• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

5.4. Simulasi Model

5.4.3. Skenario Simulasi

Evaluasi terhadap dampak perubahan kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja fiskal dan pendapatan nasional setelah dilakukan skenario pada simulasi historis dan simulasi peramalan. Dampak kebijakan subsidi harga tersebut ditunjukkan oleh beberapa variabel perilaku sesuai dengan komponen-komponen yang terdapat pada penerimaan dalam negeri dan pengeluaran negara, neraca perdagangan, dan Produk Domestik Bruto.

Tahap-tahap skenario pada simulasi historis mengikuti kebijakan pemerintah menurut rezim yang berkuasa. Pada masa rezim Megawati tahun 2000 – 2003, kebijakan subsidi harga BBM mengalami penurunan. Rata-rata penurunan untuk BBM solar 27 %, bensin 30 %, dan kerosene 25 %. Kebijakan tersebut dilakukan berkaitan dengan kenaikan harga minyak bumi di pasar internasional dan bagaimana usahanya untuk menekan pengeluaran negara yang diakibatkan oleh kenaikan anggaran subsidi untuk BBM.

Produksi minyak mentah (bahan baku) dalam negeri mengalami penurunan sebesar 10 % setiap tahun, sedangkan permintaan bahan baku untuk

industri pengilangan BBM naik 5 %, sehingga memerlukan persediaan tambahan bahan baku minyak mentah sebesar 15 %. Persediaan tambahan tersebut hanya dapat diperoleh melalui impor bahan baku minyak mentah. Selain impor minyak mentah, juga dilakukan impor BBM seperti BBM solar dan kerosene. Suatu alasan dilakukan impor BBM karena untuk memproduksi BBM oleh industri pengilangan dalam negeri kapasitasnya terbatas dibandingkan dengan jumlah permintaan dan pemakaian BBM. Intensitas permintaan dan pemakaian BBM dalam negeri mengalami kenaikan. Kenaikan tersebut disebabkan selama ini pemerintah memberikan subsidi harga untuk BBM.

Pada masa rezim Soesilo Bambang Yudhoyono tahun 2003 – 2005 (data terakhir) keadaan harga minyak mentah terus mengalami kenaikan di pasar minyak internasional dan rata-rata kebijakan subsidi harga BBM yang dilakukannya masih seperti rata-rata kebijakan subsidi harga BBM menurut rezim Megawati. Ditunjukkan data tentang penerimaan dalam negeri dan subsidi untuk BBM dan non–BBM (Tabel 6).

Tabel 6. Penerimaan Dalam Negeri dan Subsidi Tahun 2000 – 2004 (miliar rupiah) Tahun Anggaran Penerimaan Dalam Negeri Subsidi Bahan Bakar Minyak Non-Bahan Bakar Minyak 2000 2001 2002 2003 2004 205 334.5 300 599.5 299 755.0 342 471.5 349 299.5 53 809.6 68 380.8 31 161.7 24 512.1 46 010.0 8 935.7 9 026.6 8 844.6 10 214.0 11 835.0

Sumber: Departemen Keuangan, 2004

Berdasarkan fluktuasi harga minyak mentah dan BBM yang cenderung naik di pasar internasional yang berimbas pada harga minyak mentah dan BBM dalam negeri serta keterkaitannya dengan kebijakan subsidi harga BBM, maka skenario simulasi historis periode tahun 2000 – 2005, yaitu:

1. Skenario pertama berkaitan dengan kenaikan harga impor minyak mentah dan harga BBM. Kenaikan harga impor minyak tersebut seringkali tidak diduga sebelumnya, sehingga akan menimbulkan perbedaan harga antar harga pasar dan harga penjualan BBM dalam negeri menurut asumsi APBN.

2. Skenario kedua merupakan skenario seandainya pemerintah melakukan kenaikan subsidi harga BBM untuk solar 27 %, bensin 30 %, dan kerosene 25 %. Melalui skenario tersebut akan terlihat bagaimana dampaknya terhadap transaksi perdagangan energi, kinerja fiskal, serta pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan. Skenario kedua tentunya akan ditunjukkan oleh kenaikan pengeluaran negara.

3. Skenario ketiga merupakan kombinasi dari skenario pertama dan kedua. 4. Skenario keempat merupakan acuan dari skenario ketiga yang menyertakan

sumber pembiayaan yang berasal dari pajak langsung, pajak tidak langsung, dan penerimaan negara bukan pajak. Sumber pembiayaan pajak tidak langsung berasal dari bea impor, pajak ekspor, dan pajak pertambahan nilai. Sumber pembiayaan penerimaan negara bukan pajak berasal dari penerimaan sumberdaya alam dan penerimaan laba BUMN. Dengan demikian, skenario keempat akan melihat dampak kenaikan

pengeluaran negara dan kenaikan sumber pembiayaan dari penerimaan dalam negeri terhadap transaksi perdagangan energi, kinerja fiskal, serta pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan.

5. Skenario kelima adalah untuk mengetahui sejauh mana dampak faktor eksternal harga impor minyak mentah yang mengalami penurunan 35 % terhadap nilai transaksi perdagangan energi, kinerja fiskal, serta pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan.

6. Skenario keenam menjelaskan tentang usaha pemerintah mengatasi kenaikan defisit anggaran APBN yang disebabkan oleh kenaikan anggaran subsidi untuk BBM. Pemerintah mengantisipasinya dengan melakukan kebijakan penurunan subsidi harga BBM untuk solar 27 %, bensin 30 %, dan kerosene 25 %.

7. Skenario ketujuh merupakan kombinasi dari skenario kelima dan keenam. 8. Skenario ketujuh merupakan acuan dari skenario kelima yang menyertakan

realokasi anggaran dari penghematan subsidi BBM untuk investasi pemerintah terutama pada sub-sektor PLN, sarana transportasi angkutan jalan raya, serta pertambangan dan energi. Penghematan subsidi BBM tersebut diperoleh dari penurunan subsidi harga BBM. Sebagaimana dengan skenario sebelumnya, skenario keenam juga akan melihat bagaimana dampaknya terhadap transaksi perdagangan energi, kinerja fiskal, serta pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan.

7.1. Validasi Model

Validasi model dilakukan dengan suatu simulasi dasar terhadap sampel pengamatan data tahun 2000 – 2005. Kriteria statistik yang digunakan adalah

Root Mean Squares Percentage Error (RMSPE) dan Theil’s Inequality (U). Nilai RMSPE menggambarkan seberapa jauh nilai-nilai dugaan variabel endogen menyimpang dari nilai-nilai aktualnya dalam ukuran persentase relative. Nilai U menggambarkan kemampuan model untuk menganalisis simulasi historis (ex-post) dan peramalan (ex-ante). Terdapat juga tiga indikator statistik lainnya, yaitu UM (biased proportion), UR (regression component), dan UD (residual component).

Terdapat 70 persamaan yang dikembangkan dalam model kebijakan subsidi harga bahan bakar minyak dan dari persamaan tersebut ada 55 persamaan (73 %) mempunyai nilai RMSPE di bawah 30 %. Di lihat dari nilai U, terdapat 68 persamaan (97 %) mempunyai nilai di bawah 0.20 dan 2 persamaan (3 %) mempunyai nilai U di atas 0.20, sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil validasi, maka model yang dibangun cukup baik digunakan untuk menganalisis simulasi kebijakan historis tahun 2000 – 2005.

Nilai koefisien U berkisar antara 0 dan 1, dimana jika U sama dengan nol, maka pendugaan model sempurna yaitu sama dengan aktual. Namun, jika U sama dengan 1, maka model naif. Hasil pengujian daya pendugaan model kebijakan subsidi harga bahan bakar minyak data tahun 2000 - 2005 yang disajikan pada tabel berikut.

Tabel 13. Hasil Pengujian Daya Prediksi Model Kebijakan Subsidi Harga Bahan Bakar Minyak Tahun 2000 – 2005

Nama Variabel Bias (UM) REG (UR) DIST (UD) RMS % Error U Harga Minyak Mentah Dalam Negeri (HMMDN) 0.041 0.219 0.740 59.213 0.085 Harga Pokok Penjualan Kerosene (HPPK) 0.119 0.174 0.707 6.068 0.029 Subsidi Harga Kerosene (SUBHK) 0.044 0.233 0.723 96.651 0.098 Harga Kerosene Dalam Negeri (HKDN) 0.432 0.008 0.559 13.991 0.055 Harga Pokok Penjualan BBM Solar (HPPMS) 0.051 0.280 0.668 5.649 0.030 Subsidi Harga BBM Solar (SUBHMS) 0.082 0.000 0.918 33.052 0.094 Harga BBM Solar Dalam Negeri (HMSDN) 0.003 0.175 0.823 23.754 0.053 Harga Pokok BBM Bensin (HPPB) 0.216 0.093 0.691 64.503 0.087 Subsidi Harga BBM Bensin (SUBHMB) 0.244 0.570 0.186 108.223 0.093 Harga BBM Bensin Dalam Negeri (HMBDN) 0.103 0.025 0.873 57.561 0.116 Harga Gas Alam Dalam Negeri (HGA) 0.010 0.055 0.935 23.877 0.076 Harga Batubara Dalam Negeri (HBB) 0.168 0.384 0.448 35.528 0.111 Tarif Dasar Listrik (TDL) 0.041 0.054 0.905 39.288 0.100 Laju Inflasi (INF) 0.674 0.108 0.218 90.135 0.217 Permintaan BBM Solar oleh PLN (DMSPLN) 0.639 0.046 0.314 7.845 0.042 Permintaan BBM Solar oleh Industri Pengilangan

BBM Solar (DMSIPMS) 0.504 0.494 0.002 9.694 0.050 Permintaan BBM Solar oleh Perusahaan

Pengolahan Batubara (DMSPBB) 0.677 0.051 0.272 25.357 0.158 Permintaan BBM Solar oleh Sarana Transportasi

Angkutan Jalan Raya (DMSSTRD) 0.266 0.363 0.371 0.117 0.001 Permintaan BBM Solar Dalam Negeri (MSDN) 0.674 0.001 0.325 2.221 0.011 Permintaan Gas Alam oleh PLN (DGAPLN) 0.201 0.675 0.124 16.374 0.085 Permintaan Gas Alam oleh Industri Pengilangan

Gas Alam (DGAIPGA) 0.000 0.952 0.048 32.875 0.127 Permintaan Gas alam Dalam Negeri (GADN) 0.410 0.001 0.589 4.299 0.022 Permintaan Batubara oleh PLN (DBBPLN) 0.026 0.084 0.890 1.760 0.008 Permintaan Batubara Dalam Negeri (BBDN) 0.026 0.003 0.971 0.841 0.004 Permintaan Listrik oleh Rumahtangga (MKRT) 0.721 0.094 0.185 6.267 0.030 Permintaan BBM Bensin Dalam Negeri (MBDN) 0.342 0.620 0.037 3.091 0.014 Nilai Tambah PLN (NTPLN) 0.039 0.106 0.855 42.802 0.134

Nilai Tambah Sarana Transportasi Angkutan Jalan

Raya (NTTRDA) 0.438 0.537 0.025 9.466 0.023 Nilai Tambah Industri Pengilangan BBM Solar

(NTIPMS) 0.033 0.012 0.954 42.517 0.119

Nilai Tambah Industri Pengilangan Gas Alam

(NTIPGA) 0.248 0.383 0.369 19.631 0.045

Nilai Tambah Perusahaan Pengolahan Batubara

(NTPBB) 0.106 0.695 0.199 52.212 0.108

Nilai Tambah Industri Pengilangan Kerosene

(NTIPK) 0.006 0.132 0.862 46.081 0.124

Nilai Tambah sub-Sektor Pengamatan (NTSSP) 0.408 0.000 0.591 6.138 0.019 Nilai Tambah sub-sektor Sumberdaya Alam

(NTSDA) 0.182 0.008 0.810 5.540 0.010

Penerimaan Sumberdaya Alam (PSDA) 0.217 0.005 0.778 14.056 0.058 Nilai Tambah sub-Sektor Badan Usaha Milik

Tabel 13. Lanjutan Nama Variabel Bias (UM) REG (UR) DIST (UD) RMS % Error U Penerimaan Laba Badan Usaha Milik Negara

(PLBUMN) 0.938 0.010 0.052 32.039 0.126

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) 0.357 0.001 0.642 11.885 0.050 Nilai Impor BBM Solar (NIMMS) 0.359 0.637 0.004 25.143 0.166 Nilai Impor Minyak Mentah (NIMMM) 0.153 0.044 0.804 10.599 0.038 Nilai Impor Energi (NIM) 0.189 0.656 0.156 11.994 0.082 Bea Impor (BIM) 0.125 0.219 0.656 13.578 0.081 Nilai Ekspor Minyak Mentah (NEMM) 0.355 0.196 0.449 3.648 0.012 Nilai Ekspor Gas Alam (NEGA) 0.481 0.476 0.042 3.552 0.020 Nilai Ekspor Batubara (NEBB) 0.025 0.111 0.864 0.353 0.001 Nilai Ekspor Energi (NE) 0.408 0.462 0.130 1.615 0.008 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 0.493 0.067 0.440 15.473 0.092 Pajak Tidak Langsung (PTL) 0.392 0.040 0.568 12.197 0.074 Pajak Langsung (PL) 0.448 0.181 0.370 15.929 0.085 Konsumsi Pemerintah (KP) 0.106 0.630 0.264 185.636 0.153 Pembayaran Bunga dan Cicilan Hutang

(BCH) 0.314 0.373 0.313 10.716 0.044

Investasi Pemerintah (INVP) 0.201 0.004 0.795 1.871 0.008 Investasi Pemerintah pada Sarana

Transportasi Angkutan Jalan Raya (INVTRD) 0.480 0.031 0.489 20.317 0.078 Investasi Pemerintah pada Bidang Kesehatan

dan Kesejahteraan Sosial Masyarakat

(INVPKM) 0.000 0.003 0.997 9.082 0.037

Subsidi Bahan Bakar Minyak / BBM

(SUBBBM) 0.041 0.137 0.822 36.401 0.061

Subsidi Kerosene (SUBMS) 0.125 0.009 0.865 31.315 0.084 Subsidi Kerosene untuk Rumahtangga

(SUBKRT) 0.237 0.008 0.755 103.609 0.098

Subsidi BBM Bensin (SUBMB) 0.229 0.564 0.206 103.609 0.072 Subsidi (SUB) 0.041 0.018 0.941 20.095 0.052 Pengeluaran Negara (PEN) 0.341 0.388 0.271 3.958 0.020 Penerimaan Dalam Negeri (PDN) 0.480 0.074 0.446 10.031 0.020 Tabungan (TABP) 0.403 0.018 0.018 20.152 0.096 Kesenjangan Fiskal (KEFI) 0.404 0.559 20.153 101.559 0.373 Produk Domestik Bruto Sisi Produksi (GDP) 0.314 0.051 0.635 1.180 0.006 Perubahan Produk Domestik Bruto (PGDP) 0.002 0.305 0.694 22.399 0.021 Pertumbuhan Ekonomi (GGDP) 0.024 0.399 0.577 23.260 0.011 Produk Domestik Bruto Menurut Biaya

Faktor (YDB) 0.408 0.002 0.589 0.589 0.001 Pendapatan Disposabel (YDIS) 0.392 0.438 0.170 0.816 0.005 Upah dan Gaji (UG) 0.048 0.764 0.187 26.556 0.117 Jumlah Penduduk Miskin (JPM) 0.197 0.135 0.668 2.990 0.015 Volume Impor BBM Solar (IMMS) 0.504 0.488 0.008 25.143 0.129 Volume Impor Minyak Mentah (IMMM) 0.308 0.381 0.311 10.599 0.045 Volume Ekspor Minyak Mentah (EMM) 0.127 0.450 0.422 3.648 0.017 Volume Ekspor Gas Alam (EGA) 0.410 0.021 0.570 3.552 0.017 Volume Ekspor Batubara (EBB) 0.026 0.122 0.852 0.356 0.002 Neraca Perdagangan Energi (NEPE) 0.135 0.008 0.857 14.309 0.089

7.2. Dampak Kebijakan Subsidi Harga Bahan Bakar Minyak terhadap