• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sasaran Strategis 7 Kualitas Pendidikan Meningkat

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. H.Haryadi Suyuti (Halaman 86-94)

KINERJA INDIKATOR UTAMA TAHUN 2020

% Pola Pangan

3.2.7 Sasaran Strategis 7 Kualitas Pendidikan Meningkat

Ketercapaian Sasaran

Peningkatan kualitas pendidikan diukur dengan menggunakan 2 indikator; Angka Rata-Rata Lama Sekolah (ARLS) dan Angka Harapan Lama Sekolah (AHLS). ARLS menunjukan tingkat lama sekolah penduduk usia 25 tahun keatas, sedangkan AHLS digunakan untuk mengestimasi harapan lama sekolah dimasa depan yang bisa dienyam dengan melihat rata-rata proporsi setiap kelompok umur yang bersekolah pada saat ini. Baik UNDP maupun BPS memiliki formula penghitungan dan rentang nilai/ skor yang sama untuk masing-masing indikator (ARLS 0 – 15 Tahun; AHLS 0 – 18 Tahun).

11,42 11,43 11,43 11,45 11,45 11,46 11,43 11,44 11,45 11,46 16,89 16,95 17,01 17,28 17,3 17,33 16,82 17,05 17,28 17,43 10 11 12 13 14 15 16 17 18 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Target RPJMD Rata-rata Lama Sekolah Realisasi Rata-rata Lama Sekolah Target RPJMD Harapan Lama Sekolah Realisasi Harapan Lama Sekolah

Gambar 3.25 Target dan Realisasi Angka Rata-Rata Lama Sekolah dan Angka Harapan Lama Sekolah 2017-2022

Sumber: BPS, diolah

Dengan demikian, target peningkatan kualitas pendidikan Kota Yogyakarta tahun 2020, ditunjukan dari ARLS dan AHLS, dapat terlampaui. Capaian masing-masing indicator adalah 100,48% sebagaimana perhitungan dalam tabel berikut ini. ARLS yang diestimasi setidaknya 11,45 Tahun, terealisasi sebesar 11,46 Tahun. Capaiannya adalah 100,09%. Demikian juga AHLS, realisasinya yang diestimasi mencapai 17,28 Tahun terealisasi sebesar 17,43 Tahun. Jika kedua capaian tersebut digabungkan, maka tingkat capaian rata-rata menjadi 100,48% dengan predikat sangat tinggi.

3.2.7 Sasaran Strategis 7 Kualitas Pendidikan Meningkat

Ketercapaian Sasaran

Peningkatan kualitas pendidikan diukur dengan menggunakan 2 indikator; Angka Rata-Rata Lama Sekolah (ARLS) dan Angka Harapan Lama Sekolah (AHLS). ARLS menunjukan tingkat lama sekolah penduduk usia 25 tahun keatas, sedangkan AHLS digunakan untuk mengestimasi harapan lama sekolah dimasa depan yang bisa dienyam dengan melihat rata-rata proporsi setiap kelompok umur yang bersekolah pada saat ini. Baik UNDP maupun BPS memiliki formula penghitungan dan rentang nilai/ skor yang sama untuk masing-masing indikator (ARLS 0 – 15 Tahun; AHLS 0 – 18 Tahun).

No Indikator

Kinerja Formula Perhitungan

Tahun

Predikat

Target Realisasi Capaian

(%) 1 ARLS 11,45 th 11,46 th 100,09 Sangat Tinggi 2 AHLS 17,28 th 17,43 th 100,87

Rata-rata Capaian Kinerja 100,48

Tabel 3.11 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 7

Sumber : BPS Kota Yogyakarta Tahun 2020, diolah

Gambar 3.26 Perbandingan Realisasi Angka Rata-Rata Lama Sekolah dan Angka Harapan Lama Sekolah 2017-2020

Sumber: BPS, diolah

Apabila dibandingkan dengan Pemda DIY, Rata-rata lama sekolah Kota Yogyakarta dari tahun 2017-2020 senantiasa di atas angka DIY, bahkan tingkat nasional. Demikian pula harapan lama sekolah. Realisasi harapan lama sekolah Kota Yogyakarta tahun 2017-2020 senantiasa di atas DIY dan Nasional. Hal ini menunjukkan kualitas Pendidikan di Kota Yogyakarta sudah cukup bagus dibandingkan daerah lainnya.

Framework Kebijakan

Sasaran peningkatan kualitas pendidikan memiliki skema intervensi yang sangat komprehensif. Sebagaimana ditunjukan dalam proses bisnis dibawah ini, selain aspek manajemen, total terdapat 9 aspek yang memiliki kontribusi terhadap kualitas pendidikan. Empat diantaranya yang paling utama adalah pendidikan (1) SD, (2) SMP, (3) Anak Usia Dini dan (4) Inklusi. 5 aspek lainya yang tidak kalah penting namun memiliki peran pendukung adalah (1) peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga kependidikan, (2) pemenuhan standar dan sarana prasarana pendidikan, (3) penguatan data dan informasi, (4) pengembangan budaya literasi, dan (5) pendidikan masyarakat dan pembinaan lembaga pendidikan ketrampilan.

Gambar 3.27 Proses Bisnis Sasaran 7 Peningkatan Kualitas Pendidikan Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

Skema sebagaimana digambarkan dalam proses bisnis diatas mensyaratkan keterlibatan beberapa OPD yang memiliki ketugasan terkait. Dalam hal ini, Dinas Pendidikan mengambil peran paling pokok, memasuki hampir semua aspek, baik utama maupun pendukung. Beberapa OPD lain yang ikut berkontribusi dalam aspek utama adalah Dispora (Pendidikan SMP), Kecamatan (PAUD), dan DPMPPA (Pendidikan Inklusi). Aspek pendukung untuk pemenuhan sarpras dilakukan oleh Dinas PUPKP, penguatan data dan informasi oleh Dinsos, pengembangan budaya literasi oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah, dan Pendidikan Masyarakat oleh Dinas Kebudayaan, Dinas Pariwisata dan Kecamatan.

Gambar 3.28 Logframe Pemerintah dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

Dinas Pendidikan memiliki beragam intervensi pada masing-masing aspek. Kegiatan pembinaan dan pengembangan pembelajaran, pengelolaan prestasi siswa, pengelolaan BOS dan BOSDA, serta jaminan pendidikan daerah memperkuat aspek pendidikan, baik SD maupun SMP. Intervensi yang direncanakan untuk SD meliputi pendalaman dan tes pendalaman materi ujian, pendampingan penyusunan kurikulum, Bimtek penyusunan soal ujian dan pembelajaran matematika dan IPA, pembinaan melalui klinik sains, dan fasilitasi partisipasi dalam berbagai kejuaraan: OSN, OOSN, FLSSN, MTQ, lomba dokter kecil dan pekan budaya pelajar. Sedangkan intervensi untuk SMP hampir sama dengan SD, ditambah pelaksanaan pendidikan Agama berbasis afeksi, pengembangan minat bakat, gelar pelajar Jogja, pameran pendidikan, jembatan persahabatan pelajar, serta fasilitasi berbagai kejuaraan: Gala siswa, lomba KIR, olimpiade literasi, dan sekolah sehat. Dispora mendukung aspek pendidikan SMP melalui fasilitasi tri lomba juang, pelatihan 6 cabang olahraga, seleksi dan pengiriman POPDA DIY, serta seleksi dan pembinaan Kelas Khusus Olahraga (KKO) di SMP 13.

2 aspek utama lainnya, PAUD dan Pendidikan Inklusi diampu Dinas Pendidikan dengan masing-masing mendapat dukungan dari Kecamatan dan DPMPPA. Dinas Pendidikan memiliki skema pengelolaan PAUD yang meliputi pembinaan layanan, pendataan, dukungan operasional, pemberian insentif pendidik, jelajah museum, gebyar PAUD, pengadaan sarpras dan rehab sekolah, serta berbagai skema peningkatan SDM: workshop, peningkatan kompetensi, pelatihan pembelajaran media, uji kompetensi, dan bimtek kompetensi pedagogi. Dalam hal pengelolaan PAUD, dukungan Kecamatan juga menyasar pembinaan PAUD di masing-masing kelurahan. Sementara itu, aspek pendidikan inklusi menekankan pada siswa (asesmen dan diklat vokasi siswa lambat), guru (workshop kurikulum ABK dan pemberian insentif guru pendamping khusus), sekolah (workshop pengelolaan sekolah penyelenggara pendidikan inklusi dan pengadaan sarana prasarana SPPI). DPMPPA melakukan dukungan melalui pembentukan, pendampingan dan monev sekolah ramah anak.

Proses pendukung memiliki lebih banyak aspek lagi. Melalui aspek peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga kependidikan, Disdik merencanakan pengembangan kompetensi Guru, pelatihan karya tulis ilmiah, administrasi sekolah dan pendidikan inklusi untuk guru/ GPK, PPG dalam jabatan, pembinaan pegawai/ guru, pendampingan pengusulan angka kredit, penilaian kinerja kepala sekolah, dan induksi guru. Aspek pemenuhan standar dan sarpras pendidikan ditempuh melalui workshop manajemen SD serta SPMI SD dan SMP, penguatan manajemen SMP, pendampingan akreditasi, pelaksanaan evaluasi diri SMP, verifikasi pendirian, penataan dan penutupan sekolah, rehab ringan gedung SD, pengadaan meja, kursi,

Gambar 3.27 Proses Bisnis Sasaran 7 Peningkatan Kualitas Pendidikan Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

Skema sebagaimana digambarkan dalam proses bisnis diatas mensyaratkan keterlibatan beberapa OPD yang memiliki ketugasan terkait. Dalam hal ini, Dinas Pendidikan mengambil peran paling pokok, memasuki hampir semua aspek, baik utama maupun pendukung. Beberapa OPD lain yang ikut berkontribusi dalam aspek utama adalah Dispora (Pendidikan SMP), Kecamatan (PAUD), dan DPMPPA (Pendidikan Inklusi). Aspek pendukung untuk pemenuhan sarpras dilakukan oleh Dinas PUPKP, penguatan data dan informasi oleh Dinsos, pengembangan budaya literasi oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah, dan Pendidikan Masyarakat oleh Dinas Kebudayaan, Dinas Pariwisata dan Kecamatan.

Gambar 3.28 Logframe Pemerintah dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

Dinas Pendidikan memiliki beragam intervensi pada masing-masing aspek. Kegiatan pembinaan dan pengembangan pembelajaran, pengelolaan prestasi siswa, pengelolaan BOS dan BOSDA, serta jaminan pendidikan daerah memperkuat aspek pendidikan, baik SD maupun SMP. Intervensi yang direncanakan untuk SD meliputi pendalaman dan tes pendalaman materi ujian, pendampingan penyusunan kurikulum, Bimtek penyusunan soal ujian dan pembelajaran matematika dan IPA, pembinaan melalui klinik sains, dan fasilitasi partisipasi dalam berbagai kejuaraan: OSN, OOSN, FLSSN, MTQ, lomba dokter kecil dan pekan budaya pelajar. Sedangkan intervensi untuk SMP hampir sama dengan SD, ditambah pelaksanaan pendidikan Agama berbasis afeksi, pengembangan minat bakat, gelar pelajar Jogja, pameran pendidikan, jembatan persahabatan pelajar, serta fasilitasi berbagai kejuaraan: Gala siswa, lomba KIR, olimpiade literasi, dan sekolah sehat. Dispora mendukung aspek pendidikan SMP melalui fasilitasi tri lomba juang, pelatihan 6 cabang olahraga, seleksi dan pengiriman POPDA DIY, serta seleksi dan pembinaan Kelas Khusus Olahraga (KKO) di SMP 13.

2 aspek utama lainnya, PAUD dan Pendidikan Inklusi diampu Dinas Pendidikan dengan masing-masing mendapat dukungan dari Kecamatan dan DPMPPA. Dinas Pendidikan memiliki skema pengelolaan PAUD yang meliputi pembinaan layanan, pendataan, dukungan operasional, pemberian insentif pendidik, jelajah museum, gebyar PAUD, pengadaan sarpras dan rehab sekolah, serta berbagai skema peningkatan SDM: workshop, peningkatan kompetensi, pelatihan pembelajaran media, uji kompetensi, dan bimtek kompetensi pedagogi. Dalam hal pengelolaan PAUD, dukungan Kecamatan juga menyasar pembinaan PAUD di masing-masing kelurahan. Sementara itu, aspek pendidikan inklusi menekankan pada siswa (asesmen dan diklat vokasi siswa lambat), guru (workshop kurikulum ABK dan pemberian insentif guru pendamping khusus), sekolah (workshop pengelolaan sekolah penyelenggara pendidikan inklusi dan pengadaan sarana prasarana SPPI). DPMPPA melakukan dukungan melalui pembentukan, pendampingan dan monev sekolah ramah anak.

Proses pendukung memiliki lebih banyak aspek lagi. Melalui aspek peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga kependidikan, Disdik merencanakan pengembangan kompetensi Guru, pelatihan karya tulis ilmiah, administrasi sekolah dan pendidikan inklusi untuk guru/ GPK, PPG dalam jabatan, pembinaan pegawai/ guru, pendampingan pengusulan angka kredit, penilaian kinerja kepala sekolah, dan induksi guru. Aspek pemenuhan standar dan sarpras pendidikan ditempuh melalui workshop manajemen SD serta SPMI SD dan SMP, penguatan manajemen SMP, pendampingan akreditasi, pelaksanaan evaluasi diri SMP, verifikasi pendirian, penataan dan penutupan sekolah, rehab ringan gedung SD, pengadaan meja, kursi,

almari dan sarpras lainya, dan fasilitasi lomba gugus depan unggul SD. Upaya pemenuhan sarpras tersebut didukung Dinas PUPKP dengan rehab berat 2 unit sekolah dan penyusunan DED 2 SD.

Intervensi terkait penguatan data dan informasi meliputi pelaksanaaan KBS online, rangkuman data pendidikan, pengelolaan Dapodik dan informasi pendidikan, fasilitasi penyelenggaraan PPDB online, serta pengembangan dan pengelolaan aplikasi. Sementara itu, Dinsos mendukung aspek ini melalui verifikasi lapangan data siswa yang membutuhan jaminan pendidikan daerah namun belum teridentifikasi sebagai sasaran. Pengembangan budaya literasi diperankan oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip melalui berbagai skema pengelolaan perpustakaan (perpustakaan dan internet keliling, pembinaan perpustakaan sekolah dan instansi, serta pengelolaan perpustakaan pemerintah), pemasayarakatan budaya gemar membaca (lomba bercerita SD, pembacaan cerita rakyat di radio, pelatihan menulis dan pengelolaan perpustakaan, lomba minat baca dan perpustakaan, diskusi buku, seminar perpustakaan, program ramadhan dan liburan di perpustakaan, gerakan sumbang buku), pelestarian koleksi pustaka (pemeliharaan koleksi bahan pustaka dan naskah kuno, serta pengembangan bahan pustaka, terbitan berkala danalat peraga edukatif), serta pengelolaan data, system informasi perpustakaan (pengelolaan system perpustakaan dan digital library dan majalah bookie). Untuk pendidikan masyarakat dan pembinaan LPK, Disdik melakukan pembinaan terhadap lembaga pendidikan ketrampilan dengan pendaftaran akreditasi lembaga PNF, bintek akreditasi lembaga kursus dan uji kompetensi instruktur kursus, pendidikan vokasional, serta lomba lembaga kursus berprestasi dan apresiasi GTK PAUD dan Dikmasi. Upaya ini didukung oleh Dinas Kebudayaan melalui beberapa jenis lomba dan kompetisi (museum, sejarah, lukis, serta bahasa dan sastra). Sementara itu, Dinas Pariwisata mendukungnya melalui layanan di Taman Pintar, dan kecamatan melalui fasilitasi lembaga kemastarakatan di tiap kelurahan.

Pelaksanaan, Permasalahan dan Rekomendasi Kebijakan

Dengan adanya pandemi Covid-19 yang dampaknya mulai terasa akhir Maret, Banyak kebijakan Pemerintah Kota Yogyakarta yang dipending atau dialihkan. Terkait pencapaian sasaran 7, dimana pendidikan menjadi inti intervensi, setidaknya Pandemi menyebabkan 3 hal berikut;

1. Metode pembelajaran secara drastis diubah menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ)

2. Intervensi yang terkait dengan pemusatan banyak orang, misalkan lomba/ kompetisi dan sosialisasi, dipending atau dialihkan dengan metode alternative yang meminimalisir resiko penularan, meski sebagian yang

diagendakan sebelum Pandemi sudah terlaksana, diantaranya Try Out dan tambahan pelajaran oleh Dindik, cabang olah raga tim oleh Dispora, pembentukan sekolah ramah anak oleh DPMPPA, serta kunjungan siswa ke museum oleh Dinas Kebudayaan

3. Adanya kebijakan refocusing anggaran menyebabkan beberapa aktivitas yang dirasa kurang urgent tidak dilaksanakan, namun beberapa aktivitas lain yang bersentuhan langsung dengan upaya pencegahan dan penanganan pandemi yang tidak direncanakan sebelumnya harus dilaksanakan.

Dindik yang kerangka intervensinya mendominasi pencapaian sasaran 7, memiliki tanggung-jawab pokok untuk menyukseskan penerapan kebijakan PJJ. Peralihan dari off-line ke on-line tersebut secara umum diselenggarakan melalui kanal zoom, google meet, whatsapp group, dan youtube. Konsultasi belajar siswa dialihkan dari website ke zoom dan live streaming yang difasilitasi di kantor Dinas supaya bisa lebih interaktif. Untuk sharing materi, guru mata pelajaran upload materi secara online yang bisa diakses berdasarkan grup kelompok mata pelajaran atau Musawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Untuk mendukung kesiapan guru, Dindik melakukan peningkatan kapasitas guru untuk melakukan metode PJJ. Sementara itu, untuk mengantisipasi persoalan aksesibilitas teknologi, Guru juga melakukan kunjungan ke balai RW atau rumah tokoh, jalan beberapa saat, namun kemudian dievaluasi kurang efektif sehingga dihentikan.

Jaminan pendidikan daerah disalurkan secara non-tunai untuk kepentingan belanja terkait keperluan sekolah, yaitu d e n g a n m e n g g u n a k a n d e b i t c a r d , kerjasama dengan BPD dan Merchant partner. Penyaluran dilakukan per-semester secara bertahap. Beasiswa prestasi kelurahan berdasarkan nilai UAN dihapus, senyampang dihapuskannya UAN. Sementara itu, terdapat beasiswa mahasiswa miskin berupa bantuan Living Cost. Alokasi BOS difokuskan untuk pencegahan Pandemi, khusuxnya penyediaan sarana

prasarana pencegahan Covid, serta untuk mendukung pelaksanaan PJJ.

Terkait lomba dan kompetisi, semua lomba yang direncanakan Dinas Pendidikan distop, kompetisi siswa yang diselenggarakan secara nasional dilakukan secara online dengan format Computer Based Test (CBT). Lomba siswa SD bercerita yang

almari dan sarpras lainya, dan fasilitasi lomba gugus depan unggul SD. Upaya pemenuhan sarpras tersebut didukung Dinas PUPKP dengan rehab berat 2 unit sekolah dan penyusunan DED 2 SD.

Intervensi terkait penguatan data dan informasi meliputi pelaksanaaan KBS online, rangkuman data pendidikan, pengelolaan Dapodik dan informasi pendidikan, fasilitasi penyelenggaraan PPDB online, serta pengembangan dan pengelolaan aplikasi. Sementara itu, Dinsos mendukung aspek ini melalui verifikasi lapangan data siswa yang membutuhan jaminan pendidikan daerah namun belum teridentifikasi sebagai sasaran. Pengembangan budaya literasi diperankan oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip melalui berbagai skema pengelolaan perpustakaan (perpustakaan dan internet keliling, pembinaan perpustakaan sekolah dan instansi, serta pengelolaan perpustakaan pemerintah), pemasayarakatan budaya gemar membaca (lomba bercerita SD, pembacaan cerita rakyat di radio, pelatihan menulis dan pengelolaan perpustakaan, lomba minat baca dan perpustakaan, diskusi buku, seminar perpustakaan, program ramadhan dan liburan di perpustakaan, gerakan sumbang buku), pelestarian koleksi pustaka (pemeliharaan koleksi bahan pustaka dan naskah kuno, serta pengembangan bahan pustaka, terbitan berkala danalat peraga edukatif), serta pengelolaan data, system informasi perpustakaan (pengelolaan system perpustakaan dan digital library dan majalah bookie). Untuk pendidikan masyarakat dan pembinaan LPK, Disdik melakukan pembinaan terhadap lembaga pendidikan ketrampilan dengan pendaftaran akreditasi lembaga PNF, bintek akreditasi lembaga kursus dan uji kompetensi instruktur kursus, pendidikan vokasional, serta lomba lembaga kursus berprestasi dan apresiasi GTK PAUD dan Dikmasi. Upaya ini didukung oleh Dinas Kebudayaan melalui beberapa jenis lomba dan kompetisi (museum, sejarah, lukis, serta bahasa dan sastra). Sementara itu, Dinas Pariwisata mendukungnya melalui layanan di Taman Pintar, dan kecamatan melalui fasilitasi lembaga kemastarakatan di tiap kelurahan.

Pelaksanaan, Permasalahan dan Rekomendasi Kebijakan

Dengan adanya pandemi Covid-19 yang dampaknya mulai terasa akhir Maret, Banyak kebijakan Pemerintah Kota Yogyakarta yang dipending atau dialihkan. Terkait pencapaian sasaran 7, dimana pendidikan menjadi inti intervensi, setidaknya Pandemi menyebabkan 3 hal berikut;

1. Metode pembelajaran secara drastis diubah menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ)

2. Intervensi yang terkait dengan pemusatan banyak orang, misalkan lomba/ kompetisi dan sosialisasi, dipending atau dialihkan dengan metode alternative yang meminimalisir resiko penularan, meski sebagian yang

diagendakan sebelum Pandemi sudah terlaksana, diantaranya Try Out dan tambahan pelajaran oleh Dindik, cabang olah raga tim oleh Dispora, pembentukan sekolah ramah anak oleh DPMPPA, serta kunjungan siswa ke museum oleh Dinas Kebudayaan

3. Adanya kebijakan refocusing anggaran menyebabkan beberapa aktivitas yang dirasa kurang urgent tidak dilaksanakan, namun beberapa aktivitas lain yang bersentuhan langsung dengan upaya pencegahan dan penanganan pandemi yang tidak direncanakan sebelumnya harus dilaksanakan.

Dindik yang kerangka intervensinya mendominasi pencapaian sasaran 7, memiliki tanggung-jawab pokok untuk menyukseskan penerapan kebijakan PJJ. Peralihan dari off-line ke on-line tersebut secara umum diselenggarakan melalui kanal zoom, google meet, whatsapp group, dan youtube. Konsultasi belajar siswa dialihkan dari website ke zoom dan live streaming yang difasilitasi di kantor Dinas supaya bisa lebih interaktif. Untuk sharing materi, guru mata pelajaran upload materi secara online yang bisa diakses berdasarkan grup kelompok mata pelajaran atau Musawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Untuk mendukung kesiapan guru, Dindik melakukan peningkatan kapasitas guru untuk melakukan metode PJJ. Sementara itu, untuk mengantisipasi persoalan aksesibilitas teknologi, Guru juga melakukan kunjungan ke balai RW atau rumah tokoh, jalan beberapa saat, namun kemudian dievaluasi kurang efektif sehingga dihentikan.

Jaminan pendidikan daerah disalurkan secara non-tunai untuk kepentingan belanja terkait keperluan sekolah, yaitu d e n g a n m e n g g u n a k a n d e b i t c a r d , kerjasama dengan BPD dan Merchant partner. Penyaluran dilakukan per-semester secara bertahap. Beasiswa prestasi kelurahan berdasarkan nilai UAN dihapus, senyampang dihapuskannya UAN. Sementara itu, terdapat beasiswa mahasiswa miskin berupa bantuan Living Cost. Alokasi BOS difokuskan untuk pencegahan Pandemi, khusuxnya penyediaan sarana

prasarana pencegahan Covid, serta untuk mendukung pelaksanaan PJJ.

Terkait lomba dan kompetisi, semua lomba yang direncanakan Dinas Pendidikan distop, kompetisi siswa yang diselenggarakan secara nasional dilakukan secara online dengan format Computer Based Test (CBT). Lomba siswa SD bercerita yang

dilakukan oleh Dinas Arsip dan Perpustakaan juga diubah metodenya secara online pada tahap penyisihan. Metode offline dilakukan saat final, dimana antar finalis menunjukan kemahiran bercerita pada waktu yang berbeda-beda. Kelas menulis SD dan SMP menghasilkan buku antologi 78 cerita. Lomba cerdas cermat Museum (SMP) dan sejarah (SMA), kompetisi bahasa dan sastra untuk semua jenjang, serta lomba lukis DIY-Kyoto tetap diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dengan inovasi metode menyesuaikan pandemic.

Intervensi lain terkait sekolah dan pendidikan masyarakat, pembentukan sekolah ramah anak dilakukan dengan cara pembekalan dan deklarasi komitmen pengelola sekolah. Dalam pelaksanaan, DPMPPA melakukan monev ke sekolah tersebut. Karena sifatnya kegiatannya yang off-line dan cenderung mengumpulkan banyak orang, ada penurunan target dari 25 menjadi 15, serta pendampingan dihentikan selama Pandemi. Pembinaan perpustakaan tetap dilaksanakan dengan melibatkan 15 pustakawan, masing-masing mendampingi 8 perpustakaan. Dalam rangka menumbuhkan tingkat literasi masyarakat, aktivitas kampong baca di 7 lokasi kampong tetap diselenggarakan, dengan kolaborasi Dinas Pendidikan (anggaran pengelolaan), Dinas Arsip dan Perpustakaan (Buku dan Peralatan) dan Dinas Kominfo (jaringan internet). Selain Kampung Baca, intervensi berbasis komunitas juga dilakukan melalui skema Jam Belajar Masyarakat (JBM). Skema ini dijalankan di seluruh 617 RW di Kota Yogyakarta, dimana aktivitas komunitas yang berorientasi untuk mendukung pendidikan dibantu pendanaanya oleh Pemerintah Kota.

Disamping semua intervensi yang telah dilaksanakan, upaya untuk menangani anak putus sekolah terus dilakukan. Identifikasi anak putus sekolah disisir melalui data siswa Dinas Pendidikan (Dapodik) dan Kementerian Agama (Emis). Tujuannya adalah untuk mengumpulkan data anak putus sekolah yang bersekolah dimasing-masing institusi pendidikan dasar di wilayah Kota Yogyakarta. Namun persoalannya adalah tidak semua penduduk Kota Yogyakarta bersekolah di dalam kota. Dimungkinkan terdapat sejumlah anak yang bersekolah di luar kota sehingga jika putus sekolah tidak terdeteksi di database. Identifikasi dilakukan dengan memanfaatkan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang merupakan database penduduk dengan tingkat kesejahteraan 40% terbawah dari Kementerian Sosial. Disamping itu, Dinas Pendidikan juga memanfaatkan jaringan pengelola JBM di setiap RW agar melaporkan warganya yang putus sekolah, dan saat ini baru dalam proses rekap. Intervensi yang dipersiapkan untuk penangannya adalah dengan memfasilitasi pendanaan supaya anak tersebut kembali ke sekolah.

Dari pelaksanaan intervensi sepanjang tahun 2020 sebagaimana dijelaskan diatas, setidaknya terdapat beberapa persoalan yang dihadapi dilapangan. Salah satunya terkait upaya identifikasi anak putus sekolah. Data tersedia yang dimiliki

adalah data siswa yang terdata di DAPODIK dan EMIS masing-masing sekolah. Untuk mengidentifikasi jumlah anak putus sekolah, data tersebut di-overlay dengan data kependudukan dari Dindukcapil. Untuk lebih mengkerucutkan prioritas penanganan, overlay juga dilakukan dengan basis data masyarakat dengan tingkat kesejahteraan rendah digunakan. Disini diasumsikan bahwa persoalan putus sekolah secara umum disebabkan problem ekonomi keluarga, sehingga kelompok yang berpotensi putus sekolah adalah kelompok miskin atau tingkat kesejahteraan rendah. Ada dua basis data terkait, yaitu Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kementerian Sosial, dan Data Keluarga Sasaran Jaminan Perlindungan Sosial (KSJPS) Pemerintah Kota. Dua basis data tersebut meski metode dan proses pendataanya berbeda, jika dioverlay, menghasilkan irisan yang dominan, dimana 76% KSJPS masuk dalam DTKS. DTKS sendiri mengandung informasi kepesertaan keluarga sasaran dalam PKH. Keikutsertaan dalam PKH diasumsikan keluarga tersebut mendapatkan bantuan tunai yang bisa dialokasikan untuk membiayai pendidikan. Dengan demikian, keluarga dengan tingkat kesejahteraan rendah namun tergabung dalam program PKH tidak diikutkan sebagai kelompok berpotensi putus sekolah.

Pengolahan overlay beberapa basis data tersebut menghasilkan daftar anak usia sekolah yang terindikasi tidak sekolah. Baru indikasi dikarenakan hanya olah

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. H.Haryadi Suyuti (Halaman 86-94)