• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : PELANGGARAN ATAS HAK KEKEBALAN DAN

A. Sejarah Hubungan Diplomatik Arab Saudi-Turki

Arab Saudi dan Turki merupakan negara yang terletak di Timur Tengah. Dua negara ini merupakan negara yang memiliki pengaruh geopolitik yang signifikan terhadap kawasan Timur Tengah dibandingkan dengan negara-negara yang terletak di kawasan yang sama.

Arab Saudi dan Turki mempunyai hubungan yang bersahabat dan hubungan ekonomi yang kuat antar kedua negara, akan tetapi banyak terjadi ketegangan-ketegangan selama hubungan tersebut. Arab Saudi mempunyai Kedutaan Besar di Ankara dan Konsulat Jenderal di Istanbul, begitu juga Turki memiliki Kedutaan Besar di Riyadh dan Konsulat Jenderal di Jeddah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pew Research Global Attitudes Project pada tahun 2013, yaitu penelitian tentang pandangan negara-negara Timur Tengah terhadap Arab Saudi, disebutkan Turki merupakan negara dengan hasil pandangan paling negatif terhadap Arab Saudi, dengan 26% menyatakan suka dan 53% menyatakan tidak suka.103

Hasil penelitian tersebut bukanlah sebuah hal yang mengejutkan. Hal ini dapat terlihat dari beberapa peristiwa internasional khususnya tentang diplomatik,

103 Pew Research Global Attitudes Project, Saudi Arabia‟s Image Falters among Middle East Neighbors, 2013

dimana Arab Saudi dan Turki lebih sering mempunyai pendapat yang berbeda dibanding kesamaan dalam pengambilan keputusan peristiwa tersebut. Salah satunya ketika Presiden Turki Erdogan menyerukan agar pengucilan terhadap Qatar oleh negara-negara Arab, yang dikepalai oleh Arab Saudi segera dihentikan.

Isolasi itu didasarkan pada tuduhan bahwa Qatar mensponsori kelompok ekstrimis, teroris, dan sektarian sehingga mengancam stabilitas kawasan Timur Tengah.104

Awal mula hubungan diplomatik Arab Saudi dan Turki dimulai ketika Bani Hasyim yang merupakan penguasa wilayah Hijaz, dimana wilayah Hijaz pada saat itu meliputi dua kota suci umat Islam yaitu Mekah dan Madinah, memutuskan bergabung dengan Kerajaan Turki Ottoman. Keputusan Bani Hasyim tersebut secara otomatis membuat Kerajaan Turki Ottoman memiliki yurisdiksi terhadap wilayah Hijaz.

Pada tahun 1916, Gubernur Hijaz Syarif Husein yang diangkat oleh Kerajaan Ottoman, beliau merupakan sekaligus raja pertama Hijaz, melakukan pemberontakan pemisahan diri dari kekuasaan Kerajaan Ottoman. Kemudian pada tanggal 23 September 1932, Abdul Aziz ibn Abdurrahman al-Sa‟ud dikenal juga dengan sebutan Ibnu Sa‟ud memproklamasikan berdirinya Kerajaan Arab Saudi atau Saudi Arabia (al-Mamlakah al-„Arabiyah al-Su‟udiyah) dengan menyatukan wilayah Riyadh, Najd (Nejed), Hail, Asir, dan Hijaz. Abdul Aziz kemudian menjadi raja pertama pada kerajaan tersebut.105

104 Kumparan, Di Balik Keputusan Erdogan “Bentengi” Qatar dari Saudi, diakses pada tanggal 26 Agustus 2019 pada pukul 16.11 WIB

105 Team Penyusun Textbook Sejarah dan Kebudayaan Islam, jilid II, hal. 242

Perjalanan sejarah pada kurun antar tahun itu boleh dikatakan sebagai perkembangan yang sangat menentukan bagi Kerajaan Arab Saudi, karena berbagai kepentingan politik dan ekonomi dari Barat semakin kuat. Hal ini dibuktikan dengan masa kebangkitan baru itu tidak serta-merta dengan mudah menata kembali warisan dari opara pendahulunya. Bahkan dibalik perjuangan melepaskan diri dari dominasi Turki peran-peran langsung dari pihak asing terutama Inggris ikut menyukseskan keberhasilan memukul mundur militer Turki di Arab.106 Namun begitu secara de facto seorang keturunan Ibnu Saud dengan sendirinya akan diterima sebagai pemimpin di Arab Saudi walaupun telah terjadi kerjasama di bawah tangan dengan Inggris. Seorang pemimpin Muslim di Arab harus bekerja keras sebagai pra syarat untuk membuktikan kesalehan dan memberi penekanan terhadap tanggung jawab keturunan keluarga atas kewajiban tradisionalnya dengan kaum Wahabi.107

Pemberontakan Arab Saudi disebabkan oleh muculnya kelompok Tanzimat di Kerajaan Turki sebagai sebuah kelompok yang melakukan gerakan reformasi sosial dan politik yang mengubah kesultanan Turki Usmani dengan mengintegrasikan ke dalam lembaga-lembaga model Barat pada tahun 1839.108

106 Lihat misalnya Philip Kingsley, Lawrence dari Arabia (Bandung: Iqra, 1982), bab IV, hal. 28-43 107

Sebagai usaha pemurnian ajaran Islam, gerakan ini mengupayakan pembaharuan dengan tujuan Jazirah Arab terlepas dari kekuasaan Ustmani, dari Bid‟ah dan Khurafat, tahun 1801 Abd Wahab menyerbu Karbala untuk menghapuskan pemujaan yang berlebihan terhadap makam al-Husein dan wali-wali yang lain. Pada tahun 1802 gerakan ini bisa menguasai Mekah dan Madinah.

Bangunan-bangunan pada makam Nabi Muhammad SAW diubah menjadi lebih sederhana. Tahun 1803 mereka menyerang Syria dan Iraq sehingga kekuasaannya terbentang dari Palmyra sampai Oman. Lihat M. Arkoun Louis, Louis Gardet, Islam Kemarin dan Hari Esok, terj. Ahsin Muhammad (Bandung: Pustaka, 1997), hal. 100

108 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Cet. VIII, Jakarta: Bulan Bintang, 1991), hal. 98

Salah satu regulasi urusan negara meniru model Barat dan penetapan prinsip-prinsip kebebasan, persamaan dan persaudaraan antara seluruh rakyat dengan berbagai aliran. Selain itu juga melakukan gerakan westernisasi negara Turki dengan tiga poin penting, yaitu:109

1. Mengambil sistem Barat dalam regulasi militer, logistik-persenjataan, sistim administrasi dan pemerintahan

2. Mengarahkan masyarakat pada sekulerisme dan keluar dari sistem Islam dalam bidang kenegaraan dan kemasyarakatan

3. Menuju sentralisasi kekuasaan di Konstatinopel dan daerah-daerah

Pada masa sekarang kedua negara ini baik Arab Saudi dan Turki memiliki sistem pemerintahan yang berbeda. Arab Saudi bersistem pemerintahan Monarki Absolut menjadikan Arab Saudi negara yang tidak demokratis atau otoriter. Arab Saudi diresmikan pada tahun 1932. Sejak saat itu, rezim Al Saud menjadi penguasa di Arab Saudi sampai sekarang. Raja Saudi merupakan pengambil keputusan yang utama. Raja mewakili semua kepentingan masyarakatnya, baik kepentingan di dalam maupun kepentingan keluar. Peranan Raja Saudi sangat dominan yang diperlihatkan oleh posisinya sebagai Kepala Negara, Kepala Pemerintahan, Ketua Komisi Perencanaan Pembangunan Nasional, Ketua Majelis Al Syura, dan Panglima Tertinggi Angkatan Perang.110

109 Kamal Sa‟id Habib, al-Akalliy wa al-Siy sah fi al-Khubrati al-Islamiyah, terj. Ahmad Fahrurrozi dkk., Kaum Minoritas dan Poltik Negara Islam, hal. 517, Asep Gunawan, Artikulasi Islam Kultural dari Tahapan Moral ke Periode Sejarah (Cet. I; Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2004), hal. 134

110 Lihat “Government and Administration” dalam The kingdom of Saudi Arabia, terbitan resmi pemerintah Arab Saudi, 1996

Sedangkan Turki adalah sebuah republik konstitusional yang demokratis, sekuler, dan bersatu. Turki telah berangsur-angsur bergabung dengan Barat sementara di saat yang sama menjalin hubungan dengan dunia Timur.111

Ketika pejabat-pejabat sekuler Turki memegang pemerintahan, Turki sangat akrab dengan dunia Barat dibanding dengan Arab. Turki bergabung dengan NATO (North Atlantic Treaty Organization) pada tahun 1952. Hal ini dengan tegas dapat dilihat bahwa Turki pada saat itu mengikat hubungan yang harmonis dengan negara-negara Barat.

Pada dewasa saat ini hubungan Turki dan Arab Saudi banyak mengalami permasalahan. Salah satunya pada Oktober 2014, Arab Saudi mendukung agar Turki keluar dari anggota Dewan Keamanan PBB (United Nations Security Council), hal ini disebabkan ketidaksetujuan Arab Saudi atas dukungan Turki terhadap organisasi Ikhwanul Muslimin.112

Ikhwanul Muslimin merupakan gerakan paling kuat dan paling fenomenal di antara berbagai gerakan yang sejenis,113 yang memulai aktivitasnya di Mesir menjelang usainya penjajahan militer pada tahun 1928. Gerakan ini terus beraktifitas dan menunjukkan kegigihannya berjuan hingga sekarang.

Sebagaimana dikemukakan oleh Hassan Al-Banna bahwa Ikhwanul Muslimin

111 Basok Ridwan, dkk., Perbandingan Ilmu Administrasi Publik (Pembahasan Negara Turki), Tugas Kelompok Prodi Ilmu Administrasi Negara Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Raja Haji Tanjungpinang, 2016

112 Newsweek.com, Turkey Loses U. N. Security Council Seat in Huge Upset, 2014. Diakses dari https://www.newsweek.com/venezuela-malaysia-angola-new-zealand-win-un-council-seats-277962 pada pukul 14.46 WIB tanggal 04 September 2019

113 Taufiq Yusuf al-Wa‟iy, Pemikiran Politik Kontemporer Ikhwanul Muslimin; Studi Analitis, Observatif, dan Dokumentatif (Solo: Era Intermedia 2003), hlm. 38

tidak menafikan gerakan sosial politik, asal ia diperuntukkan bagi perbaikan umat (islah al-ummat).114

Akar konflik permasalahan Arab Saudi dengan Ikhwanul Muslimin disebabkan karena perbedaan ideologi. Ikhwanul Muslimin memiliki ideologi islam lebih liberal dalam pengertian memahami teks secara kontekstual dan mengakomodasi istila-istilah Barat ke dalam terminologi Islam, seperti demokrasi, revolusi, dan demonstrasi. Kerajaan Arab Saudi berdiri di bawah pengaruh paham wahabi yang diciptakan oleh Muhammad bin Abdul Wahab. Wahabi melarang dari segi semantik maupun praktis istila-istilah Barat semata-mata karena tidak dalam teks dan tidak diajarkan oleh Nabi.115

Perseteruan antara Turki dan Arab Saudi juga terjadi pada tahun 2017 ketika Krisis Diplomatik Qatar. Krisis ini berawal pada Juni 2017 ketika Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Mesir, Maladewa, Mauritania, Senegal, Djibouti, Komoros, Yordan, Libya, dan Yaman melarang pesawat udara dan kapal Qatar melewati kawasan territorial udara dan laut mereka.116 Tidak berapa lama setelah itu, Turki mengutuk blokade atas Qatar, dan mengirim persediaan makanan untuk mengantisipasi kekurangan makanan di Qatar, dan mengusulkan tentara Turki dukirim ke Qatar melalui peraturan perundang-undangan parlemen Turki.117

114 Fatih Yakan, Revolusi Hassan al-Banna; Gerakan Ikhwanul Muslimin dari Sayyid Quthb sampai Rasyid al-Ghannusyi (Jakarta: Harakah, 2002) hlm. viii

115 Republika.co.id, Inilah Akar Konflik Arab Saudi dan Ikhwanul Muslimin, 2013. Diakses dari https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/msl0c5 pada pukul 15.12 WIB tanggal 4 September 2019

116 Al-Jazeera, Qatar-Gulf crisis: Your Questions Answered, 2017. Diakses dari https://www.aljazeera.com/indepth/features/2017/06/qatar-gulf-crisis-questions-answered.html pada pukul 15.22 WIB, 4 September 2019

117 Al-Jazeera.com, Analysis: The Implications of The Qatar-Turkey Alliance, 2017. Diakses dari https://www.aljazeera.com/indepth/features/2017/06/implications-qatar-turkey-alliance.html pada pukul 15.31 tanggal 4 September 2019

Blokade terhadap Turki yang dilakukan Arab Saudi dan negara Timur Tengah lainnya ini disebabkan atas dasar tuduhan dukungan Qatar terhadap gerakan-gerakan terorisme yang melanggar perjanjian dengan anggota-anggota Gulf Cooperation Council (GCC).118

Perselisihan Turki dan Arab Saudi baru-baru ini juga terjadi pada tahun 2019.

Kerajaan Arab Saudi mengeluarkan seruan boikot liburan ke Turki dan semua produknya. Hal ini merupakan efek dari kasus pembunuhan Jamal Kashoggi di Konsulat Jenderal Arab Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018 lalu, dimana Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman diduga terlibat. Ketegangan itu dimulai setelah Turki mengumumkan Kashoggi dibunuh dan terus menekan Riyadh untuk memberi informasi mengenai pelaku maupun keberadaan jenazah Jamal Kashoggi. Sementara Central Intelligence Agency (CIA) meyakini Putra Mahkota Mohammed bin Salman yang memerintahkan kontributor jurnalis Washington Post tersebut dibunuh, namun hal ini dibantah Saudi.119

B. Kekebalan Diplomatik Tempat dan Kantor Kediaman Pejabat