• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sasaran Strategis 6 Gangguan Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat Menurun

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. H.Haryadi Suyuti (Halaman 76-86)

KINERJA INDIKATOR UTAMA TAHUN 2020

% Pola Pangan

3.2.6 Sasaran Strategis 6 Gangguan Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat Menurun

Ketercapaian Sasaran

Sasaran 6 merupakan bagian dari upaya mencapai misi ke-3 RPJMD, yaitu

”Memperkuat moral, etika, dan budaya masyarakat Kota Yogyakarta”.

Penurunan gangguan ketentraman dan ketertiban masyarakat diukur dari turunnya angka kriminalitas dan berkurangnya jumlah pelanggaran Perda. Kriminalitas merupakan suatu permasalahan yang harus diselesaikan untuk mewujudkan ketertiban masyarakat, sekaligus sebagai salah satu indikasi tingkat kesejahteraan itu sendiri. Disini diasumsikan bahwa banyak perbuatan kriminal dilatar-belakangi alasan kekurangan ekonomi yang diderita, sehingga tingginya kriminalitas menandakan banyak yang belum mencapai kesejahteraan ekonomi. Cakupan kriminalitas meliputi kejahatan konvensional, transnasional, pelanggaran HAM, dan gangguan Kamtibmas. Sementara itu, Perda merupakan system regulasi yang mengatur kehidupan social berjalan secara tertib. Adanya pelanggaran Perda mengindikasikan timbulnya potensi-potensi yang dapat mengganggu ketertiban dan ketentraman masyarakat untuk hidup dan beraktivitas. Dengan demikian, jumlah pelanggaran Perda yang menjadi tolok ukur disini adalah yang dilaporkan oleh masyarakat dan/ atau dipantau petugas.

1.660 1628 1596 1000 975 950 1.115 1.037 620 601 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Target Realisasi 6000 5800 5600 4299 4250 4200 4300 4466 4299 1227 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Target Kota * Realisasi

Gambar 3.20 Target dan Realisasi Penurunan Kriminalitas 2017-2020 Sumber: BPS dan Bappeda, diolah

Angka kriminalitas sepanjang tahun 2017-2020 senantiasa mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa situasi keamanan di Kota Yogyakarta sudah cukup kondusif. Terlebih dengan adanya Pandemi Covid-19, realisasi angka kriminalitas diproyeksikan mencapai angka 601. Realisasi tersebut sedikit banyak dipengaruhi oleh berkurangnya aktivitas masyarakat di luar rumah, sehingga turut memberikan andil terhadap tindak kriminalitas yang muncul.

Gambar 3.21 Target dan Realisasi Jumlah Pelanggaran Perda Tahun 2017-2022

ditingkatkan.

Dari beberapa permasalahan yang dihadapi di lapangan tersebut, terdapat beberapa rekomendasi untuk perbaikan pelaksanaan untuk periode selanjutnya;

1. Upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19 jangka panjang (strategi Redesain Ekonomi) memerlukan upaya kolaboratif dari semua pihak dalam rangka menciptakan demand pariwisata yang dapat membuka peluang pasar bagi pelaku usaha dengan berpedoman pada protokol kesehatan. Untuk meningkatkan efektivitas Pembelajaran Jarak Jauh perlu dilakukan. 2. Mendorong event-event wisata virtual bekerjasama dengan pelaku ekonomi

kreatif sebagai sebuah inovasi untuk mempromosikan pariwisata Kota Yogyakarta.

3. Optimalisasi marketplace dan media sosial untuk mempromosikan produk-produk UKM Kota Yogyakarta.

3.2.6 Sasaran Strategis 6 Gangguan Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat Menurun

Ketercapaian Sasaran

Sasaran 6 merupakan bagian dari upaya mencapai misi ke-3 RPJMD, yaitu

”Memperkuat moral, etika, dan budaya masyarakat Kota Yogyakarta”.

Penurunan gangguan ketentraman dan ketertiban masyarakat diukur dari turunnya angka kriminalitas dan berkurangnya jumlah pelanggaran Perda. Kriminalitas merupakan suatu permasalahan yang harus diselesaikan untuk mewujudkan ketertiban masyarakat, sekaligus sebagai salah satu indikasi tingkat kesejahteraan itu sendiri. Disini diasumsikan bahwa banyak perbuatan kriminal dilatar-belakangi alasan kekurangan ekonomi yang diderita, sehingga tingginya kriminalitas menandakan banyak yang belum mencapai kesejahteraan ekonomi. Cakupan kriminalitas meliputi kejahatan konvensional, transnasional, pelanggaran HAM, dan gangguan Kamtibmas. Sementara itu, Perda merupakan system regulasi yang mengatur kehidupan social berjalan secara tertib. Adanya pelanggaran Perda mengindikasikan timbulnya potensi-potensi yang dapat mengganggu ketertiban dan ketentraman masyarakat untuk hidup dan beraktivitas. Dengan demikian, jumlah pelanggaran Perda yang menjadi tolok ukur disini adalah yang dilaporkan oleh masyarakat dan/ atau dipantau petugas.

1.660 1628 1596 1000 975 950 1.115 1.037 620 601 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Target Realisasi 6000 5800 5600 4299 4250 4200 4300 4466 4299 1227 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Target Kota * Realisasi

Gambar 3.20 Target dan Realisasi Penurunan Kriminalitas 2017-2020 Sumber: BPS dan Bappeda, diolah

Angka kriminalitas sepanjang tahun 2017-2020 senantiasa mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa situasi keamanan di Kota Yogyakarta sudah cukup kondusif. Terlebih dengan adanya Pandemi Covid-19, realisasi angka kriminalitas diproyeksikan mencapai angka 601. Realisasi tersebut sedikit banyak dipengaruhi oleh berkurangnya aktivitas masyarakat di luar rumah, sehingga turut memberikan andil terhadap tindak kriminalitas yang muncul.

Gambar 3.21 Target dan Realisasi Jumlah Pelanggaran Perda Tahun 2017-2022

Sementara itu, indikator pelanggaran Perda juga mengalami penurunan yang cukup signifikan. Ada dua asumsi yang dapat digunakan. Pertama, bahwa adanya Pandemi Covid-19 menyebabkan masyarakat membatasi aktivitas sehingga otomatis pelanggaran Perda menjadi semakin menurun. Yang kedua adalah bahwa, Satpol PP berfokus pada penegakan pelanggaran Peraturan Kepala Daerah dalam penegakan protocol kesehatan pencegahan Covid-19.

No Indikator

Kinerja Formula Perhitungan

Tahun 2020

Predikat Target Realisasi Capaian

1 Angka Kriminalitas Target –(Realisasi –Target) Target x100% 1.000 601 139,9% Sangat Tinggi 2 Jumlah Pelanggaran Perda Target –(Realisasi –Target) Target x100% 4.299 1.227 171,46%

Rata-Rata Capaian Kinerja 155,68%

Tabel 3.10 Capaian Sasaran Penurunan Gangguan Ketentraman dan Ketertiban 2020

Sumber : BPS dan Satpol PP, diolah

Capaian sasaran 6 ini terhitung sangat signifikan, terutama pada pelanggaran Perda. Jika diperbandingkan dengan Tahun sebelumnya, jumlah pelanggaran yang dipantau dan dilaporkan masyarakat ini turun drastis dari 4.299 menjadi 1.227. Secara lebih spesifik, data pelanggaran Perda tersebut dipilah berdasarkan isu berikut; Menara Telkom, Penjualan Miras, Ijin Usaha, Pengelolaan Kebersihan, PKL, Kepariwisataan, Pemotongan Hewan dan Penanganan Daging, Perparkiran, Ijin Pondokan, Gedung, Reklame dan Ijin gangguan, Pelacuran serta Gelandangan dan Pengemis. Diantara isu tersebut, jumlah kasus yang paling banyak adalah Reklame, PKL dan Gedung. Sementara itu, jenis pelanggaran yang tidak ditemukan adalah Ijin Usaha, Pengelolaan Kebersihan, serta Gelandangan dan Pengemis. Perbandingan sepintas temuan pelanggaran Perda antara Tahun 2020 ini dengan Tahun 2019, prerbedaannya cukup signifikan. Selisih yang paling mencolok terlihat pada data Reklame dan PKL. 914 9 2939 28 207 67 5 92 11 27 277 10 775 13 98 9 27 15 0 3

Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) Menara Telekomunikasi dan Fiber Optik (FO) Ijin Penyelenggaraan Reklame Penanganan Penyakit Masyarakat Bangunan Gedung Ijin Penyelenggaraan Pondokan Ijin Penjualan Minuman Beralkohol Penyelenggaraan Perparkiran Pemotongan Hewan dan Penanganan Daging Penyelenggaraan Kepariwisataan

2020 2019

Gambar 3.22 Jumlah Pelanggaran Perda Berdasarkan Jenis Pelanggaran 2019-2020

Sumber: Satpol PP Kota Yogyakarta, diolah

Menurunnya jumlah kasus pelanggaran Perda di tahun 2020 dibanding 2019 ini tidak lepas dari peran Satpol PP dalam pencegahan dan penanganan Pandemi Covid-19. Sebagai bagian dari skema, Satpol PP memiliki tugas untuk melakukan upaya penegakan protocol kesehatan. Upaya tersebut mulai efektif berjalan sejak Bulan Juni hingga Desember ini. Berbagai operasi lapangan telah dilakukan, termasuk yang berkolaborasi dengan tik kesehatan dan aparat keamanan. Jika pada bulan januari - Mei Satpol PP masih focus pada penegakan Perda, pada Bulan Juni – Desember tim tersebut mulai mengalihkan fokusnya pada upaya penegakan protocol kesehatan. Bahkan upaya yang terakhir ini lebih diutamakan karena sifatnya yang urgent. Dari laporan terakhir sampai Bulan November, operasi penegakan protocol kesehatan secara kumulatif menghasilkan temuan pelangggaran sebanyak 2.859 kasus; mulai dari teguran lisan (2.193 kasus), teguran tertulis (188 kasus), sanksi sosial (475 kasus) dan sanksi denda (3 kasus).

Sementara itu, indikator pelanggaran Perda juga mengalami penurunan yang cukup signifikan. Ada dua asumsi yang dapat digunakan. Pertama, bahwa adanya Pandemi Covid-19 menyebabkan masyarakat membatasi aktivitas sehingga otomatis pelanggaran Perda menjadi semakin menurun. Yang kedua adalah bahwa, Satpol PP berfokus pada penegakan pelanggaran Peraturan Kepala Daerah dalam penegakan protocol kesehatan pencegahan Covid-19.

No Indikator

Kinerja Formula Perhitungan

Tahun 2020

Predikat Target Realisasi Capaian

1 Angka Kriminalitas Target –(Realisasi –Target) Target x100% 1.000 601 139,9% Sangat Tinggi 2 Jumlah Pelanggaran Perda Target –(Realisasi –Target) Target x100% 4.299 1.227 171,46%

Rata-Rata Capaian Kinerja 155,68%

Tabel 3.10 Capaian Sasaran Penurunan Gangguan Ketentraman dan Ketertiban 2020

Sumber : BPS dan Satpol PP, diolah

Capaian sasaran 6 ini terhitung sangat signifikan, terutama pada pelanggaran Perda. Jika diperbandingkan dengan Tahun sebelumnya, jumlah pelanggaran yang dipantau dan dilaporkan masyarakat ini turun drastis dari 4.299 menjadi 1.227. Secara lebih spesifik, data pelanggaran Perda tersebut dipilah berdasarkan isu berikut; Menara Telkom, Penjualan Miras, Ijin Usaha, Pengelolaan Kebersihan, PKL, Kepariwisataan, Pemotongan Hewan dan Penanganan Daging, Perparkiran, Ijin Pondokan, Gedung, Reklame dan Ijin gangguan, Pelacuran serta Gelandangan dan Pengemis. Diantara isu tersebut, jumlah kasus yang paling banyak adalah Reklame, PKL dan Gedung. Sementara itu, jenis pelanggaran yang tidak ditemukan adalah Ijin Usaha, Pengelolaan Kebersihan, serta Gelandangan dan Pengemis. Perbandingan sepintas temuan pelanggaran Perda antara Tahun 2020 ini dengan Tahun 2019, prerbedaannya cukup signifikan. Selisih yang paling mencolok terlihat pada data Reklame dan PKL. 914 9 2939 28 207 67 5 92 11 27 277 10 775 13 98 9 27 15 0 3

Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) Menara Telekomunikasi dan Fiber Optik (FO) Ijin Penyelenggaraan Reklame Penanganan Penyakit Masyarakat Bangunan Gedung Ijin Penyelenggaraan Pondokan Ijin Penjualan Minuman Beralkohol Penyelenggaraan Perparkiran Pemotongan Hewan dan Penanganan Daging Penyelenggaraan Kepariwisataan

2020 2019

Gambar 3.22 Jumlah Pelanggaran Perda Berdasarkan Jenis Pelanggaran 2019-2020

Sumber: Satpol PP Kota Yogyakarta, diolah

Menurunnya jumlah kasus pelanggaran Perda di tahun 2020 dibanding 2019 ini tidak lepas dari peran Satpol PP dalam pencegahan dan penanganan Pandemi Covid-19. Sebagai bagian dari skema, Satpol PP memiliki tugas untuk melakukan upaya penegakan protocol kesehatan. Upaya tersebut mulai efektif berjalan sejak Bulan Juni hingga Desember ini. Berbagai operasi lapangan telah dilakukan, termasuk yang berkolaborasi dengan tik kesehatan dan aparat keamanan. Jika pada bulan januari - Mei Satpol PP masih focus pada penegakan Perda, pada Bulan Juni – Desember tim tersebut mulai mengalihkan fokusnya pada upaya penegakan protocol kesehatan. Bahkan upaya yang terakhir ini lebih diutamakan karena sifatnya yang urgent. Dari laporan terakhir sampai Bulan November, operasi penegakan protocol kesehatan secara kumulatif menghasilkan temuan pelangggaran sebanyak 2.859 kasus; mulai dari teguran lisan (2.193 kasus), teguran tertulis (188 kasus), sanksi sosial (475 kasus) dan sanksi denda (3 kasus).

Penurunan gangguan ketertiban dan ketentraman didekati dengan 3 proses bisnis: Manajemen, Utama dan Pendukung. Disamping aspek manajemen, terdapat 2 skema intervensi utama yang digunakan, yaitu Preventif dan Represif. Preventif atau upaya pencegahan merupakan skema untuk mengantisipasi agar pelanggaran tidak dilakukan. Sedangkan Represif atau upaya penindakan merupakan skema untuk memberikan punishment bagi para pelanggar dengan tujuan memberikan efek jera dan tidak terjadi pelanggaran serupa dikemudian hari. Sebagian besar dari upaya represif ini –yaitu terkait penindakan kriminalitas- tidak bisa dilakukan sendiri oleh Pemerintah Kota. Oleh karena itu, perlu keterlibatan stakeholder lain yang memiliki kewenangan lebih dominan, dalam hal ini adalah aparat penegak hukum. Dalam Proses Bisnis diatas, keterlibatan aparat penegak hukum diakomodir dalam skema kerjasama. Karena tupoksi aparat penegak hukum diluar kendali kewenangan Pemerintah Kota, meski krusial, skema tersebut menjadi aspek pendukung untuk mencapai sasaran 6 ini.

Setiap skema intervensi, baik utama maupun pendukung, selanjutnya diturunkan kedalam logical-framework berbagai skema operasional turunan, yang pelaksanaanya dilakukan beberapa OPD sesuai Tupoksi masing-masing. OPD yang memiliki peran dominan adalah Satpol PP, yang memiliki ketugasan dalam upaya

Framework Kebijakan

Gambar 3.23 Proses Bisnis Sasaran 6 Gangguan Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat Menurun

Sumber : Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

pencegahan sekaligus penindakan. Kantor Kesbang dan 14 Kecamatan juga memiliki peran signifikan dalam upaya pencegahan dan kerjasama dengan aparat penegak hukum. OPD lainnya ikut berperan dalam upaya pencegahan, meliputi Dispora, Dindik, Dinsos, Dinas Dalduk KB, serta Bagian Tapem dan Kesra.

Gambar 3.24 Logframe Pemerintah dalam Gangguan Ketrentraman dan Ketertiban Masyarakat

Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

Satpol PP melakukan upaya preventif melalui pembinaan dan mobilisasi Linmas. Aktivitas yang dilakukan diantaranya pembekalan, pelatihan dan sarasehan anggota Linmas, serta pengamanan wilayah dan piket rescue oleh Linmas. Upaya preventif ini juga didekati melalui pembinaan gerakan kampong panca tertib yang bertujuan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk ketertiban. Upaya tersebut didukung oleh Kantor Kesbang melalui kegiatan pemantapan wawasan kebangsaan. Dispora juga memiliki skema pendukung dengan sasaran pemuda dan support kegiatan keolah-ragaan. Dinas Pendidikan mendekati upaya preventif ini melalui pengembangan pembelajaran dan pengelolaan kesiswaan baik tingkat SD maupun SMP. Dinas Sosial bersinergi dengan memberdayakan beberapa elemen masyarakat sebagai potensi sumber kesejahteraan sosial, termasuk Karang Taruna. Dinas Dalduk KB mendekati dengan upaya pembinaan pembangunan berbasis keluarga. Sementara itu, Bagian Tapra melalui penyelenggaraan kesejahteraan rakyat. Peran Kecamatan dalam upaya preventif ini meliputi operasi ketertiban masyarakat, peningkatan kapasitas Linmas, dan dibeberapa wilayah terdapat pengamanan masyarakat, sosialisasi pencegahan pelanggaran Perda, dan penyuluhan serta pembinaan PKL.

Upaya penindakan yang dilakukan Satpol PP diantaranya melalui penegakan peraturan perundang-undangan. Operasionalisasinya dilakukan melalui penegakan

Penurunan gangguan ketertiban dan ketentraman didekati dengan 3 proses bisnis: Manajemen, Utama dan Pendukung. Disamping aspek manajemen, terdapat 2 skema intervensi utama yang digunakan, yaitu Preventif dan Represif. Preventif atau upaya pencegahan merupakan skema untuk mengantisipasi agar pelanggaran tidak dilakukan. Sedangkan Represif atau upaya penindakan merupakan skema untuk memberikan punishment bagi para pelanggar dengan tujuan memberikan efek jera dan tidak terjadi pelanggaran serupa dikemudian hari. Sebagian besar dari upaya represif ini –yaitu terkait penindakan kriminalitas- tidak bisa dilakukan sendiri oleh Pemerintah Kota. Oleh karena itu, perlu keterlibatan stakeholder lain yang memiliki kewenangan lebih dominan, dalam hal ini adalah aparat penegak hukum. Dalam Proses Bisnis diatas, keterlibatan aparat penegak hukum diakomodir dalam skema kerjasama. Karena tupoksi aparat penegak hukum diluar kendali kewenangan Pemerintah Kota, meski krusial, skema tersebut menjadi aspek pendukung untuk mencapai sasaran 6 ini.

Setiap skema intervensi, baik utama maupun pendukung, selanjutnya diturunkan kedalam logical-framework berbagai skema operasional turunan, yang pelaksanaanya dilakukan beberapa OPD sesuai Tupoksi masing-masing. OPD yang memiliki peran dominan adalah Satpol PP, yang memiliki ketugasan dalam upaya

Framework Kebijakan

Gambar 3.23 Proses Bisnis Sasaran 6 Gangguan Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat Menurun

Sumber : Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

pencegahan sekaligus penindakan. Kantor Kesbang dan 14 Kecamatan juga memiliki peran signifikan dalam upaya pencegahan dan kerjasama dengan aparat penegak hukum. OPD lainnya ikut berperan dalam upaya pencegahan, meliputi Dispora, Dindik, Dinsos, Dinas Dalduk KB, serta Bagian Tapem dan Kesra.

Gambar 3.24 Logframe Pemerintah dalam Gangguan Ketrentraman dan Ketertiban Masyarakat

Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

Satpol PP melakukan upaya preventif melalui pembinaan dan mobilisasi Linmas. Aktivitas yang dilakukan diantaranya pembekalan, pelatihan dan sarasehan anggota Linmas, serta pengamanan wilayah dan piket rescue oleh Linmas. Upaya preventif ini juga didekati melalui pembinaan gerakan kampong panca tertib yang bertujuan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk ketertiban. Upaya tersebut didukung oleh Kantor Kesbang melalui kegiatan pemantapan wawasan kebangsaan. Dispora juga memiliki skema pendukung dengan sasaran pemuda dan support kegiatan keolah-ragaan. Dinas Pendidikan mendekati upaya preventif ini melalui pengembangan pembelajaran dan pengelolaan kesiswaan baik tingkat SD maupun SMP. Dinas Sosial bersinergi dengan memberdayakan beberapa elemen masyarakat sebagai potensi sumber kesejahteraan sosial, termasuk Karang Taruna. Dinas Dalduk KB mendekati dengan upaya pembinaan pembangunan berbasis keluarga. Sementara itu, Bagian Tapra melalui penyelenggaraan kesejahteraan rakyat. Peran Kecamatan dalam upaya preventif ini meliputi operasi ketertiban masyarakat, peningkatan kapasitas Linmas, dan dibeberapa wilayah terdapat pengamanan masyarakat, sosialisasi pencegahan pelanggaran Perda, dan penyuluhan serta pembinaan PKL.

Upaya penindakan yang dilakukan Satpol PP diantaranya melalui penegakan peraturan perundang-undangan. Operasionalisasinya dilakukan melalui penegakan

Perda secara Yustisi, sidang tindak pidana ringan, penyidikan kasus, dan penegakan hukum terhadap saksi/ tersangka yang tidak memenuhi panggilan PPNS. Selain itu, operasi ketertiban umum juga dilakukan, yang meliputi penindakan hukum secara terpadu, operasi penertiban gabungan, pengendalian kawasan tertib, serta pengendalian keamanan dan ketertiban kawasan khusus. Pemantapan kewaspadaan dini masyarakat dilakukukan dengan patrol bina kemling dan pelajar, operasional petugas intel Pol PP, serta monitoring dan penyelidikan. Polisi Pamong Praja sebagai tulang punggung penindakan juga ditingkatkan kapasitasnya melalui kesemaptaan, bimbingan mental, bimbingan teknis, dan workshop. Upaya penindakan ini juga didukung dengan memastikan instrument hukum efektif melalui pengkajian berbagai produk hukum, konsultasi pakar, serta penegakannya di lapangan.

Sebagai instrument pendukung, kerjasama dengan aparat penegak hukum dilakukan melalui 2 tingkat wilayah, Kota dan Kecamatan. Sebagai representasi kota, Kantor Kesbang memiliki kegiatan pemantapan wawasan kebangsaan. Sementara untuk tingkat wilayah, setiap kecamatan menyelenggarakan kegiatan ketentraman dan ketertiban. Upaya Kecamatan tersebut diwujudkan dalam bentuk dukungan bagi koordinasi antar pemerintah dan masyarakat, diantaranya melalui forum pembauran kebangsaan dan forum kewaspadaan dini masyarakat serta di beberapa wilayah terdapat pelatihan bela negara bagi generasi muda serta dan workshop FKUB.

Pelaksanaan, Permasalahan dan Rekomendasi Kebijakan

Sebagaimana disinggung sebelumnya, upaya penurunan gangguan ketentraman dan ketertiban masyarakat dominan dilaksanakan oleh Satpol PP. OPD lainnya memberikan dukungan secara tidak langsung. Disamping itu, pelaksanaan kebijakan diwarnai dengan adanya Pandemi yang menginterupsi kelancaran kegiatan. Satpol PP sendiri sebagai

leading sector pencapaian sasaran penurunan gangguan keamanan dan ketertiban fokus pada penanganan p e l a n g g a r a n p r o k e s P a n d e m i , terutama pada paruh kedua tahun 2020. Namun demikian, adanya kebijakan dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah terkait dengan mewabahnya pandemi Covid-19 untuk membatasi segala bentuk aktivitas sosial dan aktivitas ekonomi di daerah, serta himbauan menunda

perjalanan ke luar daerah, mungkin justru mengurangi potensi terjadinya pelanggaran perda di Kota Yogyakarta. Dampaknya sebagaimana dijelaskan diatas,

jumlah pelanggaran peraturan daerah menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Jumlah realisasi 1.227 pelanggaran didapat dari penegakan perda secara non yustisi sebesar 1.027 pelanggaran dan secara yustisi sebesar 200 pelanggaran, baik yang didapat dari laporan masyarakat terkait adanya indikasi pelanggaran perda dan dari hasil operasi petugas di lapangan. Kegiatan patroli secara rutin oleh petugas Pol PP dalam rangka monitoring dan operasi penegakan perda dilakukan secara intensif dengan melakukan jadwal patroli di wilayah Kota Yogyakarta dengan pola 3 shift selama 24 jam dalam sehari baik melalui monitoring terbuka maupun monitoring tertutup dengan dukungan personil dari Pol PP Intelijen. Intensifikasi koordinasi baik di internal Pemkot Yogyakarta maupun dengan institusi penegak hukum lainnya (kepolisian, kejaksaan, TNI, dsb) serta kerjasama kemitraan melalui penandatanganan Nota Kesepakatan (MoU) kerjasama, dalam rangka pengawasan, pengendalian, dan penegakan peraturan perundang-undangan di Kota Yogyakarta. Selain itu dukungan personil dari Linmas turut berkontribusi bagi terwujudnya perlindungan masyarakat di Kota Yogyakarta. Laporan masyarakat terkait adanya indikasi pelanggaran perda di wilayah, dilaporkan kepada petugas Bawah Kendali Operasi (BKO) yang ditempatkan di tiap kecamatan sebagai petugas terdepan dalam penanganan masalah pelanggaran perda dan seoptimal mungkin untuk dapat terselesaikan di tingkat wilayah.

Strategi penegakan perda secara preemtif dan preventif dilakukan melalui dukungan, peran serta dan pola kerjasama dengan kemitraan dalam rangka turut menjaga ketentraman dan ketertiban umum serta penegakan perda di Kota Yogyakarta. Meningkatnya peran serta masyarakat juga menjadi faktor pendorong secara tidak langsung terhadap penurunan jumlah pelanggaran perda Kota Yogyakarta melalui pelaksanaan kegiatan pembinaan masyarakat dan sosialisasi Gerakan Panca Tertib berbasis Kampung (melalui Deklarasi dan penandatanganan komitmen serta penumbuhan dan

pemberdayaan Gerakan Kampung Panca Tertib), berbasis sekolah (Pantib for School) dan berbasis komunitas (Pantib for community) yang bertujuan memberikan edukasi dan kesadaran kepada masyarakat, bukan hanya untuk m e n t a a t i p e r a t u r a n p e r u n d a n g -undangan tetapi sekaligus sebagai subjek pendukung dalam menjaga dan mewujudkan ketenteraman, ketertiban umum serta perlindungan masyarakat d a l a m l i n g k u p k a m p u n g p a d a khususnya dan Kota Yogyakarta pada umunya.

Perda secara Yustisi, sidang tindak pidana ringan, penyidikan kasus, dan penegakan hukum terhadap saksi/ tersangka yang tidak memenuhi panggilan PPNS. Selain itu, operasi ketertiban umum juga dilakukan, yang meliputi penindakan hukum secara terpadu, operasi penertiban gabungan, pengendalian kawasan tertib, serta pengendalian keamanan dan ketertiban kawasan khusus. Pemantapan kewaspadaan dini masyarakat dilakukukan dengan patrol bina kemling dan pelajar, operasional petugas intel Pol PP, serta monitoring dan penyelidikan. Polisi Pamong Praja sebagai tulang punggung penindakan juga ditingkatkan kapasitasnya melalui kesemaptaan, bimbingan mental, bimbingan teknis, dan workshop. Upaya penindakan ini juga didukung dengan memastikan instrument hukum efektif melalui pengkajian berbagai produk hukum, konsultasi pakar, serta penegakannya di lapangan.

Sebagai instrument pendukung, kerjasama dengan aparat penegak hukum dilakukan melalui 2 tingkat wilayah, Kota dan Kecamatan. Sebagai representasi kota, Kantor Kesbang memiliki kegiatan pemantapan wawasan kebangsaan. Sementara untuk tingkat wilayah, setiap kecamatan menyelenggarakan kegiatan ketentraman dan ketertiban. Upaya Kecamatan tersebut diwujudkan dalam bentuk dukungan bagi koordinasi antar pemerintah dan masyarakat, diantaranya melalui forum pembauran kebangsaan dan forum kewaspadaan dini masyarakat serta di beberapa wilayah terdapat pelatihan bela negara bagi generasi muda serta dan workshop FKUB.

Pelaksanaan, Permasalahan dan Rekomendasi Kebijakan

Sebagaimana disinggung sebelumnya, upaya penurunan gangguan ketentraman dan ketertiban masyarakat dominan dilaksanakan oleh Satpol PP. OPD lainnya memberikan dukungan secara tidak langsung. Disamping itu, pelaksanaan kebijakan diwarnai dengan adanya Pandemi yang menginterupsi kelancaran kegiatan. Satpol PP sendiri sebagai

leading sector pencapaian sasaran penurunan gangguan keamanan dan ketertiban fokus pada penanganan p e l a n g g a r a n p r o k e s P a n d e m i , terutama pada paruh kedua tahun 2020. Namun demikian, adanya kebijakan dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah terkait dengan mewabahnya pandemi Covid-19 untuk membatasi segala bentuk aktivitas sosial dan aktivitas ekonomi di daerah, serta himbauan menunda

perjalanan ke luar daerah, mungkin justru mengurangi potensi terjadinya pelanggaran perda di Kota Yogyakarta. Dampaknya sebagaimana dijelaskan diatas,

jumlah pelanggaran peraturan daerah menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Jumlah realisasi 1.227 pelanggaran didapat dari penegakan perda secara non yustisi sebesar 1.027 pelanggaran dan secara yustisi sebesar 200 pelanggaran, baik

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. H.Haryadi Suyuti (Halaman 76-86)