• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Spesifikasi Produk

Media Flashcard adalah sebuah kartu kecil yang berisi gambar yang mengingatkan atau mengarahkan siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar. Spesifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian pengembangan media Flashcard ini adalah:

1. Rancangan Desain Kartu Flashcard

Rancangan desain kartu Flashcard berisi tentang kerangka kartu gambar dan kartu pembelajaran kosakata baru yang dibuat:

(a) Kartu gambar didesain menggunakan kertas karton dengan ukuran 14x13 cm.

(b) Kartu penambahan kosa kata didesain menggunakan kertas manila dengan ukuran 8x6 cm.

(c) Kartu dilaminating supaya lebih rapi dan tidak mudah rusak.

(d) Kartu kosakata 1 dan kosakata 2 diberi warna yang berbeda, serta kartu pembelajaran kosakata baru yaitu kosakata 3 diberi warna yang berbeda dengan kata benda, kata kerja, dan kata sifat. Keseluruhan jumlah kosakata dari kata 1, kata 2, dan kata 3 ada 60 kosakata

(e) Tulisan untuk kosakata ditulis menggunakan huruf tegak bersambung.

2. Rancangan Desain Papan Flashcard

Rancangan desain papan Flashcard berisi tentang kerangka papan Flashcard yang digunakan untuk memasang kartu Flashcard.

a. Papan Flashcard dibentuk segitiga sama sisi dengan ukuran 30x15 cm.

Peneliti memilih Papan Flashcard dengan desain bentuk segitiga sama sisi karena saat melakukan konsultasi media dengan dosen pembimbing, beliau

memberi saran bentuk-bentuk papan yang mudah dibuat. Oleh karena itu, peneliti memilih papan media Flashcard berbentuk segitiga sama sisi.

b. Papan Flashcard diberi tempat untuk memasang kartu gambar dan kartu kosakata. Papan Flashcard memiliki tempat yang digunakan untuk memasang kartu gambar pada bagian atas. Dibagian bawah kartu gambar, peneliti memberikan tempat untuk memasang kartu kosakata 1, kosakata 2, dan kosakata 3 sebagai pembelajaran kosakata baru.

c. Di papan Flashcard terdapat empat buah kotak. Kotak 1 untuk menyimpan kartu gambar, kotak 2 untuk menyimpan kata 1, kotak 3 untuk menyimpan kata 2, dan kotak 4 untuk menyimpan kata 3.

d. Modul dikembangkan berdasarkan kelemahan peserta didik yang mengalami kebutuhan khusus. Jenis kelemahan yang dialami peserta didik tunarungu yaitu kesulitan dalam pembelajaran kosakata baru, lalu menggunakan media Flashcard untuk membantu dalam pembelajaran kosakata baru.

e. Modul yang dikembangkan berbentuk buku dengan ukuran A5. Modul didesain dengan menggunakan Microsoft Word. Modul dicetak menggunakan model hard cover dan kertas berbahan ivory untuk bagian isi. Tampilan modul dibuat menarik dan sesuai dengan hasil yang baik.

Gambar 1.1 Media Flashcard

Gambar 1.2 Modul

8 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka

1. Teori yang mendukung a. Pengertian Siswa Tunarungu

Tunarungu memiliki arti yang sangat beragam yang mengacu pada kondisi pendengaran seseorang. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi V (2016) menjelaskan bahwa tunarungu adalah istilah lain dari tuli. Mereka disebut tunarungu karena tidak dapat mendengar karena rusaknya pendengaran. Secara etimologi, tunarungu berasal dari kata tuna dan rungu. Tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran.

Murni (2007:23) mendefinisikan bahwa tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar, baik sebagian atau seluruhnya. Hal ini disebabkan oleh tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari dan berdampak terhadap kehidupannya secara kompleks, terutama pada kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi.

Somantri (2012:93) mendefinisikan bahwa tunarungu adalah keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indra pendengarannya yang menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional dalam kehidupan sehari-hari.

Dari beberapa definisi menurut para ahli, siswa tunarungu dalam penelitian ini adalah siswa yang mengalami hambatan dalam pendengarannya yang memiliki fungsi pendengaran 41-55 Db yang tergolong dalam kategori tunarungu sedang.

b. Karakteristik Berbahasa Siswa Tunarungu

Ada beberapa sifat karakteristik berbahasa siswa tunarungu. Haenudin (2013:67) menjelaskan tunarungu dalam segi bahasa memiliki ciri yang khas yaitu sangat terbatas

dalam pemilihan kosakata, sulit mengartikan arti kiasan dan kata-kata yang bersifat abstrak. Sadja’ah (2005:109) menjelaskan karakteristik bahasa anak tunarungu meliputi:

a. Miskin kosakata

b. Sulit memahami kata-kata yang sifatnya abstrak

c. Sulit memahami kata-kata yang mengandung arti kiasan d. Irama dan gaya bahasa monoton

Menurut Suparno (2001:14), karakteristik bahasa siswa tunarungu adalah sebagai berikut:

a. Miskin kosakata

b. Sulit mengerti ungkapan-ungkapan dan kata-kata abstrak

c. Sulit memahami kalimat-kalimat kompleks atau kalimat panjang serta bentuk kiasan-kiasan

d. Kurang memahami irama dan gerak.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai karakteristik bahasa siswa tunarungu, siswa tunarungu sangat terbatas dalam kosakata, sulit memahami kalimat yang mengandung arti kiasan dan abstrak, serta sulit memahami kalimat panjang.

c. Perkembangan Bahasa Siswa Tunarungu

Pada awalnya, perkembangan bahasa siswa tunarungu tidak jauh berbeda dengan perkembangan bahasa siswa pada umumnya. Salim (dalam Eni, 2015:19) menjelaskan pola perkembangan bahasa bicara siswa tunarungu yaitu:

a. Pada awal mengenal bahasa, siswa tunarungu tidak mengalami hambatan. Namun ketika siswa mulai mengetahui gangguan pada pendengarannya, terjadilah perbedaan bahasa dan perkembangan bicara mulai berhenti.

b. Pada masa meniru, siswa tunarungu terbatas pada peniruan visual, yaitu gerak dan isyarat.

c. Perkembangan bahasa dan bicara siswa tunarungu pada tahap selanjutnya memerlukan pembinaan secara khusus dan intenstif sesuai dengan taraf ketunarunguan dan kemampuannya.

Dari beberapa pola perkembangan bahasa siswa tunarungu, perkembangan bahasa siswa tunarungu terhenti pada masa akhir mengenal bahasa. Siswa tunarungu kesulitan dalam memperoleh informasi dari luar karena ketidakmampuannya dalam mendengar. Hal itu juga mengakibatkan sedikitnya kosakata yang dimiliki oleh siswa tunarungu.

d. Pemerolehan Bahasa Siswa Tunarungu

Winarsih (2010:65) menjelaskan pemerolehan bahasa diartikan sebagai proses perkembangan alami bahasa pertama yang terjadi tanpa disadari dan digunakan sebagai sarana untuk berkomunikasi. Chaer (2003:11) menjelaskan bahwa pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seseorang, ketika memperoleh bahasa pertama atau bahasa ibu.

Masa pemerolehan bahasa siswa tunurungu tidak dapat dilalui seperti halnya siswa yang bisa mendengar. Jika siswa yang bisa mendengar, mampu menghubungan pengalaman dan lambang bahasa melalui pendengaran, tetapi siswa tunarungu tidak.

Hal ini disebabkan adanya disfungsi pada pendengara. Siswa tunarungu memperoleh bahasa lebih difoskuskan melalui fungsi penglihatan, karena siswa tunarungu lebih banyak menyerap informasi melalui penglihatan untuk memperoleh bahasa.

Pemerolehan kosakata yang dihasilkan oleh siswa tunarungu cenderung didominasi oleh kata benda, dan sedikit jenis kata selain kata benda. Hal itu dikarenakan siswa lebih cepat menanggapi hal-hal yang konkret daripada yang bersifat abstrak.

e. Klasifikasi Siswa Tunarungu

Klasifikasi mutlak diperlukan untuk layanan pendidikan khusus. Hal ini sangat menentukan dalam pemilihan alat bantu mendengar yang sesuai dengan sisa pendengarannya dan menunjang lajunya pembelajaran yang efektif. Boothroyd

(dalam Winarsih, 2007:23) menjelaskan klasifikasi tingkat ketunarunguan adalah sebagai berikut:

1. Kelompok I: kehilangan 15-30 dB. Mild hearing losses atau tingkat tunarungu ringan, daya tangkap terhadap suara cakapan manusia normal.

2. Kelompok II: kehilangan 31-60 dB. Moderate hearing losses atau tingkat tunarungu sedang, daya tangkap terhadap suara cakapan manusia hanya sebagian.

3. Kelompok III: kehilangan 61-90 dB. Severe hearing losses atau tingkat tunarungu berat, daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada.

4. Kelompok IV: kehilangan 91-120 dB. Profound hearing losses atau tingkat tunarungu sangat berat, daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada sama sekali.

5. Kelompok V: kehilangan lebih dari 120 dB. Total hearing losses atau tingkat tunarungu total, daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada sama sekali.

Selanjutnya Uden (dalam Winarsih, 2007:26) menjelaskan klasifikasi tunarungu dibagi menjadi tiga, yakni berdasarkan saat terjadinya ketunarungan, berdasarkan tempat kerusakan pada organ pendengarannya, dan berdasarkan pada taraf penguasaan bahasa.

a. Berdasarkan sifat terjadinya tunarungu:

1) Tunarungu bawaan, artinya ketika lahir anak sudah mengalami tunarungu dan indera pendengarannya sudah tidak berfungsi lagi.

2) Tunarungu setelah lahir, artinya terjadi tunarungu setelah anak lahir diakibatkan oleh kecelakaan atau suatu penyakit.

b. Berdasarkan tempat kerusakan:

1) Kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah sehingga menghambat bunyi-bunyian yang masuk ke dalam telinga disebut tunarungu konduktif.

2) Kerusakan pada telinga bagian dalam sehingga tidak dapat mendengar bunyi atau suara disebut tunarungu sensoris.

c. Berdasarkan taraf penguasaan bahasa:

1) Tunarungu prabahasa (prelingually deaf) adalah mereka yang menjadi tunarungu sebelum dikuasainya suatu bahasa (usia 1,6 tahun) artinya anak menyamakan tanda (signal) tertentu seperti mengamati, menunjuk, meraih, dan sebagainya.

2) Tunarungu purnabahasa (post lingually deaf) adalah mereka yang menjadi tunarungu setelah menguasai bahasa, yaitu telah menerapkan dan memahami sistem lambang yang berlaku di lingkungan.

Klasifikasi di atas merupakan jenis klasifikasi yang membagi tingkat tunarungu menjadi beberapa kelompok sesuai dengan kehilangan pendengarannya dan tempat terjadi kerusakan.

2. Kajian Kosakata a. Pengertian Kosakata

Kosakata sangat dibutuhkan seseorang dalam berbahasa. Purwo (dalam Yunisah, 2007:11) menjelaskan bahwa penguasaan kosakata merupakan ukuran pemahaman seseorang terhadap kosakata suatu bahasa dan kemampuannya menggunakan kosakata tersebut, baik secara lisan maupun tertulis. Soedjito dan Djoko (2013:13) mengungkapkan bahwa kosakata adalah perbendaharaan atau kekayaan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa. Burhan (2010:338) berpendapat bahwa kosakata adalah kekayaan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa yang berfungsi membentuk kalimat yang mengutarakan isi pikiran, baik secara lisan maupun tertulis.

Dari berbagai pendapat tersebut, kosakata adalah himpunan kata yang dimengerti oleh seseorang serta untuk menambah pembelajara kosakata baru.

b. Ruang Lingkup Pembelajaran Kosakata

Abdul (2006:86) membedakan kosakata menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Kata benda 6. Kata petunjuk 2. Kata ganti 7. Kata bilangan 3. Kata kerja 8. Kata penyangkal

4. Kata sifat 9. Kata penghubung 5. Kata sapaan 10. Kata keterangan

Kosakata dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kosakata dasar dan kosakata serapan. Kosakata dasar adalah perbendaharaan kata dasar, sedangkan kosakata serapan adalah kosakata dari bahasa asing dan kosakata dapat berubah.

c. Jenis Kosakata Benda, Kosakata Kerja, Kosakata Sifat a) Kosakata Benda

Keraf (1991:55) menjelaskan kata benda konkret yaitu nama dari benda-benda yang dapat ditangkap dengan panca indera. Kata benda-benda konkret dibagi menjadi:

1. Nama diri : Tomi, Rani, Budi, Nina 2. Nama benda : Rumah, batu, tali, binatang 3. Nama zat : emas, tanah, air

4. Nama alat : pemukul, cangkul, pisau, jala 5. Nama jenis : siswa, guru, ibu

Kata benda konkret merupakan nama-nama benda bersifat nyata dan dapat ditangkap oleh pancaindera yang meliputi nama diri, nama benda, nama zat, nama alat, dan nama jenis.

b) Kosakata Kerja

Nurhayati (2001:69) menjelaskan kata kerja adalah jenis kata yang menyatakan suatu perbuatan, pekerjaan, tindakan, atau keadaan. Kata kerja dibagi berdasarkan bentuknya menjadi:

1. Kosakata kerja bentuk dasar : memasak, mandi, menyapu, tidur, mengajar.

2. Kosakata kerja bentuk turunan : lari-lari, makan-makanan, berputar-putar.

c) Kosakata Sifat

Kridalaksana (2001:89) menjelaskan kata sifat adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan. Jenis-jenis kata sifat : 1. Kata sifat bentuk dasar : Anggun, marah, lama, ramai, rusak.

2. Kata sifat bentuk turunan atau pengulangan : cantik-cantik, murah-murah.

d. Kemampuan Pembelajaran Kosakata

Pembelajaran kosakata merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai penambahan bahasa. Semakin banyak kosakata yang dimiliki, semakin banyak pula ide dan gagasam yang dimilki seseorang. Musfiroh (dalam Triami, 2016:26) menjelaskan bahwa saat anak berusia 5 tahun, anak telah mampu menghimpun kurang lebih 3000 kata, meliputi kata benda, kata sifat, kata kerja, dan kata keterangan. Anak tunarungu masih kesulitan dalam menggunakan kata benda karena keterbatasannya.

Yunisah (2007:11) menjelaskan pembelajaran kosakata adalah ukuran pemahaman seseorang terhadap kosakata suatu bahasa dan kemampuannya menggunakan kosakata tersebut baik secara lisan maupun tertulis. Suryono dan Zumrotin (2015:25) menjelaskan bahwa kemampuan mengenal kosakata adalah kemampuan mengenal komponen bahasa yang memuat informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Zuchdi (1990:3) menjelaskan bahwa pembelajaran kosakata adalah kemampuan seseorang untuk mengenal, memahami, dan menggunakan kata-kata dengan baik dan benar dengan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.

3. Kajian Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting dalam proses belajar mengajar karena dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi yang akan

diajarkan. Sadiman (2011:14) menjelaskan bahwa media merupakan salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan sehingga membantu mengatasi hambatan dalam belajar, seperti perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan gaya indera, cacat tubuh, atau hambatan jarak geografis dan waktu.

Arsyad (2013:10) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan maupun informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar.

Pendapat ini menekankan bahwa segala sesuatu yang dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar dapat dijadikan media dalam pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat merangsang perhatian dan minat belajar siswa. Media pembelajaran digunakan oleh guru dalam menyampaikan pesan kepada siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Media pembelajaran juga berfungsi untuk mempermudah penyampaian materi ke siswa.

b. Karakteristik Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah berbagai perangkat, isi materi, atau pengalaman yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Santyasa (2007:4) menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Karakteristik media pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Fiksatif

Media pembelajaran hendaknya memiliki sifat fiksatif dalam artian media pembelajaran memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan demikian, objek atau kejadian tersebut dapat digambar, difoto, direkam atau difilmkan, serta disimpan dan kemudian ditampilkan kembali saat dibutuhkan (Santyasa, 2007: 4).

2. Manipulatif

Media pembelajaran hendaknya bersifat manipulatif, dalam artian bahwa media pembelajaran dapat menampilkan kembali objek atau kejadian yang telah disimpan sebelumnya dengan memberikan beberapa modifikasi atau perubahan seperlunya sehingga dapat menunjang proses belajar mengajar (Santyasa, 2007:4).

4. Media Flashcard

a. Pengertian Media Flashcard

Indriana (2011:68) menjelaskan Flashcard merupakan media visual. Media ini juga dipakai baik untuk kelas bawah maupun kelas atas secara kelompok kecil.

Flashcard adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar yang ukurannya tidak terlalu besar, ukurannya sekitar 15x16 cm. Gambar yang ditampilkan dalam media tersebut adalah gambaran tangan maupun foto yang sudah ada dan ditempelkan pada lembaran-lembaran kartu.

Arsyad (2014:19) menjelaskan Flashcard merupakan media pembelajaran berupa kartu kecil berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada suatu yang berhubungan dengan gambar itu. Flashcard biasanya berukuran 8x12 cm atau dapat disesuaikan dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi.

Berdasarkan pengertian dari beberapa para ahli, media Flashcard adalah media pembelajaran yang berbentuk kartu berukuran kecil atau disesuaikan dengan kebutuhan gambar.

b. Karakteristik dan Macam-Macam Media Flashcard

Flashcard merupakan media grafis yang praktis dan aplikatif. Pengertian mengenai Flashcard yaitu sebuah kartu belajar yang efektif. Kartu Flashcard sisi depan berisi gambar, teks, atau tanda simbol. Oleh karena itu, Budimanjaya (2015:211) mengemukakan media Flashcard mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Flashcard berupa kartu bergambar yang efektif.

2) Sisi depan berisi gambar atau tanda simbol.

3) Sederhana dan mudah membuatnya.

Media Flashcard adalah kartu bergambar yang dapat mengarahkan siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar yang ada pada kartu tersebut. Flashcard merupakan media praktis dan aplikatif yang menyajikan pesan singkat berupa materi sesuai kebutuhan siswa. Oleh karena itu, Susilana dan Riyana (2009:96-97) mengemukakan macam-macam Flashcard yaitu:

1) Flashcard membaca;

2) Flashcard berhitung;

3) Flashcard kartu gambar;dan 4) Flashcard binatang.

Dari macam-macam Flashcard, peneliti memilih Flashcard kartu gambar karena peneliti memfokuskan pada pembelajaran kosakata baru dengan menggunakan kartu gambar untuk siswa tunarungu.

c. Kelebihan dan Kekurangan Media Flashcard

Semua media pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan media Flashcard. Susilana dan Cepriyana (2009:95) mengemukakan beberapa kelebihan yang dimiliki oleh media Flashcard yaitu:

1) Media Flashcard ini memiliki desain yang simpel dan mudah digunakan dan tidak membahayakan bagi para siswa.

2) Cara pembuatan dan penggunaan praktis.

3) Gampang dingat karena kartu Flashcard terdapat sebuah gambar agar anak paham materi yang sudah disampaikan.

4) Menyenangkan karena media Flashcard dalam penggunaanya bisa melalui bermain karena siswa mengambil jawabannya secara acak.

Selain kelebihan, media Flashcard juga mempunyai kekurangan. Adapun kekurangan media Flashcard tersebut yaitu media Flashcard sebagai berikut :

1) Media Flashcard ini tidak bisa dipergunakan untuk kelompok besar. Media ini hanya cocok digunakan untuk kelompok kecil. Media Flashcard ini tidak cocok digunakan untuk pembelajaran yang jumlah siswanya banyak.

d. Manfaat Media Flashcard Dalam Pembelajaran Kosakata

Manfaat pengembangan media Flashcard antara lain, oleh karena itu Susilana dan Riyani (dalam Hotimah 2010:93) mengemukakan manfaat media Flashcard dalam pembelajaran kosakata baru:

1. Siswa mampu belajar kosakata baru menggunakan bahasa yang sederhana.

2. Siswa mampu menggunakan media Flashcard pada saat pembelajaran di kelas.

3. Siswa mampu dalam menghafal kata.

4. Memudahkan orangtua atau guru dalam mengajarkan dan mengenalkan kosakata kepada anak.

e. Penggunaan Media Flashcard dalam Pembelajaran

Penggunaan media Flashcard dalam pembelajaran merupakan suatu proses atau cara menggunakan kartu belajar yang efektif berisi gambar, teks, atau tanda simbol untuk membantu mengingatkan atau mengarahkan siswa kepada suatu yang berhubungan dengan gambar, teks, atau tanda simbol yang ada pada kartu, serta merangsang pikiran dan minat siswa dalam meningkatkan kecakapan. Media Flashcard merupakan media visual yang digunakan sebagai pembelajaran kosakata baru bagi siswa tunarungu. Kartu gambar dipasang dipapan media Flashcard, kemudian dibawah kartu gambar terdapat kosakata 1, kosakata 2, kemudian siswa diminta untuk melengkapi kosakata baru kosakata 3.

f. Penggunaan Media Flashcard

Penggunaan media Flashcard sangat mudah. Indriana (2011:68) mengemukakan cara penggunaan media Flashcard:

1. Siapkan media Flashcard yang digunakan.

2. Guru menjelaskan cara menggunakan media Flashcard.

3. Siswa maju kedepan untuk mempratikkan media yang sudah disediakan.

4. Guru memasang kartu gambar yang pertama ditempat yang sudah disediakan, kemudian guru menambah kosakata 1 dan kosakata 2 di bawah gambar ditempat yang sudah disediakan.

5. Siswa diminta untuk membaca kosakata 1 dan kosakata 2 terlebih dahulu.

6. Siswa diminta untuk melengkapi kosakata 3 sebagai penambahan kosakata dengan mencari kartu kosakata di sebuah kotak yang sudah disediakan. Guru membimbing siswa tersebut.

7. Siswa mencari kosakata 3 secara acak yang ada di sebuah kotak.

8. Setelah siswa menemukan kosakata 3, lalu dipasang di papan yang sudah disediakan.

9. Siswa diminta untuk membacakan hasilnya kemudian ditulis di buku tulis masing-masing.

g. Peran Media Flashcard dengan Pembelajaran Kosakata

Flashcard adalah media visual yang berupa kartu kecil berisi gambar merupakan keterangan yang berhubungan dengan gambar yang ada tersebut. Media Flashcard merupakan sarana pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media pembelajaran yang disukai oleh siswa karena terdapat gambar-gambar yang menarik yang disertai dengan warna yang cerah. Media Flashcard dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Seperti yang dikatakan Levie &

Levie (dalam Arsyad, 2006:9) bahwa belajar melalui gambar menumbuhkan hasil belajar yang lebih untuk mengingat, mengenali, dan mengingat kembali.

Curtain dan Dahlberg (2010:345) menjelaskan bahwa Flashcard yang berupa gambar atau simbol dapat digunakan untuk menstimulasi kosakata atau aktivitas siswa. Media ini dimainkan dengan cara diperlihatkan kepada siswa dan kemudian dibacakan. Suyanto (2010:109) menjelaskan bahwa penggunaan media Flashcard

sangat dianjurkan agar siswa dapat menambah dan mengingat kosakata dengan mudah sambil melihat gambar.

Dari pendapat para ahli tersebut, media Flashcard merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk mengingatkan pembelajaran kosakata baru dalam penelitian ini.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini tentunya sudah melihat penelitian-penelitian yang relevan sebelumnya. Peneliti banyak menemukan jenis penelitian-penelitian yang sama yakni terkait dengan pengembangan media Flashcard untuk pembelajaran kosakata. Berikut beberapa penelitian yang relevan, yang peneliti temukan.

1. Penelitian yang relevan dilakukan oleh Galih Pranowo (2011) yang berjudul Pengembangan Media Flashcard untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Aksara Jawa Bagi Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Karangduwet Gunungkidul. Jenis penelitian yang digunakan yaitu PTK. Penilaian oleh ahli media mendapat hasil 82 dengan persentase perolehan nilai kelayakan media 83,13% yang berarti sangat baik. Pengembangan media yang dilakukan oleh Galih Pranowo tersebut berisi materi aksara Jawa untuk meningkatkan kemampuan membaca aksara Jawa.

2. Penelitian yang relevan dilakukan oleh Oktavia Triami Putri (2016) dengan judul Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia Menggunakan Media Flashcard siswa kelas 2 SD Negeri Surokarsan 2 Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan Research and Development (R&D) memberikan hasil peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan kemampuan penguasaan kosakata bahasa Indonesia siswa dilihat melalui rerata kelas pada saat pratindakaan sebesar 39,55 dan mengalami peningkatan sebesar 13,35 pada siklus I menjadi 52,9.

Melalui penggunaan media Flashcard, siswa lebih tertarik dalam pembelajaran kosakata bahasa Indonesia sehingga lebih memperhatikan pelajaran dan semangat

untuk menguasai kosakata tersebut karena gambar yang disediakan berwarna-warni dan mudah diingat.

3. Penelitian yang relevan dilakukan oleh Tresna Hendrayani (2013) yang berjudul

“Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Melalui Flashcard”. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan media Flashcard dalam meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris untuk kelas 2 di SD Kartika Srondol Semarang. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 9 anak. Jenis penelitian yang digunakan Research

“Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Melalui Flashcard”. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan media Flashcard dalam meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris untuk kelas 2 di SD Kartika Srondol Semarang. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 9 anak. Jenis penelitian yang digunakan Research