• Tidak ada hasil yang ditemukan

H. Sarbini : Enggak.

Analisis Prinsip Kesantunan Leech

Mkar MKdw MP MKH Mksp MS

x

Ujaran yang dituturkan oleh Haji Sarbini dan Pak Makbul dianggap melanggar maksim kesepakatan karena meminimalkan kesepakatan antara diri dengan lain dan memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan lain. Ketaksepakatan yang terjadi antara Haji Sarbini dan Pak Makbul mengenai pendidikan, Haji Sarbini berpendapat bahwa pendidikan itu tidak penting sedangkan Pak Makbul menganggap bahwa pendidikan itu penting. Pelanggaran yang dilakukan Haji Sarbini terdapat pada Enggak, gak penting dan enggak. Sedangkan pelanggaran yang dilakukan Pak Makbul terdapat pada Pentingkan dan Ya penting dong. (60)

No. Data : 5

Scene: 6

Konteks Setting and Scene: tempat terjadinya peristiwa tutur ini yaitu di dalam sebuah masjid pada siang hari, scene atau situasi ketika pertuturan ini dilakukan dengan serius;

Participant: penutur yaitu H. Sarbini dan petutur yaitu Pak

Makbul dan H. Rahmat; Ends: saling berargumen mengenai Muluk yang belum memiliki pekerjaan; Act

Sequences: pertuturan diawali oleh H. Sarbini yang

mengatakan bahwa orang yang terlalu lama menganggur bisa setres kemudian Pak Makbul membantah ucapan H. Sarbini lalu H. Rahmat kembali menegur mereka dengan mengeraskan suara ketika berdo’a lalu mereka berdua melanjutkan percakapan mereka di luar masjid. H. Rahmat yang mendengar mereka berdua masih beradu argumen di depan masjid lebih mengeraskan suaranya kemudian mereka berdua pergi; Keys: nada suara (tone) datar dan agak berbisik, sikap atau cara (manner) peristiwa tutur ini berlangsung dengan seiru tapi santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction adn Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi

Ujaran H. Sarbini : Kelamaan nganggur dia bisa setres, kesian.

Pak Makbul : Dia gak nganggur, dia lagi berusaha. Beda. Nganggur, berusaha, beda.

Analisis Prinsip Kesantunan Leech

Mkar MKdw MP MKH Mksp MS

x

Ujaran yang diujarkan oleh Pak Makbul dianggap melanggar maksim kesepakatan, karena meminimalkan ketaksepakatan denga pihak lain dan meminimalkan kesepakatan dengan pihak lain. Pak Makbul tidak setuju jika anaknya disebut sebagai pengangguran oleh Haji Sarbini. Peminimalan kesepakatan tersebut terdapat pada ujaran Dia gak nganggur,

dia lagi berusaha. Beda. Nganggur, berusaha, beda. Ujaran tersebut

mengandung makna bahwa Pak Makbul tidak mau anaknya disebut sebagai pengangguran.

(61)

No. Data : 7

Scene: 7

Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi ketika mereka dalam perjalanan pulang dari masjid pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius tapi santai;

Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pak

Makbul dan petutur yaitu H. Sarbini dan H. Rahmat; Ends: Pak Makbul meminta kepada H. Sarbini mendo’akan Muluk agar cepat mendapat pekerjaan kemudian mereka memperdebatkan mengenai pendidikan: Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Pak Makbul yang membicarakan hubungan Muluk dengan Rahma anak H. Sarbini dan agar mendo’akan Muluk segera mendapatkan pekerjaan kemudian percakapan berganti topik membicarakan mengenai pendidikan itu penting atau tidak dan pertuturan ini pun diakhiri dengan pernyataan H. Sarbini yang menyatakn pendidikan itu tidak penting; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius;

Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and

Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan;

Ujaran H. Rahmat : Gini,gini, kalau soal pendidikan,

Pak Makbul : Pentingkan

H. Sarbini : Enggak, gak penting. Makbul : Ya penting dong. H. Sarbini : Enggak.

Analisis Prinsip Kesantunan Leech

Mkar MKdw MP MKH Mksp MS

x

Ujaran yang diucapkan oleh Haji sarbini dianggap melanggar maksim kesepakatan, karena memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan pihak lain dan meminimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain. Ujaran yang melanggar maksim kesepakatan terdapat pada H.

Enggak, gak penting dan Enggak. Pak Makbul bersikeras mengatakan

bahwa pendidikan itu penting sedangkan Haji Sarbini menyatakan bahwa pendidikan itu tidak penting. Dengan demikian maka ujaran tersebut melanggar maksim kesepakatan.

(62)

No. Data : 8

Scene: 8

Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi ketika mereka dalam perjalanan pulang dari masjid pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius tapi santai;

Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pak

Makbul dan petutur yaitu H. Sarbini dan H. Rahmat;

Ends:keinginan H. Sarbini agar Muluk segera melamar

Rahma anaknya; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh H. Sarbini yang membicarakan tentang pernikahan Muluk dan Rahma dan rencananya akan menikahkan Rahma dengan orang lain jika Muluk tidak kunjung melamar Rahma, Pak Makbul tidak setuju dengan ucapan H. Sarbini kemudian H. Rahmat menengahi mereka; Keys: nada suara

(tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini

diucapkan yaitu dengan serius dan bercanda;

Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and

Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan;

Ujaran H. Sarbini : Yang penting kan si Muluk punya penghasilan. Bisa ngelamar si Rahma. Kalo Enggak si Rahma bisa saya kawinin ama anggota DPR tau enggak?

Pak Makbul : Waduh Ji gabisa begitu.

Analisis Prinsip Kesantunan Leech

Mkar MKdw MP MKH Mksp MS

x

Ujaran yang di ucapkan oleh Pak Makbul dianggap melanggar maksim kesepakatan karena memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan pihak lain dan meminimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain. Peminimalan kesepakatan tersebut terdapat pada Waduh Ji

gabisa begitu. Ujaran Pak Makbul menandakan bahwa ia tidak setuju

dengan usul Haji Sarbini jika Muluk hanya asal mendapatkan pekerjaan tapi tidak sesuai dengan pendidikan yang ia miliki.

(63)

No. Data : 18

Scene: 18

Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di depan sebuah ruko pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu tukang koran dan petutur yaitu Muluk;

Ends:memberikan informasi; Act Sequences: pertuturan ini

diawali tukang koran yang membacakan lowongan pekerjaan dan dilanjutkan oleh Muluk yang meminta tukan koran mencari lowongan yang cocok untuknya; Keys: nada suara (tone) datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius tapi santai;

Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and

Interpretation: pernyataan dan dijawab pertanyaan; Genre:

wacana deskripsi.

Ujaran Tukang Koran : Sebuah kapal ikan Jepang

membutuhkan tenaga penangkap ikan Paus.

Muluk : Gue sarjana Manajemen. Analisis Prinsip Kesantunan Leech

Mkar MKdw MP MKH Mksp MS

Ujaran yang di ucapkan oleh Muluk dianggap melanggar maksim kesepakatan karena memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan pihak lain dan meminimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain. Peminimalan kesepakatan tersebut terdapat pada Gue sarjana Menejemen. Ujaran tersebut bermakna bahwa Muluk menolak untuk melamar pekerjaan sebagai tenaga ikan paus karena dia adalah seorang sarjan manajemen.

(64)

No. Data : 19

Scene: 19

Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi disebuah warung makan dalam pasar pada siang hari sedangkan

Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi

yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu penjual nasi dan Komet, petutur dalam peristiwa ini yaitu Muluk; Ends:membeli makan; Act

Sequences: pertuturan ini diawali oleh penjual nasi yang

mempersilahkan kepada Muluk kemudian Komet menawarkan menu makanan tambahan untuk Muluk namun Muluk menolaknya; Keys: nada suara (tone) penjual nasi datar, Komet berteriak, dan Muluk datar, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and

Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataan; Genre:

wacana persuasi.

Ujaran Muluk : Saya pake kangkung sama tempe aja, Bu.

Komet : Tambah opor ayam buat abang ini!

Muluk : Enggak, gak usah.

Penjual Nasi : Loh kenapa? Ndak apa-apa.

Komet : Telor asin mau, Bang?

Muluk : Enggak, gak.

Analisis Prinsip Kesantunan Leech

Mkar MKdw MP MKH Mksp MS

x

Ujaran yang di ucapkan oleh Muluk dianggap melanggar maksim kesepakatan karena memaksimalkan ketaksepakatan antara diri dengan pihak lain dan meminimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain. Peminimalan kesepakatan tersebut terdapat pada Enggak, gak usah dan

Enggak, gak. Ujaran Muluk tersebut bermakna bahwa ia menolak tawaran untuk menambah makanan dari Komet.

(65)

No. Data : 20

Scene: 20

Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah Pak Makbul pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu H. Sarbini dan petutur yaitu Pak Makbul; Ends: H. Sarbini menawarkan kepada Pak Makbul agar Muluk membuka usaha bersama anaknya namun Pak Makbul menolak; Act

Sequences: pertuturan ini diawali oleh H. Sarbini yang

menawarkan pekerjaan untuk Muluk dan dijawab penolakan oleh Pak Makbul; Keys: nada suara (tone) agak tinggi, sikap atau cara (manner) saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius; Instrumentalities: lisan; Norms of

Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab

pernyataan; Genre: wacana argumentasi.

Ujaran H. Sarbini : Ada bukaan kios baru di Cipulir.

Abangnya si Rahma, si Idam bisa bantu modal buat si Muluk.

Pak Makbul : Dia ga bakat dagang.

H. Sarbini : aaahh ga perlu bakat yang penting die