• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sasaran Strategis 1 Kemiskinan Masyarakat Menurun

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. H.Haryadi Suyuti (Halaman 42-60)

KINERJA INDIKATOR UTAMA TAHUN 2020

3.2.1 Sasaran Strategis 1 Kemiskinan Masyarakat Menurun

7.70 7.58 6.24 13.97 10.17 7.1 7.64 6.98 6.84 7.27 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Target Realisasi 6.98 6.84 7.27 12.13 11.7 12.28 9.82 9.41 9.78 2018 2019 2020

Kota Yogyakarta Prov DI Yogyakarta Nasional

Gambar 3.2 Grafik Target dan Realisasi Kemiskinan Kota Yogyakarta (2017-2020)

Sumber : BPS, 2020

Namun apabila dibandingkan dengan target akhir RPJMD Tahun 2022, realisasi 2020 sebesar 7,27 masih belum melampaui target. Hal ini menjadi perhatian Pemerintah Kota Yogyakarta untuk terus melakukan berbagai upaya guna menurunkan angka kemiskinan. Sedangkan jika dibandingkan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta, angka kemiskinan Kota Yogyakarta relative lebih rendah dari tahun ke tahun. Termasuk jika dibandingkan dengan tingkat Nasional, angka kemiskinan Kota Yogyakarta juga relative selalu lebih rendah. Meskipun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tren angka kemiskinan mengalami kenaikan.

Tren melonjaknya tingkat kemiskinan tersebut bukan hanya spesifik dialami kota Yogyakarta. Fenomena ini merata terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Kemungkinan hal tersebut memiliki korelasi dengan adanya Pandemi Covid-19, yang dampaknya terasa sejak Bulan Maret 2020. Oleh karena sifatnya yang mudah menular melalui kontak antar manusia, pembatasan-pembatasan sosial secara intensif dilakukan. Kondisi ini menyebabkan menurunnya aktivitas ekonomi di masyarakat. Permintaan menurun dikarenakan masyarakat tidak dapat bergerak bebas, pendapatan pun semakin terbatas terutama bagi mereka yang menggantungkan konsumsi dari pendapatan yang dihasilkan pada hari yang sama. Dampaknya adalah menurunnya aktivitas ekonomi masyarakat secara keseluruhan, sehingga berpengaruh terhadap tingkat pendapatan dan kemudian tingkat konsumsi masyarakat yang digunakan sebagai basis estimasi tingkat kemiskinan.

Indikator

Kinerja Cara Perhitungan

Tahun 2020

Predikat Target Realisasi Capaian

(%)

Angka Kemiskinan

Target –(Realisasi –target) Target

x 100%

13,97 7,27 147,96 SangatTinggi Sumber : BPS 2020 dan Bappeda, diolah

3.2. EVALUASI DAN ANALISIS CAPAIAN 1.1

KINERJA INDIKATOR UTAMA TAHUN 2020

Ketercapaian Sasaran

Sasaran Kemiskinan Masyarakat Menurun diukur dengan Angka kemiskinan BPS, yaitu persentase jumlah penduduk yang memiliki tingkat pengeluaran dibawah garis kemiskinan terhadap keseluruhan penduduk kota Yogyakarta. Garis kemiskinan sendiri merupakan batas nilai rupiah pengeluaran konsumsi (makanan dan non makanan) perkapita perbulan. Untuk Tahun 2020, BPS menetapkan garis kemiskinan kota Yogyakarta Rp 533.423,- perkapita perbulan. Nilai tersebut kemudian dijadikan baseline untuk menentukan persentase penduduk miskin, dimana semua individu yang memiliki tingkat konsumsi dibawah nilai tersebut digolongkan sebagai penduduk miskin.

Berdasarkan tolok ukur tersebut, jumlah penduduk miskin di kota Yogyakarta tahun 2020 diestimasi sebanyak 31.620 Jiwa. Jika dibandingkan dengan estimasi jumlah penduduk pada periode yang sama, yang oleh BPS diestimasi sekitar 434.938 Jiwa, maka diketahui bahwa tingkat kemiskinannya adalah 7,27. Sehubungan dengan adanya Pandemi Covid-19, Pemerintah Kota Yogyakarta telah menetapkan perubahan target angka kemiskinan yang semula 6,15 menjadi 13,97. Perubahan target ini mendasarkan analisis berbasis data estimasi pertumbuhan ekonomi, dimana terdapat lonjakan jumlah orang miskin terdampak Pandemi. Dengan tolok ukur tersebut, realisasi di Tahun 2020 telah melampaui target yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja. Namun apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, angka kemiskinan mengalami peningkatan sebesar 0,43 pada tahun 2020.

3.2.1 Sasaran Strategis 1 Kemiskinan Masyarakat Menurun

7.70 7.58 6.24 13.97 10.17 7.1 7.64 6.98 6.84 7.27 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Target Realisasi 6.98 6.84 7.27 12.13 11.7 12.28 9.82 9.41 9.78 2018 2019 2020

Kota Yogyakarta Prov DI Yogyakarta Nasional

Gambar 3.2 Grafik Target dan Realisasi Kemiskinan Kota Yogyakarta (2017-2020)

Sumber : BPS, 2020

Namun apabila dibandingkan dengan target akhir RPJMD Tahun 2022, realisasi 2020 sebesar 7,27 masih belum melampaui target. Hal ini menjadi perhatian Pemerintah Kota Yogyakarta untuk terus melakukan berbagai upaya guna menurunkan angka kemiskinan. Sedangkan jika dibandingkan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta, angka kemiskinan Kota Yogyakarta relative lebih rendah dari tahun ke tahun. Termasuk jika dibandingkan dengan tingkat Nasional, angka kemiskinan Kota Yogyakarta juga relative selalu lebih rendah. Meskipun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tren angka kemiskinan mengalami kenaikan.

Tren melonjaknya tingkat kemiskinan tersebut bukan hanya spesifik dialami kota Yogyakarta. Fenomena ini merata terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Kemungkinan hal tersebut memiliki korelasi dengan adanya Pandemi Covid-19, yang dampaknya terasa sejak Bulan Maret 2020. Oleh karena sifatnya yang mudah menular melalui kontak antar manusia, pembatasan-pembatasan sosial secara intensif dilakukan. Kondisi ini menyebabkan menurunnya aktivitas ekonomi di masyarakat. Permintaan menurun dikarenakan masyarakat tidak dapat bergerak bebas, pendapatan pun semakin terbatas terutama bagi mereka yang menggantungkan konsumsi dari pendapatan yang dihasilkan pada hari yang sama. Dampaknya adalah menurunnya aktivitas ekonomi masyarakat secara keseluruhan, sehingga berpengaruh terhadap tingkat pendapatan dan kemudian tingkat konsumsi masyarakat yang digunakan sebagai basis estimasi tingkat kemiskinan.

Indikator

Kinerja Cara Perhitungan

Tahun 2020

Predikat Target Realisasi Capaian

(%)

Angka Kemiskinan

Target –(Realisasi –target) Target

x 100%

13,97 7,27 147,96 SangatTinggi Sumber : BPS 2020 dan Bappeda, diolah

Framework Kebijakan

Beberapa skema kebijakan telah disiapkan untuk mencapai sasaran pembangunan tersebut. Dalam framework proses bisnis, perangkat kebijakan dibagi kedalam 3 proses; manajemen, utama dan pendukung. Baik proses utama maupun pendukung memiliki instrument kebijakan yang dijalankan oleh beberapa Perangkat Daerah yang memiliki Tugas dan Fungsi terkait. 5 OPD yang memiliki peran pada proses utama adalah Dinas Sosial (Perlindungan Sosial), Dinas Pendidikan (Jaminan Pendidikan), Dinas Kesehatan (Jaminan Kesehatan dan Infrastruktur Permukiman), Dinas PUPKP (Infrastruktur Permukiman), dan Dinas Koperasi UKM Nakertrans (Peningkatan Pendapatan). Sementara itu untuk proses pendukung terdapat Dinas Sosial, Bappeda dan Dinas Kominfo untuk aspek Penguatan Data dan Informasi, serta Bappeda dan Kecamatan untuk Penguatan TKPK.

Gambar 3.3 Proses Bisnis Sasaran 1 Kemiskinan Masyarakat Menurun Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

Gambar 3.4 Logical Frame Sasaran 1 Kemiskinan Masyarakat Menurun Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

Pelaksanaan, Permasalahan dan Rekomendasi Kebijakan

Pada tahap pelaksanaan, upaya penanggulangan kemiskinan didukung dengan payung skema Gandeng Gendong. Filosofi yang dibangun adalah menggandeng yang mampu untuk menggendong yang kurang mampu. Upaya penanggulangan kemiskinan tidak bisa dilakukan oleh Pemerintah sendirian, melainkan perlu kerjasama dengan berbagai pihak, melalui sinergi dan kolaborasi. 5 kelompok pemangku kepentingan diidentifikasi dalam skema tersebut, yaitu Pemerintah Kota, Korporat atau Perusahaan, Kampus atau Perguruan Tinggi, Kampung dan Komunitas.

Pemerintah Kota sebagai elemen pertama dalam skema 5K, m e r e a l i s a s i k a n p r o g r a m d a n kegiatan sesuai yang direncanakan. Skema perlindungan sosial tetap dijalankan oleh Dinas Sosial namun d e n g a n p e n y e s u a i a n k a r e n a P a n d e m i . S a l a h s a t u s k e m a p e n a n g a n a n P a n d e m i a d a l a h dengan memberikan bantuan sosial

kepada masyarakat terdampak. Oleh Pemerintah Pusat dan kemudian diteruskan di Pemerintah Daerah, basis data untuk menentukan sasaran adalah data kelompok masyarakat dengan tingkat kesejahteraan 40% terbawah. Secara resmi, jenis sasaran tersebut terakomodir dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dari Kementerian Sosial. Sedangkan implementasinya di kota Yogyakarta diperluas mencakup data Keluarga Sasaran Jaminan Perlindungan Sosial (KSJPS), yang juga menggambarkan keluarga dengan tingkat kesejahteraan rendah. Meski demikian, banyak persamaan sasaran jika kedua database tersebut di-overlay. Pengolahannya, sebagaimana dijelaskan diatas, adalah melalui SIM Pemberdayaan, dengan verifikasi data dilapangan untuk memastikan kevalidan sebelum bantuan dicairkan.

Skema bantuan sosial pada saat normal sebelum Pandemi sebagian masih jalan, yaitu PKH dan BPNT. Skema bantuan PKH sampai dengan TW3 terealisasi sebanyak 10.991 keluarga. Sedangkan BPNT yang skemanya berubah menjadi Program Sembako, tiap bulan terealisasi dengan jumlah sasaran bervariasi, antara 12.063 sampai 21.799 keluarga. Dengan adanya Pandemi ini, skema bantuan sosial diperluas. Perluasan tersebut, yang anggarannya bersumber dari APBN dan APBD,

Framework Kebijakan

Beberapa skema kebijakan telah disiapkan untuk mencapai sasaran pembangunan tersebut. Dalam framework proses bisnis, perangkat kebijakan dibagi kedalam 3 proses; manajemen, utama dan pendukung. Baik proses utama maupun pendukung memiliki instrument kebijakan yang dijalankan oleh beberapa Perangkat Daerah yang memiliki Tugas dan Fungsi terkait. 5 OPD yang memiliki peran pada proses utama adalah Dinas Sosial (Perlindungan Sosial), Dinas Pendidikan (Jaminan Pendidikan), Dinas Kesehatan (Jaminan Kesehatan dan Infrastruktur Permukiman), Dinas PUPKP (Infrastruktur Permukiman), dan Dinas Koperasi UKM Nakertrans (Peningkatan Pendapatan). Sementara itu untuk proses pendukung terdapat Dinas Sosial, Bappeda dan Dinas Kominfo untuk aspek Penguatan Data dan Informasi, serta Bappeda dan Kecamatan untuk Penguatan TKPK.

Gambar 3.3 Proses Bisnis Sasaran 1 Kemiskinan Masyarakat Menurun Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

Gambar 3.4 Logical Frame Sasaran 1 Kemiskinan Masyarakat Menurun Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

Pelaksanaan, Permasalahan dan Rekomendasi Kebijakan

Pada tahap pelaksanaan, upaya penanggulangan kemiskinan didukung dengan payung skema Gandeng Gendong. Filosofi yang dibangun adalah menggandeng yang mampu untuk menggendong yang kurang mampu. Upaya penanggulangan kemiskinan tidak bisa dilakukan oleh Pemerintah sendirian, melainkan perlu kerjasama dengan berbagai pihak, melalui sinergi dan kolaborasi. 5 kelompok pemangku kepentingan diidentifikasi dalam skema tersebut, yaitu Pemerintah Kota, Korporat atau Perusahaan, Kampus atau Perguruan Tinggi, Kampung dan Komunitas.

Pemerintah Kota sebagai elemen pertama dalam skema 5K, m e r e a l i s a s i k a n p r o g r a m d a n kegiatan sesuai yang direncanakan. Skema perlindungan sosial tetap dijalankan oleh Dinas Sosial namun d e n g a n p e n y e s u a i a n k a r e n a P a n d e m i . S a l a h s a t u s k e m a p e n a n g a n a n P a n d e m i a d a l a h dengan memberikan bantuan sosial

kepada masyarakat terdampak. Oleh Pemerintah Pusat dan kemudian diteruskan di Pemerintah Daerah, basis data untuk menentukan sasaran adalah data kelompok masyarakat dengan tingkat kesejahteraan 40% terbawah. Secara resmi, jenis sasaran tersebut terakomodir dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dari Kementerian Sosial. Sedangkan implementasinya di kota Yogyakarta diperluas mencakup data Keluarga Sasaran Jaminan Perlindungan Sosial (KSJPS), yang juga menggambarkan keluarga dengan tingkat kesejahteraan rendah. Meski demikian, banyak persamaan sasaran jika kedua database tersebut di-overlay. Pengolahannya, sebagaimana dijelaskan diatas, adalah melalui SIM Pemberdayaan, dengan verifikasi data dilapangan untuk memastikan kevalidan sebelum bantuan dicairkan.

Skema bantuan sosial pada saat normal sebelum Pandemi sebagian masih jalan, yaitu PKH dan BPNT. Skema bantuan PKH sampai dengan TW3 terealisasi sebanyak 10.991 keluarga. Sedangkan BPNT yang skemanya berubah menjadi Program Sembako, tiap bulan terealisasi dengan jumlah sasaran bervariasi, antara 12.063 sampai 21.799 keluarga. Dengan adanya Pandemi ini, skema bantuan sosial diperluas. Perluasan tersebut, yang anggarannya bersumber dari APBN dan APBD,

secara total menyasar lebih dari 17.000 keluarga selama 9 Bulan. Setiap keluarga sasaran mendapat alokasi Rp 600.000/ Bulan. Bantuan Sembako juga mengalami perluasan dengan sasaran keluarga non-PKH, sebesar Rp. 500.000/ keluarga, tersalurkan kepada 10.340 keluarga. Sedangkan skema bantuan sosial dari Pemerintah Kota, yang ditujukan Lansia Miskin dan penyandang disabilitas dihentikan karena datanya overlap dengan bantuan sosial Pandemi tersebut. Bantuan sosial lain yang masih terealisasi meliputi alat bantu penyandang disabilitas 21 unit, bantuan modal untuk 15 Kelompok Usaha Bersama (KUBE) masing-masing Rp. 15 Juta, Jaminan Hidup 6 Orang penderita HIV/AIDS dan 6 Orang terlantar masing-masing Rp 300.000 perbulan selama setahun, dan bantuan untuk Tim Reaksi Cepat (TRC) PMKS.

I n t e r v e n s i j a m i n a n pendidikan dan kesehatan sebagai bagian dari strategi meringankan beban pengeluaran keluarga miskin j u g a m a s i h b e r j a l a n t a n p a t e r d a m p a k P a n d e m i . K o t a Y o g y a k a r t a b e r k o m i t m e n mendorong tercapainya Universal Health Coverage (UHC) yang dituangkan dalam bentuk MoU antara pemerintah Kota Yogyakarta

dengan BPJS, sehingga apabila masyarakat Kota Yogyakarta mau diberikan fasilitas BPJS kelas III, Pemerintah Kota Yogyakarta akan menanggung iuran BPJS nya. Tingkat kepesertaan JKN penduduk kota Yogyakarta telah mencapai 95,62%, atau sebanyak 396.746 peserta. Dengan demikian, status UHC dengan threshold 95% sudah terlampaui.

Jaminan Pendidikan Daerah (JPD) hadir sebagai upaya mengurangi beban pengeluaran masyarakat atas biaya pendidikan terutama siswa miskin. Alokasi tiap siswa (periode 1 Tahun) bervariasi, yaitu Rp. 800.000 untuk TK dan SD Negeri; Rp. 1 Juta untuk SMP Negeri; Rp. 1,7 Juta untuk TK Swasta; Rp. 2 Juta untuk Kejar Paket/ PKBM; Rp. 2,5 Juta untuk SMA dan SMK Negeri; Rp. 2,8 Juta untuk SD Swasta; Rp. 3 Juta untuk Retrievel/ Putus Sekolah; Rp. 4 Juta untuk SMP Swasta; Rp. 4,5 Juta untuk SMA Swasta dan Panti Asuhan; dan Rp. 4,75 Juta untuk SMK Swasta. Jumlah sasaran yang direncanakan sebanyak 15.492 siswa.

Dari sisi infrastruktur permukiman juga terus diupayakan perbaikan, melalui perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Meskipun di awal tahun sempat ada

kendala pelaksanaannya karena terdampak pandemic covid-19 tetapi pada akhirnya perbaikan RTLH yang didominasi oleh warga miskin dapat dilakukan dengan tetap menegakkan protocol kesehatan. Sepanjang tahun 2020, pemerintah kota Yogyakarta mampu menyelesaikan perbaikan RTLH sebanyak 304 rumah baik itu bersumber dari APBN (DAK dan BSPS) APBD Kota Yogyakarta, maupun CSR. Disamping RTLH, Dinas PUPKP juga melakukan penanganan permukiman kumuh yang bersumber dari APBN dan World Bank. Sementara itu, bantuan pembangunan jamban Sehat dari 20 Unit yang direncanakan, 15 Unit yang terealisasi. Pembangunan jamban sehat ini merupakan bagian dari skema 100-0-100 yang mulai dilaksanakan dalam beberapa tahun terakhir namun masih sering mengalami kendala, diantaranya lahan dan rumah bukan milik sendiri, tidak cukup space untuk dibuat jamban, pemiliki meninggal, rumah sudah dijual atau rumah tidak ditemukan.

Bagi masyarakat yang tergolong miskin namun masih mampu untuk diberdayakan, Pemerintah Kota Yogyakarta melakukan berbagai upaya pemberdayaan ekonomi. Pola skema yang dijalankan oleh Dinas KopUKMNakertrans diantaranya a d a l a h p e l a t i h a n d a n pendampingan usaha, promosi melalui pameran dan berbagai s a l u r a n m e d i a , s e r t a pendampingan akses modal usaha. Beberapa output yang d i r e n c a n a k a n d i a w a l t a h u n terlaksana namun tidak maksimal.

Keadaan 0% Keadaan 30% Keadaan 100%

Atap: genteng kripik Atap: galvalum

Lantai : tanah Lantai : keramik dengan swadaya

Dinding : batako tanpa struktur Dinding : struktur plester aci

Gambar 3.5 Foto Contoh Pelaksanaan Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni

Beberapa pelatihan dan keikutsertaan dalam pameran didrop karena Pandemi. jumlah peserta juga dibatasi sehingga tidak sesuai dengan target awal yang direncanakan. Koordinasi dan diseminasi yang pelaksanaanya mengumpulkan banyak orang juga dikurangi untuk menegakkan protokol kesehatan. Basis sasarannya adalah pelaku usaha atau individu yang baru merintis usaha dengan skala mikro dan kecil. Relevansinya dengan penanggulangan kemiskinan adalah bahwa pelaku usaha tersebvut belum tentu dari warga miskin. Namun, sifat segmen sasaranya yang mayoritas pelaku usaha tingkat mikro cukup untuk menjadi justifikasi merepresentasikan kelompok sasaran tingkat kesejahteraan rendah. Selain kelompok miskin, upaya penanggulangan kemiskinan idealnya juga perlu menyasar kelompok rentan miskin atau yang memiliki tingkat ekonomi tepat diatas garis kemiskinan. Harapannya adalah agar kelompok tersebut tidak jatuh miskin terutama disaat krisis. Pelaku usaha mikro merepresentasikan baik kelompok miskin maupun rentan miskin sehingga layak menjadi sasaran intervensi kebijakan.

Upaya Pemerintah Kota Yogyakarta untuk pemberdayaan ekonomi juga dilakukan melalui skema sinergisitas dengan kelompok usaha kuliner. Anggaran jamuan makan minum seluruh OPD diarahkan untuk dibelanjakan kepada kelompok tersebut. Sebagai bagian dari penanggulangan kemiskinan, kelompok yang tergabung dalam skema dipersyaratkan untuk merekruit atau memiliki anggota dari kelompok miskin. Kelompok tersebut mendaftarkan usahanya dan bergabung dalam SIM Nglarisi. SIM ini berfungsi sebagai market place, dimana mereka mendisplay produk dan OPD melakukan pemesanan secara online. Sistem tersebut telah berjalan sejak Tahun 2019, dengan proyeksi bisa menyerap total anggaran jamuan makan hampir 40 Milyar. Tahun 2020 ini jumlah kelompok yang bergabung dalam skema SIM Nglarisi terus bertambah dari 186 diawal tahun menjadi 228 kelompok di Bulan November. Jumlah anggota tiap kelompok bervariasi, dengan jumlah total anggota 2.139 Orang, 621 diantaranya warga miskin. Pandemi jelas berdampak pada omzet yang diperoleh oleh kelompok tersebut, terutama karena refocusing anggaran termasuk untuk jamuan. Meski demikian, jumlah omzet transaksi melalui SIM Nglarisi masih cukup signifikan, yaitu 4,1 Milyar dalam 11 Bulan.

Sebagai bagian dari proses pendukung untuk mencapai sasaran, Penguatan data d a n i n f o r m a s i t e t a p d i l a k u k a n o l e h pemerintah kota Yogyakarta. Penguatan data dilakukan melalui 2 sisi. Sisi pertama secara berkala melakukan updating data melalui proses verifikasi dan validasi baik itu data KSJPS, data Penerima Bantuan Iur/ PBI

APBN, data Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial, data disabilitas. Updating data KSJPS di masa pandemi dilakukan dengan beberapa penyesuaian, diantaranya dengan mekanisme online dengan bantuan aplikasi yang dibangun oleh Diskominfo dan penegakan protocol covid-19 dalam pelaksanaan pendataannya. Updating ini penting sebagai upaya melakukan pembaharuan data yang diperlukan dalam perencanaan pembangunan di tahun mendatang. Sisi kedua dilakukan pula pengelolaan Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang mewadahi pengolahan data kemiskinan beserta intervensi yang sudah dilaksanakan oleh perangkat daerah. SIM yang dinamakan SIM Pemberdayaan tersebut menggabungkan dan mengolah data kemiskinan by name by address by NIK dari DTKS dari Kementerian Sosial yang sudah di-overly dengan data kemiskinan lokal KSJPS, serta diupdate dengan informasi intervensi yang sudah dilakukan per-sasaran. Dengan adanya SIM tersebut diharapkan tidak ada duplikasi intervensi yang dilaksanakan oleh perangkat daerah.

Penguatan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) yang dilakukan di awal tahun 2020 sedianya mengusung konsep monitoring dan evaluasi melalui instrumen buku Rapor Keluarga. Instrumen tersebut berisi perkembangan indikator-indikator kesejahteraan dan rencana pengembangan masing-masing keluarga, disertai need assessment yang bisa dijadikan pijakan analisis kebutuhan intervensi. Melalui mekanisme rapor keluarga ini pula masyarakat didorong untuk melakukan self assessment apakah dirinya masih layak disebut masyarakat miskin atau tidak, dengan mengisi parameter dan indikator yang tersedia. TKPK eksis secara multilevel, yaitu di tingkat Kota, Kecamatan dan Kelurahan. Pelaksanaan assessment Rapor Keluarga ditargetkan menyasar diseluruh kelurahan di kota Yogyakarta dengan dukungan TKPK di tingkat kelurahan. Dengan adanya Pandemi, kegiatan tersebut dipending. Sebagai gantinya, TKPK berperan untuk pendampingian penerima bantuan covid-19, terutama untuk mengantisipasi agar warga masyarakat yang benar-benar membutuhkan tapi belum tersentuh bantuan, bisa dicarikan alternative pendanaan lain.

Secara umum, permasalahan yang ditemui dilapangan terkait dengan Pandemi yang berlangsung secara berkepanjangan. Salah satu dampaknya adalah terganggunya kehidupan sosial ekonomi masyarakat, terutama masyarakat miskin dan rentan sehingga jumlah kemiskinan mengalami lonjakan. Intervensi yang berorientasi meringankan beban pengeluaran keluarga miskin tetap dilaksanakan. Namun, untuk mendapatkan impact dalam jangka panjang belum cukup. Opsi intervensi yang berorientasi peningkatan pendapatan menjadi sangat terbatas. Pelatihan dan pendampingan usaha kecil berkurang frekwensi dan jumlah pesertanya. Pameran untuk promosi produk juga berkurang penyelenggaraannya.

Beberapa pelatihan dan keikutsertaan dalam pameran didrop karena Pandemi. jumlah peserta juga dibatasi sehingga tidak sesuai dengan target awal yang direncanakan. Koordinasi dan diseminasi yang pelaksanaanya mengumpulkan banyak orang juga dikurangi untuk menegakkan protokol kesehatan. Basis sasarannya adalah pelaku usaha atau individu yang baru merintis usaha dengan skala mikro dan kecil. Relevansinya dengan penanggulangan kemiskinan adalah bahwa pelaku usaha tersebvut belum tentu dari warga miskin. Namun, sifat segmen sasaranya yang mayoritas pelaku usaha tingkat mikro cukup untuk menjadi justifikasi merepresentasikan kelompok sasaran tingkat kesejahteraan rendah. Selain kelompok miskin, upaya penanggulangan kemiskinan idealnya juga perlu menyasar kelompok rentan miskin atau yang memiliki tingkat ekonomi tepat diatas garis kemiskinan. Harapannya adalah agar kelompok tersebut tidak jatuh miskin terutama disaat krisis. Pelaku usaha mikro merepresentasikan baik kelompok miskin maupun rentan miskin sehingga layak menjadi sasaran intervensi kebijakan.

Upaya Pemerintah Kota Yogyakarta untuk pemberdayaan ekonomi juga dilakukan melalui skema sinergisitas dengan kelompok usaha kuliner. Anggaran jamuan makan minum seluruh OPD diarahkan untuk dibelanjakan kepada kelompok tersebut. Sebagai bagian dari penanggulangan kemiskinan, kelompok yang tergabung dalam skema dipersyaratkan untuk merekruit atau memiliki anggota dari kelompok miskin. Kelompok tersebut mendaftarkan usahanya dan bergabung dalam SIM Nglarisi. SIM ini berfungsi sebagai market place, dimana mereka mendisplay produk dan OPD melakukan pemesanan secara online. Sistem tersebut telah berjalan sejak Tahun 2019, dengan proyeksi bisa menyerap total anggaran jamuan makan hampir 40 Milyar. Tahun 2020 ini jumlah kelompok yang bergabung dalam skema SIM Nglarisi terus bertambah dari 186 diawal tahun menjadi 228 kelompok di Bulan November. Jumlah anggota tiap kelompok bervariasi, dengan jumlah total anggota 2.139 Orang, 621 diantaranya warga miskin. Pandemi jelas berdampak pada omzet yang diperoleh oleh kelompok tersebut, terutama karena refocusing anggaran termasuk untuk jamuan. Meski demikian, jumlah omzet transaksi melalui SIM Nglarisi masih cukup signifikan, yaitu 4,1 Milyar dalam 11 Bulan.

Sebagai bagian dari proses pendukung untuk mencapai sasaran, Penguatan data d a n i n f o r m a s i t e t a p d i l a k u k a n o l e h pemerintah kota Yogyakarta. Penguatan data dilakukan melalui 2 sisi. Sisi pertama secara berkala melakukan updating data melalui proses verifikasi dan validasi baik itu data KSJPS, data Penerima Bantuan Iur/ PBI

APBN, data Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial, data disabilitas. Updating data KSJPS di masa pandemi dilakukan dengan beberapa penyesuaian, diantaranya dengan mekanisme online dengan bantuan aplikasi yang dibangun oleh Diskominfo dan penegakan protocol covid-19 dalam pelaksanaan pendataannya. Updating ini penting sebagai upaya melakukan pembaharuan data yang diperlukan dalam perencanaan pembangunan di tahun mendatang. Sisi kedua dilakukan pula pengelolaan Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang mewadahi pengolahan data kemiskinan beserta intervensi yang sudah dilaksanakan oleh perangkat daerah. SIM yang dinamakan SIM Pemberdayaan tersebut menggabungkan dan mengolah data kemiskinan by name by address by NIK dari DTKS dari Kementerian Sosial yang sudah di-overly dengan data kemiskinan lokal KSJPS, serta diupdate dengan informasi intervensi yang sudah dilakukan per-sasaran. Dengan adanya SIM tersebut diharapkan tidak ada duplikasi intervensi yang dilaksanakan oleh perangkat daerah.

Penguatan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) yang dilakukan di awal tahun 2020 sedianya mengusung konsep monitoring dan evaluasi melalui instrumen buku Rapor Keluarga. Instrumen tersebut berisi perkembangan indikator-indikator kesejahteraan dan rencana pengembangan masing-masing keluarga, disertai need assessment yang bisa dijadikan pijakan analisis kebutuhan intervensi. Melalui mekanisme rapor keluarga ini pula masyarakat didorong untuk

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. H.Haryadi Suyuti (Halaman 42-60)