• Tidak ada hasil yang ditemukan

Media bukanlah sekedar saluran bebas, semua media merupakan hasil konstruksi, ini adalah konsep dasar yang perlu ditekankan bahwa tidak ada satu media pun yang benar-benar merefleksikan realitas sebenarnya. Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan tentang bagaimana Harian Waspada membingkai gaya kepemimpinan Ashari-Yusuf saat kampanye pada Pilkada Deli Serdang 2018. Melalui proses analisis framing model Pan dan Kosicki, dengan menggunakan empat unsur framing yang terdiri dari sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Elemen frame yang muncul dari keseluruhan struktur tersebut sangat mengarah pada penggambaran gaya kepemimpinan Ashari Tambunan dan Yusuf Siregar. Dari headlline, lead, kutipan pernyataan sumber, penyampaian fakta, tema, koherensi, kata, foto dan grafik yang muncul saling menguatkan.

Harian Waspada tidak memasukan opini wartawan dalam artikel berita tetapi lebih mengarahkan opini narasumber sejalan dengan opini wartawan.

Harian Waspada juga tidak mengedepankan asas keberimbangan berita. Porsi berita kandidat Ashari-Yusuf jauh lebih banyak ketimbang porsi sosialisasi maupun pendidikan politik mengenai kolom kosong yang juga merupakan lawan dari kandidat Ashari-Yusuf.

Pada penulisan judul berita, Harian Waspada juga berkali-kali menampilkan nama Ashari-Yusuf, hal tersebut juga merupakan upaya menempatkan Ashari-Yusuf sebagai fokus utama pembaca. Unsur selanjutnya skrip, menunjukkan hampir semua teks berita kampanye yang disusun telah melengkapi unsur 5W+1H. Unsur 5W+1H merupakan hal dasar bagi wartawan dalam menyusun fakta. Retorika yang dipakai seperti penonjolan frasa secara berulang seperti “lanjutkan pembangunan” dan “bapak pembangunan” yang tujuannya tidak lain memberi efek dengan menggiring khalayak pada ingatan tertentu. Harian Waspada juga menggunakan elemen foto yang memiliki pesan untuk mendukung pandangan terhadap gaya kepemimpinan Ashari-Yusuf dan

pemberian warna yang menarik perhatian. Elemen-elemen tersebut memperkeuat pandangan mulai dari struktur sintaksis, skrip, retoris dan tematik secara keseluruhan.

Perangkat analisis framing model Pan dan Kosicki yang dikaitkan dengan teroi gaya kepemimpinan, terlihat bahwa Harian Waspada membingkai gaya kepemimpinan Ashari-Yusuf dalam pemberitaan kampanye di Pilkada Deli Serdang 2018 dengan menggunakan satu sudut pandang, bahwa gaya kepemimpinan Yusuf adalah demokratis. Dalam masa kampanye, Ashari-Yusuf digambarkan terus melakukan komunikasi kepada masyarakat di berbagai daerah. Mulai dari menemui konstiuennya di warung kopi kecil hingga diberbagai tempat yang representatif. Aktifitas mengunjungi, berbincang lansung hingga menedengarkan aspirasi merupakan bentuk gaya pemimipin demokratis. Hal tersebut merupakan bagian dari bentuk upaya media dalam memberi makna yang positif pada citra kepemimpinan pasangan Ashari-Yusuf.

Harian Waspada juga memberi keleluasaan penuh kepada wartawannya dalam membangun berita. Hal tersebut dimulai dengan pengajuan proyeksi berita dalam rapat pagi setiap harinya dengan chief reporter ataupun Redaktur Pelaksana. Redaktur sebagai gatekeeping juga tidak sepenuhnya menerima masuk teks yang dihasilkan oleh wartawan, redaktur memiliki sejumlah indikator dalam menentukan layak tidaknya teks tersebut untuk dimuat. Proses konstruksi teks berita kampanye Ashari-Yusuf, dilakukan dengan pertimbangan news value.

Sebagai Koran berideologi Politik dan religius, berita kampanye Ashari-Yusuf merupakan hal yang perlu untuk dimuat, sebab masyarakat menilai isu pilkada hal yang penting. Harian Waspada juga mengakui adanya faktor kedekatan dengan kandidat hingga praktik permintaan pemberitaan, biasanya hal tersebut dilkakukan oleh tim sukses pasangan calon, namun dengan keterbatasan space halaman yang tersedia, membuat Waspada mengarahkan beberapa teks berita agar masuk pada kategori berita pariwara atau iklan.

6.2 SARAN

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan masih banyak kekurangan dalam melakukan pemberitaan Pilkada Deli Serdang Tahun 2018. Harian Waspada sebagai Koran politik dan religius dalam kasus pemberitaan pilkada dianggap belum sepenuhnya berimbang (cover both side). Media juga dianggap harus selalu ingat untuk menjaga independensinya dengan menghindari subjektifitas dalam menyusun sebuah berita. Hal tersebut juga sebagai upaya tidak menjadikan Waspada sebagai kendaraan dan corong elite serta mengembalikan marwah jurnalistik.

Fenomena melawan kolom kosong memang menjadi hal baru di Sumatera Utara maupun Indonesia. Upaya mengimbangi pemberitaan tidak hanya terpaku pada menunggu bola, melainkan melakukan upaya penjemputan bola. Kolom kosong bisa saja dianggap sebagai sebuah isu menarik jika dikemas dengan baik.

Media sebesar Waspada yang memilki oplah 35.000 untuk Sumut & Aceh, harusnya dapat mengambil posisi dan peran dalam upaya fungsi komunikasi yakni mengedukasi dan menginformasi kepada pembacanya. Langkah cermat dan kehati-hatian harus diperhatikan cermat dalam memberitakan isu kolom kosong, agar nantinya tidak terjebak pada praktik mobilisasi massa.

Keberadaan jurnalisme presisi di masa depan akan menjadi sebuah kunci kesuksesan media dalam upaya memproduksi laporan-laporan yang berkualiitas, mendalam, objektif dan kredibel. Tidak hanya mengandalkan liputan konvensional belaka dan gaya lama, akan tetapi menciptakan sebuah isi teks setara sebuah riset dengan banyak data dan fakta yang mendukung. Fenomen baru seperti keberadaan kolom kosong dalam pertarungan di pilkada, sebenarnya akan akurat bila diliput dengan menggunakan jurnalisme presisi. Sebab jurnalisme presisi dapat dipakai untuk mengukur kehadiran sebuah fenomena baru di tengah masyarakat.

Sebagai seorang peneliti juga tidak luput dari kekurangan. Peneliti juga beranggapan bahwa penelitian ini belumlah sempurna. Peneliti juga berharap adanya penelitian lanjutan, mengenai kasus berita kampanye pasangan calon

melawan kolom kosong lainnya, hingga menganalisis pada tahap sosial ekonomi, politik dan budaya masyarakat atau proses penafsiran (makro) seperti dalam analisis wacana Norman Fairclough. Di samping itu, masih banyak teori lain yang dapat digunakan berkaitan dengan komunikasi, sehingga akan memperkaya kajian ilmu komunikasi.