BAB IV : PERANAN KOTA PEMATANGSIANTAR DALAM MENGIS
5.2 Saran
Keberadaan kota Pematangsiantar pada saat ini memang cukup dikenal bagi masyarakat Sumatera Utara. Statusnya sebagai salah satu kota besar di Sumatera Utara menjadi salah satu faktor cukup dikenalnya nama Pematangsiantar. Namun bagi masayarakat awam dewasa ini, masa lalu tidaklah menjadi suatu bahan pemikiran bagi mereka. Tidak banyak dari masyarakat yang mengetahui akan sejarah sebuah daerah ataupun kota, hal ini pun berlaku bagi Pematangsiantar. Siapa sangka bahwa kota Pematangsiantar dulunya pernah menjadi ibukota Provinsi dan merupakan poros pemerintahan republik di Sumatera.
Walaupun di kota Pematangsiantar saat ini masih banyak berdiri beberapa bangunan peninggalan kolonial dan sempat menjadi kantor pemerintah Republik pada masa kemerdekaan, namun semua hal tersebut seakan tidak diketahui oleh masyarakat awam. Bahkan beberapa gedung pun terlihat terbengkalai walaupun sebagian besar masih digunakan. Dalam hal ini penulis menyarankan akan pemberdayaan situs-situs sejarah di kota Pematangsiantar. Tempat-tempat ataupun gedung-gedung yang dulunya menjadi kantor pemerintahan ataupun tempat lahirnya sebuah pergerakan kemerdekaan rakyat Pematangsiantar mulai diperkenalkan kepada masyarakat awam, seperti dengan melakukan wisata sejarah atau semacamanya. Hal ini dimaksudkan agar para generasi muda selanjutnya tidak akan lupa akan nilai
perjuangan dan sejarah bangsa ini dalam memperebutkan kemerdekaan Indonesia, terutama di Pematangsiantar. Apalagi Pematangsiantar kini telah banyak dihuni oleh para pendatang yang tidak mengetahui sejarah kota dahulunya. Karena bisa saja dikemudian hari segala hal mengenai peranan Kota Pematangsiantar masa kemerdekaan Indonesia akan terlupa bahkan hilang demi kemajuan pertumbuhan Kota seperti yang terjadi di daerah lain.
Daftar Pustaka
Biro Sejarah Prima. Medan Area Mengisi Kemerdekaan. Medan: Badan Musyawarah Pejuang Republik Indonesia Medan Area. 1976.
Edisaputra. Simalungun Jogja-nya Sumatera Dalam Perang Kemerdekaan. Medan: Bina Satria 45. 1978.
Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah (terj. Nugroho Notosusanto). Jakarta: UI Press. 1985.
Husny, Tengku Muhammad Lah. Revolusi Sosial di Sumatera Utara/Tapanuli
Disertai Pangkal dan Akibatnya. Medan: Badan Penerbit Husny. 1983
Hutabaran, Parulian, dkk. Perjuangan Korps Brigade Mobil Polri Masa Perang
Kemerdekaan RI, Pemerintahan Darurat RI di Sumatera. Medan: Yayasan
Keluarga Besar Pejuang Kemerdekaan RI Benteng Huraba. 1996.
Hutasoit, Marcinus. Percikan Api Revolusi di Sumatera. Jakarta: BPK G. Mulia. 1986.
Kansil, C. S. T dan Julianto. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kemerdekaan Indonesia. Jakarta Pusat: Erlangga. 1984.
Kartodirjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 1993.
Kementrian Penerangan RI. Republik Indonesia Provinsi: Sumatera Utara. Medan: CV Karya Purna. 1953.
KNPI Kota Pematangsiantar dan Kab. Simalungun. Peristiwa Berdarah Siantar Hotel. Pematangsiantar: UD. Keluarga. 1992.
Kuntowijoyo. Penghantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang Pustaka. 1995.
Mansur. The Golden Bridge : Jembatan Emas 1945. Medan: Lembaga Sosial Juang 45 Medan Area. 1980
Moedjanto, G. Indonesia Abad ke-20, Dari Kebangkitan Nasional Sampai Linggarjati. Yogyakarta: Kanisius. 1992.
Nasution, A. H. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid II. Bandung: DISJARAH AD dan Angkasa Bandung. 1977
Pranoto, Tukidjan. Tetes Embun di Bumi Simalungun. Yayasan Keluarga. 2001.
Reid, Anthony. Revolusi Nasional Indonesia. Jakarta: Sinar Harapan Press. 1996
__________. Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera Utara. Jakarta: Sinar Harapan Press. 1987.
Sinar, Lukman. Konsep Sejarah Kabupaten Daerah Tingkat II Deli Serdang. Medan: Pemerintah Daerah Tingkat II Deli Serdang. 1987.
Sjahnan, H.R. Dari Medan Ke Pedalaman dan Kembali Ke Kota Medan. Medan: Dinas Sejarah Kodam-II/BB. 1982.
Suprayitno. Mencoba (Lagi) Menjadi Indonesia. Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia. 2001.
T, Hasan Basrie Z. Two Rivers Darah Juang 45. Medan: Panitia Anjangsana Pejuang RI Medan Area. 1984.
Tim Khusus Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangungan Tatengger di Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Perjuangan Menegakkan dan Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia di Sumatera Utara, Jilid II (1947-1948). Medan: Tanpa Penerbit. 1996.
Sumber Skripsi :
Besler Simamora, T. Agresi Militer Belanda I (1947) di Simalungun. Skripsi Sarjana Departemen Sejarah Fakultas Sastra USU. Tidak diterbitkan. 1986.
Departemen Sejarah Fakultas Sastra USU. Tidak diterbitkan. 1992.
Rosidawaty. Proklamasi di Simalungun. Skripsi Sarjana Departemen Sejarah Fakultas Sastra USU. Tidak diterbitkan. 1987.
Saragih, Rosida. Masa Pemerintahan Pendudukan Jepang di Simalungun
(1942-1945). Skripsi Sarjana Departemen Sejarah Fakultas Sastra USU.
Tidak diterbitkan. 1987.
Swarni. Peristiwa Siantar Hotel (15 Oktober 1945). Skripsi Sarjana Departemen Sejarah Fakultas Sastra USU. Tidak diterbitkan. 1997.
Sumber Makalah:
Suprayitno. Pematangsiantar Pada Masa Awal Kemerdekaan 1945-1947. Dipresentasikan pada acara Seminar “Kontibusi Pematangsiantar Sebagai Kota Perjuangan Mempertahankan NKRI 1945-1947. Pematangsiantar: 20 Mei 2013.
Sumber Artikel Web:
provinsi.html. Di akses 20 Desember 2014.
http://Id.wikipedia.com, Uang Republik Indonesia Provinsi Sumatera. Di akses 20 Desember 2014
Desember 2014.
Oeang Republik Indonesia, Persatuan dan Kedaulatan Bangsa. Di akses 20 Desember 2014.
__________, Uang Lebih Berkuasa dari Tuhan dan Negara. Di akses 20 Desember 2014 Diakses 27 April 2014. 2014
Lampiran I
Tugu Perjuangan rakyat Pematangsiantar dan Simalungun dalam mempertahankan Kemerdekaan melawan Belanda.
Lampiran II
Lampiran III
1928
Pusat Karesidenan Simalungun dan Tanah Karo. Pada masa kemerdekaan dan perpindahan Ibukota Provinsi Sumatera ke Pematangsiantar, kawasan ini menjadi
pusat bagi pemerintahan republik dan Markas Besar TRI Provinsi Sumatera. (Sumber: Facebook, Koleksi hitam/putih foto2 Sejarah & Budaya-Sumatera Utara)
Lampiran IV
1923
Balaikota Pematangsiantar terletak di jalan Merdeka. Gedung selalu dijadikan sebagai kantor pemerintahan mulai dari Kantor Gemente Pematangsiantar, Kantor Bunsuco
Simalungun, dan pernah digunakan sebagai Kantor Gubernur Provinsi Sumatera Tengku. M. Hasan.
Lampiran V
Prasasti di Gedung Balaikota
Gedung Balaikota Pematangsiantar sekarang (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Lampiran VI
Gedung Simaloengoen Club Pematangsiantar tahun 1934.
Menjadi markas TRI pada masa kemerdekaan hingga jatuhnya Ibukota Sumatra, Pematangsiantar pada agresi militer Belanda 29 Juli 1947.
Lampiran VII
Gedung Simaloengoen club sekarang dikenal dengan Gedung Juang Pematangsiantar/Gedung Nasional, beserta tugu penanda bahwa pernah dijadikan
markas TRI dari tahun 1945-1947. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Lampiran VIII
Siantar Hotel Tahun 1934
(Sumber: Facebook, Koleksi hitam/putih foto2 Sejarah & Budaya-Sumatera Utara)
Menjadi markas NICA di bawah kepemimpinan Letnan Brondgeest pada akhir September 1945 sampai meletusnya peristiwa siantar hotel pada 15 Oktober 1945.
Tugu Peristiwa Siantar Hotel 15 Oktober 1945 (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Lampiran IX
Jalan Bandung tahun 1947
Lampiran X
1947: A soldier in conversation with members of the Chinese population, (Seorang tentara Belanda sedang berbincang dengan penduduk Cina)
Pematangsiantar.