tiga puluh tujuh menit. Kau sudah belajar tadi malam?
Yusrina
(Sambil membaca) Sudah!
Igun
Aku juga tahu, tapi cuma sepintas lalu saja. O, ya, soal-soal minggu kemarin sudah kau kerjakan?
Yusrina
(Sambil membaca) Sudah!
Igun
Semua? (Diam saja) Biasanya kau hanya mengerjakan empat dari sepuluh soal itu. Itu pun yang mudah saja. lya, kan? Aku sendiri paling malas bila berhadapan dengan soal-soal Fisika. (Membuka catatannya) Eh, Yus, sudah nonton "Mighty Man"?
Yusrina
(Kesal) Sudah!
Yusrina
(Marah) Sudah! Sudah!
Igun
Dia itu cowok ideal. Gagah lagi. Face-nya lumayan, tidak terlalu ngepop, juga tidak kampungan.
Yusrina
(Marah) Suuuuuuudah! Sudah!
Igun
Apalagi anak pejabat tinggi.
Yusrina
(Masih marah) Sudah, sudah, sudah!
Igun
Sudah. Sudah,! Sudah! Lagi, ah! Dari tadi sudah melulu. Apa tidak ada kata-kata lain? Bahasa Indonesia kan banyak perbendaharaan katanya. Sudah, sudah, sudah, dari tadi sudah, sudah, sudah melulu. (Menggoda) Jangan begitu, Yus, dia itu benar-benar cakep, Iho.
Yusrina
(Marah) Sudah, ah!
Igun
Sudah! Baru bertengkar, apa? Sedang Perang Sabil, ya? Jangan, ah! Dia itu cowok ideal. Sungguh! Cuma sayang. Kau kelihat-annya masih terlalu kecil. Aku kira kau belum pantas pacaran macam malam Minggu kemarin itu. Soalnya....
Yusrina
(Membanting bukunya) Sudah, sudah, sudah. Huuuuu... sudah, sudah, sudah. Cerewet terus. (Mengambil bukunya kembali) Sudah, aku mau belajar!
Igun
(Menirukan) Sudah, sudah, sudah, sudah. Huuuu... sudah, sudah, sudah! Cerewet terus. Sudah, aku mau belajar! Yusrina (Mencibir) Huuuuuh! Igun (Menirukan) Huuuuuh! Hanai
(Masuk dari kanan) Nah, ini. Ini baru bisa disebut pelajar teladan. Serius juga kelihatannya. (Mendekati Yusrina) Yus, mau ulangan, ya?
Yusrina
(Sambil membaca) Sudah, sudah, sudah!
Hanai
Lho! Kelewat serius, nih! (Duduk di antara mereka) Sedang yang ini? Aku agak sangsi. Ini belajar atau melamun? Gun!
Igun
(Sambil membaca) Sudah, ah. Berisik saja. Ada orang lagi belajar ini.
Igun
Bagaimana kesannya? Bagus? Aku juga nonton, juga lihat kamu. Kau nonton dengan....
Yusrina
(Cepat memotong) Sudah!
Igun
Asyik ya, nonton duaan!
Yusrina
(Kesal) Suuuudah!
Igun
(Menggoda) Kau tidak salah memilih cowok macam
Hanai
Apa? Orang macam kamu belajar? Lantas kebudayaan menyontekmu kau ke manakan?
Igun
Sori saja, tidak musim sekarang.
Hanai
Omong kosong! (Mengeluarkan sebatang rokok) Pinjam koreknya.
Igun
Buat apa? Pinjam korek pada orang lagi belajar. Ini baru sepaning, mau ulangan Fisika tahu?!
Hanai
Mau ulangan Fisika saja pakai sepaning segala. Tanya, nih, calon profesor. Beres!
Igun
Profesor gombal!
Hanai
Tidak usah menghafal rumus-rumus. Buang waktu dan energi saja. Langsung pada soal, sekaligus jawaban.
Igun
Hah!? Apa kelasmu sudah ulangan?
Hanai Sudah! Igun Sudah? Hanai Sudah! Igun Kapan? Hanai Jumat kemarin. Igun
Lho! Bukankah Jumat kemarin Pak Asnawi masih opname di rumah sakit?
Hanai
Ya, tapi Pak Asnawi kan guru tulen! Dia itu punya segudang soal ulangan sekaligus jawaban yang sudah jadi. Suatu saat ada ulangan, pakai soal yang itu. Ada ulangan lagi? Pakai soal yang ini. Dan dia itu bisa saja....
Sumber: Kumpulan Naskah Drama Remaja
Naskah drama yang Anda pentaskan tersebut mungkin tidak terlalu sulit, sebab sesuai dengan kehidupan Anda dalam keseharian. Para tokoh, yaitu Hanai, Igun, dan Yusrina merupakan orang-orang yang tidak jauh berbeda dengan keseharian Anda sekarang.
Hal pertama yang dapat kita analisis adalah peran dan perwatakan setiap tokoh. Anda dapat mengamati bagaimana tokoh Yusrina yang konsentrasi belajar. Ia merasa terganggu dengan Igun yang menanyakan masalah pelajaran hingga sang lelaki (Agus) yang menyukai Yusrina. Saat dialog Yusrina dengan Igun, Anda dapat mengetahui bagaimana sikap Igun yang selalu ingin tahu keadaan yang dihadapi Yusrina. Dalam hal ini, penokohan Igun harus lebih dominan terhadap Yusrina.
Selanjutnya, tokoh Hanai yang secara tidak langsung telah membuat Igun penasaran akan ulangan yang akan dilaksanakan di kelasnya. Ia berbicara dengan santai, tetapi membuat Igun karena Igun beranggapan bahwa ulangan tidak jadi hanya karena gurunya(Pak Asnawi) sakit. Jika Anda memerankan tokoh Hanai, Anda harus mempunyai pemeranan yang menghadapi hidup ini seakan mudah.
Lalu, bagaimana dengan latar dan perlengkapan? Latar dalam drama ini adalah sekolah. Dalam hal ini, Anda tidak akan mendapat kesulitan mengambil peran dalam naskah ini. Anda dapat menggunakan situasi di sekolah. Anda dan teman-teman dapat memerankan naskah drama ini sesuai dengan latar yang diinginkan oleh pengarang naskah, yaitu sebagai berikut.
Pentas menggambarkan sebuah kebun, halaman belakang gedung perpustakaan suatu SMA. Di tengah halaman terdapat bangku panjang, tempat duduk yang terbuat dari semen. Bagian depan sebelah kanan terdapat bak air kecil yang tak ada airnya dan bisa untuk duduk. Ada beberapa tanaman bunga dan pot bunga di situ. Latar belakangnya gedung perpustakaan.
Adapun peralatan dan perlengkapan yang diperlukan berupa buku, jam tangan, atau benda lain. Sang sutradara yang menjadi pemimpin sekaligus pengarah drama harus jeli menangkap hal apa saja yang menyangkut pemain sampai perlengkapan yang dibutuhkan.
Sastrawan dan Karyanya
Motinggo Busye, lahir di Kupangkota, Lampung, 21
November 1937, dan meninggal di Jakarta, 18 Juni 1999. Ia menamatkan SMA di Bukittinggi, kemudian melanjutkan pendidikan ke Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (tidak tamat). Pernah menjadi redaktur kepala Penerbitan Nusantara (1961–1964) dan Ketua II Koperasi Seniman Indonesia.
Dramanya, Malam Jahanam (1958), mendapat Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama Bagian Kesenian Departemen P & K tahun 1958 dan cerpennya, "Nasehat buat Anakku", mendapat hadiah majalah Sastra tahun 1962.
Daftar karyanya yang lain: Badai Sampai Sore (drama, 1962),
Tidak Menyerah (novel, 1963), Hari Ini Tak Ada Cinta (novel, 1963), Perempuan Itu Bernama Barabah (novel, 1963), Dosa Kita Semua (novel, 1963), Tiada Belas Kasihan (novel, 1963),
Nyonya dan Nyonya (drama, 1963), Sejuta Matahari (novel, 1963), Nasehat buat Anakku (kumpulan cerpen, 1963), Malam Pengantin di Bukit Kera (drama, 1963), Penerobosan di Bawah Laut (novel, 1964), Aura Para Aulia: Puisi-Puisi Islami (1990),
Dua Tengkorak Kepala (1999).
Pada paruh pertama tahun 1970-an, Motinggo Busye me-nyutradarai beberapa buah ilm. Selain itu, dia juga aktif di bidang seni lukis.
Sumber: www.id.wikipedia.org
1. Bentuklah kelompok dengan jumlah yang sesuai dengan tokoh penggalan drama berikut.
2. Tentukan siapa yang akan bertugas menjadi sutradara.
3. Untuk menunjang pementasan, Anda dapat memilih dan mencari perlengkapan/peralatan yang menunjang pementasan.
4. Sebelum pementasan, lakukanlah diskusi antaranggota kelompok. Dalam hal ini, menyangkut penghayatan naskah, pembagian tugas, dan juga kira-kira apa saja yang diperlukan saat pementasan.
Sumber: www.kompas.com