• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simulasi 3: Simulasi Kenaikan Harga Impor Minyak Mentah 35 Persen serta Kenaikan Subsidi Harga BBM Solar 27 Persen,

DAFTAR LAMPIRAN

7.2. Dampak Kebijakan Subsidi Harga Bahan Bakar Minyak terhadap Kinerja Fiskal dan Pendapatan Nasional

7.2.3. Simulasi 3: Simulasi Kenaikan Harga Impor Minyak Mentah 35 Persen serta Kenaikan Subsidi Harga BBM Solar 27 Persen,

1 Produk Domestik Bruto

(GDP) Sisi Produksi 1121800000 1113710000 -0.721

2 Nilai Tambah sub-Sektor

Pengamatan 78516623 78223571 -0.373

3 Pajak Tidak Langsung 54809535 54695296 -0.208

4 Subsidi 36717501 44403969 20.934

5 Pertumbuhan Ekonomi 40.9159 40.4831 -1.058

6 GDP Menurut Biaya Faktor 1103710000 1103420000 -0.026

7 Pendapatan Disposabel 995452307 995173497 -0.028

8 Laju Inflasi 15.0555 14.741 -2.089

9 Upah dan Gaji 91452405 89851656 -1.750

10 Kemiskinan 37276807 37194234 -0.222

menunjukkan pertumbuhan ekonomi menurun 1.07 % dan jumlah penduduk miskin menurun 1.13 %.

7.2.3. Simulasi 3: Simulasi Kenaikan Harga Impor Minyak Mentah 35 Persen serta Kenaikan Subsidi Harga BBM Solar 27 Persen, Bensin 30 Persen, dan Kerosene 25 Persen

Apabila pemerintah menetapkan kenaikan subsidi harga BBM untuk solar 27 %, bensin 30 %, dan kerosene 25 % pada saat harga impor minyak mentah mengalami kenaikan 35 % mengakibatkan penurunan harga BBM (harga jual eceran) solar dan bensin dalam negeri, kecuali harga jual eceran kerosene. Kenaikan harga jual eceran kerosene disebabkan oleh kenaikan yang besar pada harga pokok penjualan kerosene. Kenaikan harga pokok penjualan juga menunjukkan tentang kenaikan biaya untuk produksikan kerosene. Penentuan harga pokok penjualannya lebih tinggi dibandingkan dengan harga pokok penjualan untuk memproduksikan BBM solar dan bensin.

Tabel 20. Hasil Simulasi Historis Data Tahun 2000-2005: Dampak Kenaikan Harga Impor Minyak Mentah 35% serta Kenaikan Subsidi Harga

BBM Solar 27%, Bensin 30%, dan Kerosene 27% terhadap Neraca Perdagangan Energi No. Variabel Endogen Nilai Dasar Nilai Prediksi Perubahan (%)

I Nilai Ekspor Energi 76709902 75611769 -1.432

1 Volume Ekspor Minyak Mentah 24513035 24346645 -0.679 2 Nilai Ekspor Minyak Mentah 24143822 23985976 -0.654

3 Volume Ekspor Gas Alam 32264889 31538850 -2.250

4 Nilai Ekspor Gas Alam 41328203 40397889 -2.251

5 Volume Ekspor Batubara 79858366 79809650 -0.061

6 Nilai Ekspor Batubara 11237877 11227904 -0.089

II Nilai Impor Energi 41678519 44940991 7.828

1 Volume Impor BBM Solar 13330737 10937414 -17.953

2 Nilai Impor BBM Solar 18969802 14418032 -23.995

3 Volume Impor Minyak Mentah 22354673 22265369 -0.399 4 Nilai Impor Minyak Mentah 22708718 30522960 34.411

III Neraca Perdagangan Energi (I-II) 35031383 30670778 -12.448

Penurunan harga BBM solar dan bensin akan menaikkan permintaan dan pemakaian BBM dan akibatnya adalah kenaikan permintaan dan penggunaan bahan baku minyak mentah, baik yang diperoleh dari produksi minyak mentah dalam negeri maupun impor.

Harga minyak mentah dalam negeri yang mengalami kenaikan akan berkompetisi dengan harga minyak mentah di pasar internasional (harga impor), sehingga meredam ekspor minyak mentah. Faktor lain penurunan volume ekspor minyak mentah disebabkan oleh penurunan pasokan minyak mentah produksi dalam negeri, selain disebabkan oleh kenaikan permintaaan bahan baku minyak mentah oleh industri pengilangan BBM. Penurunan volume dan nilai ekspor masing-masing, yaitu : 0.68 % dan 0.65 %.

Penetapan kenaikan subsidi harga BBM untuk solar 27 %, bensin 30 %, dan kerosene 25 % mendorong kenaikan permintaan bahan bakar non-BBM seperti gas alam dan batubara, sehingga mengakibatkan penurunan volume dan nilai ekspor gas alam dan batubara. Penurunan volume dan nilai ekspor gas alam masing-masing 2.25 % dan 2.26 %, sedangkan penurunan volume dan nilai ekspor batubara masing-masing 0.06 % dan 0.09 %.

Kenaikan harga impor minyak mentah menurunkan volume impor minyak mentah 0.40 %, tetapi menaikkan nilai impor minyak mentah 34.41 %. Selanjutnya kenaikan harga pokok penjualan kerosene yang tinggi dan kenaikan harga jual eceran kerosene mengakibatkan penurunan permintaan dan pemakaian kerosene. Penurunan permintaan tersebut juga ditunjukkan oleh penurunan penggunaan bahan baku minyak mentah untuk pengilangan kerosene, sehingga bahan baku minyak mentah yang dikilang lebih banyak untuk memproduksikan BBM solar. Hal tersebut mengakibatkan volume dan nilai impor BBM solar menurun masing-masing 17.95 % dan 24.00 %. Dengan demikian, hasil simulasi ketiga menunjukkan surplus neraca perdagangan energi menurun 12.45 %.

Apabila pemerintah menetapkan kenaikan subsidi harga BBM solar 27 %, bensin 30 %, dan kerosene 25 % pada saat harga impor minyak mentah mengalami kenaikan 35 %, maka hal tersebut mengakibatkan kenaikan anggaran subsidi untuk BBM 23.55 %. Kenaikan anggaran subsidi tersebut akan menurunkan Produk Domestik Bruto sisi produksi maupun menurut biaya faktor masing-masing 0. 59 % dan 0.02 %.

Tabel 21. Hasil Simulasi Historis Data Tahun 2000-2005: Dampak Kenaikan Harga Impor Minyak Mentah 35% serta Kenaikan Subsidi Harga

BBM Solar 27%, Bensin 30%, dan Kerosene 27% terhadap Defisit Fiskal

No. Variabel Endogen

Nilai Dasar Nilai Prediksi Perubahan (%)

I Penerimaan Dalam Negeri 203645027 203908085 0.129

1 Pajak Langsung 63205327 63190389 -0.024

2 Pajak Tidak Langsung 54809535 55080254 0.494

3 Bea Impor 7444779 7919802 6.381

4 Pajak Pertambahan Nilai 40424810 40220507 -0.505 5 Penerimaan Negara Bukan Pajak 65078420 65085697 0.011 6 Penerimaan Sumberdaya Alam 48020678 48022066 0.003

7 Penerimaan Laba BUMN 4683150 4689039 0.126

II Pengeluaran Negara 235932233 242079755 2.606

1 Konsumsi Pemerintah 38402384 38376186 -0.068

2 Pembayaran Bunga dan Cicilan

Hutang 39928985 39923381 -0.014

3 Investasi Pemerintah 34743727 34343687 -1.151

4 Bidang Kesehatan dan Kese-

jahteraan Sosial Masyarakat 3728380 3726159 -0.060 5 sub-Sektor Sarana Transportasi

Angkutan Jalan Raya 2267939 1870119 -17.541

6 Subsidi Bahan Bakar Minyak 27966417 34545781 23.526

7 Subsidi BBM Solar 11271974 15371466 36.369

8 Subsidi Kerosene untuk

Rumahtangga 8028718 8862735 10.388

9 Subsidi BBM Bensin 8665725 10311580 18.993

10 Subsidi 36717501 43296866 17.919

III Defisit Fiskal (II-I) 32287206 38171670 18.225

Penurunan Produk Domestik Bruto sisi produksi mengakibatkan penurunan pajak pertambahan nilai 0.51 %, sedangkan penurunan Produk Domestik Bruto menurut biaya faktor mengakibatkan penurunan pajak langsung 0.02 %. Penerimaan negara bukan pajak mengalami kenaikan 0.13 %, Penerimaan negara bukan pajak mengalami kenaikan 0.13 %, terutama diperoleh dari penerimaan laba BUMN 0.13 %. Kenaikan subsidi harga BBM tersebut juga menyebabkan penurunan laju inflasi 1.41 %.

Konsumsi pemerintah masih menunjukkan penurunan 0.16 %. Pada bagian lain dengan kenaikan subsidi harga juga mengakibatkan penurunan kemampuan membayar bunga dan cicilan hutang 0.01 %.

Defisit anggaran akan menimbulkan biaya kesempatan terutama anggaran untuk subsidi BBM dan investasi pemerintah. Kenaikan anggaran subsidi untuk BBM 23.53 % akan mengurangi investasi pemerintah 1.15 %. Penurunan investasi tersebut ditunjukkan oleh penurunan investasi pemerintah pada bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial masyarakat 0.06 % dan sarana transportasi angkutan jalan raya 17.54 %. Dengan demikian, hasil simulasi ketiga menunjukkan defisit fiskal meningkat 18.23 %.

Kenaikan harga minyak mentah 35 % yang disertai dengan kenaikan subsidi harga BBM untuk solar 27 %, bensin 30 %, dan kerosene 25 % mengakibatkan kenaikan anggaran subsidi 23.53 %. Kenaikan anggaran tersebut selanjutnya akan mengurangi Produk Domestik Bruto sisi produksi 0.59 %. Faktor lain yang juga menyebabkan penurunan Produk Domestik Bruto adalah penurunan nilai tambah sub-sektor pengamatan 0.32 %. Penurunan nilai tambah tersebut disebabkan oleh penurunan nilai tambah sarana transportasi angkutan jalan raya karena penurunan investasi pemerintah pada sub-sektor tersebut 17.54 %.

Penurunan Produk Domestik Bruto sisi produksi ditunjukkan oleh penurunan pertumbuhan ekonomi 0.89 %, Produk Domestik Bruto menurut biaya faktor 0.02 %, pendapatan disposabel 0.02 %, serta upah dan gaji 1.41 %. Pada bagian lain, penetapan kebijakan tersebut menurunkan laju inflasi 0.40 % dan mengakibatkan kenaikan daya beli konsumen

Tabel 22. Hasil Simulasi Historis Data Tahun 2000-2005: Dampak Kenaikan Harga Impor Minyak Mentah 35% serta Kenaikan Subsidi Harga BBM Solar 27%, Bensin 30%, dan Kerosene 27% terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan

No. Variabel Endogen

Nilai Dasar Nilai Prediksi Perubahan (%)

1 Produk Domestik Bruto

(GDP) Sisi Produksi 1121800000 1115240000 -0.585

2 Nilai Tambah sub-sektor

Pengamatan 78516623 78268584 -0.316

3 Pajak Tidak Langsung 54809535 55080254 0.494

4 Subsidi 36717501 43296866 17.919

5 Pertumbuhan Ekonomi 40.9159 40.553 -0.887

6 GDP Menurut Biaya Faktor 1103710000 1103460000 -0.023

7 Pendapatan Disposabel 995452307 995219206 -0.023

8 Laju Inflasi 15.0555 14.8611 -1.291

9 Upah dan Gaji 91452405 90160702 -1.412

10 Kemiskinan 37276807 37222004 -0.147

Dengan demikian, hasil simulasi ketiga menunjukkan penurunan pertumbuhan ekonomi 0.89 % dan penurunan jumlah penduduk miskin 0.15 %.

7.2.4. Simulasi 4: Kenaikan Harga Impor Minyak Mentah 35 Persen