• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA, DAN KONSTRUK ANALISIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.5 Sistem Percakapan

Dalam pengertian LSF, sistem adalah pilihan. Sistem dinyatakan dengan sistem jaringan Dalam sistem jaringan ditampilkan ciri. Jika suatu ciri dipenuhi, maka pilihan dilakukan. Sistem merupakan pilihanyang unsur-unsur berbentuk vertikal dan bersifat paradigmatik. Berbeda dengan sistem, struktur merupakan urutan unsur horizontal dan bersifat sintagmatik. Menurut Hjelmslev (1961) dalam Martin (1992:4), hubungan paradigmatik dipetakan dalam bentuk yang bersifat potensial (terpendam), sedangkan sintagmatik dalam bentuk nyata. Dengan kata lain, struktur merupakan realisasi dari sistem yang mendasarinya. Semua aspek bahasa dan konteks sosial dapat dideskripsi berdasarkan sistem dan struktur.

Untuk menggambarkan sistem, Matthiessen (1992: 632) mengkategorikannya ke dalam dua bentuk, yaitu secara matematis/aljabar dan secara grafis. Dalam kategori pertama dapat

disebutkan secara sederhana dengan bentuk ‘x: a/b’ yang berarti bahwa x direpresentasikan oleh fitur-fitur ‘a’ dan ‘b’. Secara lebih rinci sistem tersebut dapat dibaca jika terdapat ‘x’ maka pilihan yang ada adalah apakah sebuah fitur ‘a’ atau fitur ‘b’ sebagai pilihannya. Untuk kategori kedua yaitu penggunaan bentuk grafik secara sederhana dapat dilihat seperti berikut:

1. x

Notasi ini menyatakan bahwa aspek x terdiri atas a dan b. Jika dipilih x, selanjutnya x itu adalah a atau b.

Di dalam penggunaan bahasa, dapat diambil contoh yang lebih konkrit, yaitu misalnya sebuah ‘kalimat’ dapat direpresentasikan dengan pilihan ‘positif’ atau ‘negatif’. Secara aljabar, sistem ini akan terbaca sebagai ‘kalimat: positif/negatif’. Ekuivalensi sistem ini dapat terlihat pada bentuk grafik berikut:

Kalimat

Dengan mudah dapat secara langsung dipahami bahwa Kalimat bisa terdiri atas kalimat positif atau negatif. Kedua representasi ini dapat berkembang terus semakin luas ketika ketersediaan pilihan-pilihan itu semakin banyak dan semakin tertentu sesuai dengan konteks. Sistem itu bisa meluas misalnya jika ‘P’ maka x/y; jika x maka a/b; jika y maka c/d. Bentuk ini equivalen dengan grafik berikut ini.

a b

Positif Negatif

2. P

Lebih luas lagi dapat diterangkan dari grafik tersebut bahwa aspek P terdiri dari atas 2 komponen x dan y. Selanjutnya x terdiri atas a dan b dan y terdiri atas c dan d. Setiap pilihan satu unsur akhir dari satu komponen harus disertai pilihan unsur akhir dari komponen lain. Sistem itu harus menghasilkan 4 pilihan ac, ad, bc, dan bd. Di dalam penggunaan bahasa dapat diambil contoh yang sangat konkrit seperti tergambar dalam grafik berikut ini.

Kalimat

Dari grafik ini akan terdapat empat pilihan kalimat, yaitu Kalimat : - [ Positif/Aktif ]: Dia menangkap harimau.

- [ Positif/Pasif ]: Dia ditangkap harimau.

- [ Negatif/Aktif ]: Dia tidak menangkap harimau x y a b c d Sisi Transitivitas Positif Negatif Pasif Aktif

Berikut ini adalah pengembangan lebih lanjut tentang kemungkinan terbentuknya sistem yang direpresentasikan oleh salah satu dari kedua bentuk di atas. Kemudian, secara spesifik dari unsur-unsur kebahasaan diberikan contoh-contoh yang tujuan akhirnya adalah untuk memudahkan kajian ini.

3. X

Sistem ini menyatakan dua komponen menjadi satu, yakni b dan c membentuk r. Contoh dalam bahasa dapat terlihat seperti berikut:

Finite Predicator b c r a Modal Tense Proses Verba Verba Y d

4.

Sistem ini menyatakan bahwa bila pilihannya adalah a maka akan diikuti oleh c/d, dan bila dipilih d maka muncul e/f. Sistem semacam ini dapat terlihat dalam penggunaan bahasa seperti contoh di bawah ini:

deklaratif indikatif ya/tidak interogatif informasi imperatif

Contoh ini menggambarkan adanya pilihan yang berasal dari modus (sumber daya untuk menegosiasikan makna dalam percakapan), yaitu apakah pilihannya jatuh pada indikatif atau imperatif. Bila indikatif yang dipilih, maka pilihannya harus salah satu apakah deklaratif atau interogatif. Begitu pula, bila interogatif yang dipilih, terdapat lagi pilihan lainnya, apakah interogatif itu akan berbentuk klausa tanya yang bersifat ya/tidak atau klausa tanya. Jadi pilihan selalu muncul dan bukan satu-satunya, dan ini menunjukkan bahwa sistem jaringan itu dipresentasikan bahasa sebagai sebuah sumber daya dan bukan sebagai perangkat aturan (Martin, 1992:5). X a b c d e f Modus

Seperti yang diketahui bahwa penggunaan bahasa tidak pernah lepas dari konteks sosial. Penggunaan unsur-unsur bahasa seperti yang telah diuraikan terdahulu sangat ditentukan oleh konteks sosial terjadinya komunikasi. Pilihan unsur bahasa seperti kalimat deklratif, imperatif, dan sebagainya oleh penutur dan petutur senantiasa berdasarkan konteks sosial. Konteks sosial terbagi tiga, yaitu konteks situasi, konteks budaya dan konteks ideology (Martin, 1992).

Berbagai pendapat yang dirumuskan oleh pakar bahasa tentang konteks situasi seperti Poynton; Thomas, dan kawan-kawan (2000); Fowler, Hodge, Kress (2001); Romaine (2000), Holmes (2001); Stockwell (2002) dan Fitsgerald (2006) yang satu sama lain terdapat perbedaan . Namun, Perbedaan-perbedaan tersebut tidak bertentangan antara satu dengan lain . Pendapat-pendapat mereka dapat dirumuskan menjadi satu sistem yang tergambar pada Figura 2.2 yang dapat dilihat bahwa dalam konteks situasi ada unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi, yaitu status, formalitas, afektif dan kontak. Status dibedakan atas sama dan tidak sama, Formalitas adalah keadaan situasi percakapan yang dibedakan atas formal dan tidak formula, Afektif juga merupakan keadaan percakapan apakah bersifat positif atau negatif dan kontak merupakan sering atau tidak sering terjadinya komunikasi. Sistem konteks sosial tersebut juga memperlihatkan bahwa penutur dalam berkomunikasi akan memperhatikan siapa lawan bicaranya berdasarkan keempat komponen di atas. Status yang dimiliki seseorang menyebabkan orang tersebut memiliki kekuasaan ‘power’ dan dengan kekuasan yang dimilikinya memaksa seseorang melakukan sesuatu seperti apa yang diinginkannya (Poynton1985; Thomas, dan kawan-kawan (2000). Keberadaan status dan kekuasaan seorang penutur di sebabkan oleh beberapa faktor seperti kekayaan, etnik, posisi sosial, umur, keadaan geografis, jenis kelamin, ilmu pengetahuan, tampilan fisik (Fowler, Hodge, Kress, 2001). Menurut Romaine (2000), Holmes (2001), dan Stockwell (2002) keberadaan status dan

kekuasaan disebabkan oleh usia, jenis kelamin, etnik, gender, jaringan sosial, jabatan dan kelas sosial. Sementara Fitsgerald (2006), Thomas, dan kawan-kawan (2000) menyatakan bahwa selain faktor- faktor yang telah disebutkan di atas, rasis dan politik juga sebagai penyebab adanya keberadaan status dan kekuasaan. Seorang penutur yang memiliki usia lebih muda akan menggunakan kalimat tanya berikut “Apakah anda tidak keberatan mengangkat kursi itu?” sebagai pengganti kalimat perintah ‘command’ “Angkat kursi itu!”. Selain status, penutur dalam menukarkan pengalamannya juga harus memperhatikan konteks pembicaraan terjadi apakah dalam konteks social yang biasa atau tidak biasa. Konteks sosial biasa merupakan situasi percakapan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari sedangkan konteks sosial yang

Sama Status

Tidak sama Formal Formalitas

Sistem Tidak formal

Positif Afekif Negatif Sering kontak Tidak sering

tidak biasa merupakan aktivitas sosial yang berkaitan dengan budaya dan agama. Dalam bertukar pengalaman, penutur dan petutur juga dapat melakukan pilihan apakah secara langsung maupun tidak langsung, yaitu penutur berhadapan langsung dengan petutur atau menggunakan sarana komunikasi.

Berdasarkan pilihan-pilihan yang dapat dilakukan penutur dan petutur, maka dapat diinterpretasikan bahwa dalam bertukar pengalaman atau lebih tepatnya dalam berkomunikasi terjadi suatu sistem jaringan, di mana para penutur dan petutur dapat melakukan pilihan-pilihan seperti yang tergambar dalam Figura 2.3.

A 1.Petutur B Langsung 1.Peristiwa 2. Kontak Tidak langsung Biasa 3.Konteks

1. Memulai Tidak biasa Sistem Percakapan 2. Orientasi

2. Menanggapi 1. Ada 3. Interaksi 2. Tidak ada

Figura 2.3 memperlihatkan bahwa sistem percakapan secara umum terdiri dari tiga faktor, yaitu peristiwa, orientasi dan interaksi. Peristiwa sebagai faktor pertama terdiri dari tiga unsur, yaitu penutur, kontak dan konteks. Petutur biasanya terdiri dari dua orang atau lebih yang satu sama lain dapat berbicara langsung, Kontak sebagai unsur kedua dari peristiwa merupakan keadaan komunikasi yang terjadi apakah penutur melakukan komunikasi secara langsung atau menggunakan sarana komunikasi. Orientasi adalah peran penutur memulai atau menanggapi. Interaksi sebagai faktor ketiga dari sistem percakapan adalah kelangsungan percakapan. Jika percakapan berlangsung, maka terjadi interaksi dan jika tidak berlangusng berarti tidak ada interaksi.

Konteks merupakan situasi terjadinya percakapan apakah percakapan berlangsung alam situasi formal atau tidak formal, situasi biasa dan tidak biasa. Orientasi sebagai faktor kedua dalam sistem percakapan memperlihatkan apakah penutur memulai atau menanggapi percakapan. Faktor ketiga dari sistem percakapan adalah interaksi. Bila ada tanggapan akan terjadi interaksi dan percakapan akan berlanjut sesuai kebutuhan penutur. Bila tidak ada tanggapan, maka tidak terjadi interaksi. Berdasarkan pilihan-pilihan di atas, penutur menukarkan pengalamannya yang akan membentuk struktur percakapan