• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MEDIA FLASHCARD BAGI SISWA TUNARUNGU UNTUK BELAJAR KOSAKATA BARU KELAS BAWAH SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN MEDIA FLASHCARD BAGI SISWA TUNARUNGU UNTUK BELAJAR KOSAKATA BARU KELAS BAWAH SKRIPSI"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN MEDIA FLASHCARD BAGI SISWA TUNARUNGU UNTUK BELAJAR KOSAKATA BARU KELAS BAWAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Dominika Rika Suharyani NIM: 161134024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini peneliti persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang memberi kelancaran dan kekuatan dalam mengerjakan skripsi.

2. Kedua orangtua dan saudara tercinta yang selalu memberi doa dan dukungan.

3. Seluruh keluarga dan sahabat yang selalu memberikan doa dan dukungan.

(3)

v MOTTO

“Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan maka terlaksanakanlah segala rencanamu”

Amsal 16:3

(4)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA FLASHCARD BAGI SISWA TUNARUNGU UNTUK BELAJAR KOSAKATA BARU KELAS BAWAH

Dominika Rika Suharyani Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2020

Kemampuan komunikasi anak tunarungu berbeda dengan anak pada umumnya. Hal ini disebabkan karena perkembangan bahasa dan bicara berkaitan erat dengan kemampuan mendengar. Permasalahan yang dialami anak tunarungu adalah kesulitan dalam pembelajaran kosakata baru dalam bahasa sehari-hari dan kemampuan membaca. Ketika anak mengalami kesulitan dalam pembelajaran kosakata, anak akan merasa kesulitan untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, peran guru sangatlah penting untuk menyediakan media dalam proses pembelajaran di kelas untuk membantu siswa dalam pembelajaran kosakata. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan media Flashcard sebagai media untuk pembelajaran kosakata bagi siswa tunarungu.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Langkah-langkah dalam penelitian dan pengembangan ini menggunakan enam dari sepuluh langkah R&D menurut Borg dan Gall dalam (Sugiyono, 2015:409). Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh peneliti meliputi enam langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk. Penelitian ini berhenti pada langkah kelima karena adanya pandemi virus corona (Covid-19). Kondisi tersebut menyebabkan peneliti tidak dapat melakukan uji coba ke siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media Flashcard memiliki kualitas yang baik menurut perhitungan skala 5. Hasil rata-rata validasi media Flashcard yaitu 4,1, hasil rata-rata validasi buku modul yaitu 3,95, dan hasil rata-rata validasi video tutorial cara penggunaan media Flashcard yaitu 4,1. Dari hasil tersebut peneliti menyimpulkan bahwa media Flashcard dapat membantu pembelajaran kosakata baru bagi siswa tunarungu.

Kata kunci: media Flashcard, anak tunarungu, pembelajaran kosakata

(5)

ix ABSTRACT

DEVELOPMENT OF FLASHCARD MEDIA FOR DEAF STUDENTS’ EARLY GRADE VOCABULARY ACQUISITION

Dominika Rika Suharyani Sanata Dharma University

Yogyakarta 2020

Deaf children’s communication ability was different from children in general.

This was because language and speech development was closely related to hearing ability. The problem faced by deaf children was the difficulty of vocabulary acquisition in their daily language and reading skills. When a child experienced difficulty in vocabulary acquisition, the child found difficulty communicating.

Therefore, the role of teachers was very important to provide a media for the learning process in the classroom in order to help students in vocabulary acquisition.

The objective of this study was to develop flashcards as a media toward vocabulary acquisition for deaf students.

The type of study used in this study was research and development (R&D).

The steps in this research and development used six out of the ten steps of R&D according to Borg and Gall (in Sugiyono, 2015:409). The research and development steps that the researcher did included six steps, namely: (1) potential and problems, (2) data collection, (3) product design, (4) design validation, (5) design revision, and (6) product testing. This study stopped at the fifth step due to the Coronavirus (Covid- 19) pandemic. Because of the condition, the researcher was unable to conduct the testing on the students. The conclusion of the study’s findings showed that the flashcard media had a good quality according to the 5-point scale calculation. The average validation result for the flashcard media was 4.1, the average validation of the module book was 3.95, and the average validation result for the tutorial video on using the flashcard media was 4.1. From these results, the researchers concluded that Flashcard media can help learning new vocablurary for deaf students.

Keywords: deaf children, flashcard media, vocabulary acquisition

(6)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR BAGAN ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Definisi Operasional... 4

F. Spesifikasi Produk ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Kajian Pustaka ... 8

(7)

xiii

1. Teori yang Mendukung ... 8

a. Pengertian Siswa Tunarungu ... 8

b. Karakteristik Berbahasa Anak Tunarungu ... 8

c. Perkembangan Bahasa Siswa Tunarungu... 9

d. Pemerolehan Bahasa Siswa Tunarungu ... 10

e. Klasifikasi Siswa Tunarungu... 10

2. Kajian Kosakata ... 12

a. Pengertian Kosakata ... 12

b. Ruang Lingkup Pembelajaran Kosakata ... 12

c. Jenis Kosakata Benda, Kosakata Kerja, Kosakata Sifat ... 13

d. Kemampuan Pembelajaran Kosakata ... 13

3. Kajian Media Pembelajaran ... 14

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 14

b. Karakteristik Media Pembelajaran ... 15

4. Media Flashcard ... 15

a. Pengertian Media Flashcard ... 15

b. Karakteristik dan Macam-macam Media Flashcard... 16

c. Kelebihan dan Kekurangan Media Flashcard... 16

d. Manfaat Media Flashcard dalam Pembelajaran Kosakata ... 17

e. Penggunaa Media Flashcard dalam Pembelajaran ... 17

f. Penggunaan Media Flashcard ... 18

g. Peran Media Flashcard dengan Pembelajaran Kosakata ... 18

5. Penelitian yang Relevan ... 19

(8)

xiv

6. Kerangka Berpikir ... 21

BAB III METODE PENELITIAN... 23

A. Jenis Penelitian ... 23

B. Prosedur Pengembangan ... 24

C. Setting Penelitian ... 27

1. Subjek Penelitian ... 27

2. Objek Penelitian ... 27

3. Tempat Penelitian... 29

4. Waktu Penelitian ... 28

D. Teknik Pengumpulan Data ... 28

1. Teknik Pengamatan/Observasi ... 29

2. Wawancara ... 29

3. Teknik Kuesioner ... 29

E. Instrumen Penelitian ... 30

1. Pedoman Observasi ... 30

2. Pedoman Wawancara ... 31

3. Kuesioner ... 32

a. Kuisioner Validasi Produk ... 34

F. Teknik Analisis Data... 35

1. Data Kualitatif ... 35

2. Data Kuantitatif ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Hasil Penelitian ... 39

(9)

xv

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 39

2. Potensi dan Masalah ... 40

3. Pengumpulan Data ... 42

4. Desain Produk ... 43

a. Desain Media ... 43

b. Desain Media Flashcard ... 44

c. Desain Modul ... 46

5. Validasi Desain Produk ... 51

a. Data Hasil Validasi Produk ... 52

1). Data Validasi Guru Kelas I SLB Karnnamanohara Yogyakarta ... 52

2). Data Validasi Dosen PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ... 53

3). Rangkuman dari Kedua Ahli ... 54

4). Rangkuman Penilaian dari Kedua Validator untuk Setiap Aspek ... 55

6. Revisi Desain Produk ... 59

B. Pembahasan ... 67

1. Langkah-langkah Pengembangan Media Flashcard ... 67

2. Kualitas Produk Media Flashcard ... 70

BAB V PENUTUP ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Keterbatasan Penelitian ... 73

C. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

LAMPIRAN ... 78

DAFTAR RIWAYAR HIDUP ... 119

(10)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian... 26

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Observasi Analisis Kebutuhan ... 29

Tabel 3.3 Pedoman Observasi Analisis Kebutuhan ... 29

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Wawancara dengan Guru Kelas ... 30

Tabel 3.5 Pedoman Wawancara dengan Guru Kelas ... 30

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Instrumen Validasi Produk ... 31

Tabel 3.7 Kuesioner Validasi Produk ... 32

Tabel 3.8 Konversi Nilai Skala 5 ... 34

Tabel 3.9 Konverensi Nilai Skala 5 ... 34

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Wawancara ... 37

Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Observasi ... 38

Tabel 4.3 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas 1 ... 38

Tabel 4.4 Hasil Observasi Siswa SLB Karnnamanohara Yogyakarta ... 40

Tabel 4.5 Hasil Validasi Ahli Materi ... 52

Tabel 4.6 Hasil Validasi Ahli Media... 52

Tabel 4.7 Hasil Rangkuman Validasi Media Flashcard ... 53

Tabel 4.8 Hasil Rangkuman Validasi Buku Modul Penggunaan Media Flashcard ... 53

Tabel 4.9 Hasil Rangkuman Validasi Video Tutorial Cara Penggunaan Media Flashcard ... 54

Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Validasi Media Flashcard ... 55

Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Validasi Buku Modul ... 57

Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Validasi Video Tutorial Cara Penggunaan Media Flashcard ... 59

Tabel 4.13 Masukan dari Ahli Media ... 61

Tabel 4.14 Masukan dari Ahli Materi ... 62

Tabel 4.15 Revisi Produk Media Flashcard ... 62

(11)

xvii

Tabel 4.16 Revisi Kata 1 ... 63

Tabel 4.17 Revisi Kata 2 ... 64

Tabel 4.18 Revisi Kata 3 ... 65

Tabel 4.19 Revisi Kartu Gambar Flashcard ... 66

Tabel 4.20 Hasil Revisi Cover Modul... 67

Tabel 4.21 Hasil Revisi Langkah-langkah Penggunaan Media Flascard ... 68

(12)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Media Flashcard ... 6

Gambar 1.2 Modul ... 7

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian dan Pengembangan Borg dan Gall ... 22

Gambar 3.2 Prosedur Pengembangan yang Digunakan Peneliti ... 22

Gambar 3.3 Rumus Rerata Hasil Penelitian ... 34

Gambar 4.1 Desain Papan Media Flashcard ... 44

Gambar 4.2 Desain Kata 1 ... 44

Gambar 4.3 Desain Kata 2 ... 44

Gambar 4.4 Desain Kata 3 ... 44

Gambar 4.5 Desain Kartu Gambar Flashcard ... 45

Gambar 4.6 Kotak Wadah Penyimpanan Kartu Gambar, Kata 1, Kata 2, dan Kata 3... 45

Gambar 4.7 Desain Sampul Buku Modul ... 46

Gambar 4.8 Papan Media Flashcard ... 48

Gambar 4.9 Kartu Gambar Flashcard ... 48

Gambar 4.10 Kata 1, Kata 2, Kata 3 ... 49

Gambar 4.11 Kotak Wadah Penyimpanan Kartu Gambar, Kata 1, Kata 2, dan Kata 3... 50

(13)

xix

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 2.1 Literature Map dari Penelitian yang Relevan ... 19 Bagan 4.1 Kesimpulan Hasil Observasi dan Wawancara ... 41

(14)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.1 Surat Validasi ... 80

Lampiran 1.2 Term of Reference ... 81

Lampiran 1.3 Instrumen Validasi Media untuk Ahli Media dan Ahli Materi ... 83

Lampiran 1.4 Instrumen Validasi Modul untuk Ahli Media dan Ahli Materi ... 86

Lampiran 1.5 Instrumen Validasi Video Penggunaan Media untuk Ahli Media dan Ahli Materi ... 89

Lampiran 1.6 Hasil Validasi Produk, Modul, dan Video oleh Ahli Media dan Ahli Materi ... 92

Lampiran 1.7 Hasil Validasi Produk, Modul, dan Video oleh Ahli Media ... 93

Lampiran 1.8 Hasil Validasi Produk, Modul, dan Video oleh Ahli Materi ... 99

Lampiran 1.9 Modul Panduan Media... 105

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial memiliki bahasa. Bahasa adalah sistem lambang yang dipergunakan oleh individu maupun kelompok sebagai sarana untuk berekspresi dan berinteraksi sosial. Dengan adanya komunikasi dengan orang lain, bahasa diharapkan dapat membantu manusia untuk mengemukakan gagasan, pikiran, perasaan, dan pendapat dari masing-masing individu. Setiap individu harus memiliki banyak kosakata agar mampu mengemukakan gagasan, pikiran, perasaan, dan pendapat yang baik dan benar. Tarigan (2011) menjelaskan kosakata dipakai oleh masyarakat untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Pemerolehan kosakata anak diperoleh dari lingkungan sekitar, baik melalui indera penglihatan maupun indera pendengaran. Akan tetapi, anak tunarungu memperoleh kosakata melalui indera penglihatan saja. Hal tersebut menyebabkan anak tunarungu kurang dalam penerimaan kosakata.

Hambatan yang dialami siswa tunarungu adalah hambatan komunikasi. Hambatan ini disebabkan oleh tidak berfungsinya pendengaran. Hal ini yang akhirnya menuntut siswa tunarungu hanya menggunakan penglihatan dalam memperoleh bahasa.

Kehilangan pendengaran tersebut berdampak pada pemerolehan informasi. Mereka tidak mampu mendengar dan mengenali kata-kata tersebut.

Sebagian siswa berkebutuhan khusus bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB), dan sebagian ada yang berada di tingkat Sekolah Dasar (SD). Siswa tunarungu yang berada di sekolah dasar memiliki karakteristik yang tidak begitu mencolok.

Oleh karena itu, kita sulit untuk mengenalinya. Siswa tunarungu memiliki hambatan pada pendengarannya seperti kurangnya dalam berkomunikasi. Kemampuan komunikasi siswa tunarungu berbeda dengan siswa pada umumnya. Hal ini disebabkan oleh perkembangan bahasa dan bicara berkaitan erat dengan kemampuan mendengar. Permasalahan siswa tunarungu yaitu mengalami kesulitan dalam

(16)

pembelajaran kosakata. Ketika siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran kosakata, siswa menjadi sulit untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, penanganan yang tepat agar dapat memahami Bahasa sesuai dengan tahap perkembangan.

Hambatan kesulitan dalam pembelajaran kosakata baru dapat diatasi dengan menggunakan media yang menarik dan menyenangkan dalam proses pembelajaran di kelas. Berdasarkan permasalahan yang dialami siswa tunarungu, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk pembelajaran kosakata baru adalah dengan menggunakan media Flashcard.

Penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat membantu pemahaman materi yang diberikan. Siswa tunarungu kelas bawah lebih tertarik kepada media dengan gambar-gambar yang mengandung unsur warna yang cerah. Arsyad (2006:9) menjelaskan bahwa belajar melalui stimulus gambar atau visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, dan mengingat kembali. Hambatan yang dialami siswa tunarungu dalam pembelajaran kosakata memungkinkan siswa sulit untuk memahami makna kata. Siswa tunarungu juga memiliki kosakata yang minim, sehingga mengalami hambatan ketika berkomunikasi dengan orang lain (Landsberger, 2014:42). Dengan demikian, pemahaman siswa tunarungu terhadap bahasa sedikit sekali. Pemerolehan bahasa siswa tunarungu dapat diperoleh dari indera lain yang masih berfungsi. Latihan yang menggabungkan seluruh indera, misalnya pada kinestetik, visual, taktil, dan penciuman, diharapkan dapat membantu siswa dalam pemerolehan bahasa yang lebih bermakna.

Peneliti melakukan observasi di Sekolah Luar Biasa Karnnamanohara Yogyakarta pada pelajaran bahasa Indonesia. Guru biasanya memanfaatkan peristiwa atau kejadian saat pembelajaran untuk menjadi bahan belajar di kelas . Permasalahan saat peneliti melakukan observasi adalah jaket yang tertinggal di sekolah. Guru kelas I menuliskan cerita di papan tulis. Kemudian guru membacakan terlebih dahulu lalu siswa menirukan. Setelah melakukan wawancara dengan guru kelas I, guru kelas I mengatakan bahwa kelas I baru mengetahui dua jenis kosakata yaitu kosakata benda

(17)

dan koskata kerja. Saat melakukan observasi, peneliti melihat terdapat 4 siswa yang masih kesulitan dalam pembelajaran kosakata baru.

Media pembelajaran yang dapat membantu siswa tunarungu dalam pembelajaran kosakata dalam bahasa sehari-hari yaitu media Flashcard. Flashcard adalah kartu kecil yang berisi gambar yang mengingatkan atau mengarahkan siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar. Media Flashcard memiliki beberapa keunggulan yaitu mudah dibawa, mengembangkan daya ingat otak kanan, melatih kemampuan konsentrasi, meningkatkan pembelajaran kata dengan cepat, materi pembelajaran yang menarik, suasana yang menyenangkan, dan waktu pembelajaran yang cukup lama. Siswa belajar kosakata tersebut yang berisi kata-kata sederhana dan yang telah dikenal siswa dengan cara yang menyenangkan. Media Flashcard dibentuk sangat menarik bagi siswa tunarungu dalam pembelajaran kosakata. Di papan Flashcard terdapat sebuah gambar menarik dan sederhana atau gambar yang sudah dikenal siswa. Di bawah gambar terdapat dua kosakata dengan bentuk tulisan tegak bersambung karena siswa di SLB Karnnamanohara diajarkan dengan bentuk tulisan tegak bersambung. Setelah itu siswa membacakan kosakata 1 dan kosakata 2 terlebih dahulu dan siswa diminta untuk melengkapi kosakata terakhir yaitu kosakata 3.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengembangan media Flashcard dapat mengembangkan pembelajaran kosakata baru siswa tunarungu?

2. Bagaimana kualitas produk media Flashcard dalam pembelajaran di kelas?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan pada penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan pembelajaran kosakata baru siswa tunarungu dengan media Flashcard.

(18)

2. Kualitas produk dalam pembelajaran di kelas dengan media Flashcard.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi Peserta Didik Tunarungu

Peserta didik dapat memperoleh pengalaman menggunakan media Flashcard, sehingga peserta didik dapat menambah kosakata baru.

2. Bagi Guru

Media Flashcard dapat digunakan untuk membantu proses pembelajaran di kelas, khususnya dalam pembelajaran kosakata baru, pada siswa yang mengalami gangguan pendengaran.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat menentukan kebijakan terkait dengan pembelajaran kosakata pada siswa tunarungu sehingga berdampak pada peningkatan mutu sekolah.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti terkait pengembangan media Flashcard untuk membantu siswa tunarungu dalam pembelajaran kosakata baru saat pembelajaran di kelas.

E. Definisi Operasional 1. Siswa tunarungu

Siswa tunarungu dalam penelitian ini adalah siswa yang mengalami hambatan dalam pendengarannya yang memiliki fungsi pendengaran 41-55 Db yang tergolong dalam kategori tunarungu sedang.

2. Kosakata

Kosakata dalam penelitian ini adalah kemampuan anak dalam mengetahui pembelajaran kosakata baru pada kosakata benda, kosakata kerja, dan kosakata sifat.

(19)

3. Media Flaschcard

Media Flashcard dalam penelitian ini adalah media yang berbentuk kartu bergambar. Gambar yang terdapat pada kartu Flashcard akan membantu siswa pada pembelajaran kosakata baru.

F. Spesifikasi Produk

Media Flashcard adalah sebuah kartu kecil yang berisi gambar yang mengingatkan atau mengarahkan siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar. Spesifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian pengembangan media Flashcard ini adalah:

1. Rancangan Desain Kartu Flashcard

Rancangan desain kartu Flashcard berisi tentang kerangka kartu gambar dan kartu pembelajaran kosakata baru yang dibuat:

(a) Kartu gambar didesain menggunakan kertas karton dengan ukuran 14x13 cm.

(b) Kartu penambahan kosa kata didesain menggunakan kertas manila dengan ukuran 8x6 cm.

(c) Kartu dilaminating supaya lebih rapi dan tidak mudah rusak.

(d) Kartu kosakata 1 dan kosakata 2 diberi warna yang berbeda, serta kartu pembelajaran kosakata baru yaitu kosakata 3 diberi warna yang berbeda dengan kata benda, kata kerja, dan kata sifat. Keseluruhan jumlah kosakata dari kata 1, kata 2, dan kata 3 ada 60 kosakata

(e) Tulisan untuk kosakata ditulis menggunakan huruf tegak bersambung.

2. Rancangan Desain Papan Flashcard

Rancangan desain papan Flashcard berisi tentang kerangka papan Flashcard yang digunakan untuk memasang kartu Flashcard.

a. Papan Flashcard dibentuk segitiga sama sisi dengan ukuran 30x15 cm.

Peneliti memilih Papan Flashcard dengan desain bentuk segitiga sama sisi karena saat melakukan konsultasi media dengan dosen pembimbing, beliau

(20)

memberi saran bentuk-bentuk papan yang mudah dibuat. Oleh karena itu, peneliti memilih papan media Flashcard berbentuk segitiga sama sisi.

b. Papan Flashcard diberi tempat untuk memasang kartu gambar dan kartu kosakata. Papan Flashcard memiliki tempat yang digunakan untuk memasang kartu gambar pada bagian atas. Dibagian bawah kartu gambar, peneliti memberikan tempat untuk memasang kartu kosakata 1, kosakata 2, dan kosakata 3 sebagai pembelajaran kosakata baru.

c. Di papan Flashcard terdapat empat buah kotak. Kotak 1 untuk menyimpan kartu gambar, kotak 2 untuk menyimpan kata 1, kotak 3 untuk menyimpan kata 2, dan kotak 4 untuk menyimpan kata 3.

d. Modul dikembangkan berdasarkan kelemahan peserta didik yang mengalami kebutuhan khusus. Jenis kelemahan yang dialami peserta didik tunarungu yaitu kesulitan dalam pembelajaran kosakata baru, lalu menggunakan media Flashcard untuk membantu dalam pembelajaran kosakata baru.

e. Modul yang dikembangkan berbentuk buku dengan ukuran A5. Modul didesain dengan menggunakan Microsoft Word. Modul dicetak menggunakan model hard cover dan kertas berbahan ivory untuk bagian isi. Tampilan modul dibuat menarik dan sesuai dengan hasil yang baik.

Gambar 1.1 Media Flashcard

(21)

Gambar 1.2 Modul

(22)

8 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka

1. Teori yang mendukung a. Pengertian Siswa Tunarungu

Tunarungu memiliki arti yang sangat beragam yang mengacu pada kondisi pendengaran seseorang. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi V (2016) menjelaskan bahwa tunarungu adalah istilah lain dari tuli. Mereka disebut tunarungu karena tidak dapat mendengar karena rusaknya pendengaran. Secara etimologi, tunarungu berasal dari kata tuna dan rungu. Tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran.

Murni (2007:23) mendefinisikan bahwa tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar, baik sebagian atau seluruhnya. Hal ini disebabkan oleh tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari dan berdampak terhadap kehidupannya secara kompleks, terutama pada kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi.

Somantri (2012:93) mendefinisikan bahwa tunarungu adalah keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indra pendengarannya yang menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional dalam kehidupan sehari-hari.

Dari beberapa definisi menurut para ahli, siswa tunarungu dalam penelitian ini adalah siswa yang mengalami hambatan dalam pendengarannya yang memiliki fungsi pendengaran 41-55 Db yang tergolong dalam kategori tunarungu sedang.

b. Karakteristik Berbahasa Siswa Tunarungu

Ada beberapa sifat karakteristik berbahasa siswa tunarungu. Haenudin (2013:67) menjelaskan tunarungu dalam segi bahasa memiliki ciri yang khas yaitu sangat terbatas

(23)

dalam pemilihan kosakata, sulit mengartikan arti kiasan dan kata-kata yang bersifat abstrak. Sadja’ah (2005:109) menjelaskan karakteristik bahasa anak tunarungu meliputi:

a. Miskin kosakata

b. Sulit memahami kata-kata yang sifatnya abstrak

c. Sulit memahami kata-kata yang mengandung arti kiasan d. Irama dan gaya bahasa monoton

Menurut Suparno (2001:14), karakteristik bahasa siswa tunarungu adalah sebagai berikut:

a. Miskin kosakata

b. Sulit mengerti ungkapan-ungkapan dan kata-kata abstrak

c. Sulit memahami kalimat-kalimat kompleks atau kalimat panjang serta bentuk kiasan-kiasan

d. Kurang memahami irama dan gerak.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai karakteristik bahasa siswa tunarungu, siswa tunarungu sangat terbatas dalam kosakata, sulit memahami kalimat yang mengandung arti kiasan dan abstrak, serta sulit memahami kalimat panjang.

c. Perkembangan Bahasa Siswa Tunarungu

Pada awalnya, perkembangan bahasa siswa tunarungu tidak jauh berbeda dengan perkembangan bahasa siswa pada umumnya. Salim (dalam Eni, 2015:19) menjelaskan pola perkembangan bahasa bicara siswa tunarungu yaitu:

a. Pada awal mengenal bahasa, siswa tunarungu tidak mengalami hambatan. Namun ketika siswa mulai mengetahui gangguan pada pendengarannya, terjadilah perbedaan bahasa dan perkembangan bicara mulai berhenti.

b. Pada masa meniru, siswa tunarungu terbatas pada peniruan visual, yaitu gerak dan isyarat.

(24)

c. Perkembangan bahasa dan bicara siswa tunarungu pada tahap selanjutnya memerlukan pembinaan secara khusus dan intenstif sesuai dengan taraf ketunarunguan dan kemampuannya.

Dari beberapa pola perkembangan bahasa siswa tunarungu, perkembangan bahasa siswa tunarungu terhenti pada masa akhir mengenal bahasa. Siswa tunarungu kesulitan dalam memperoleh informasi dari luar karena ketidakmampuannya dalam mendengar. Hal itu juga mengakibatkan sedikitnya kosakata yang dimiliki oleh siswa tunarungu.

d. Pemerolehan Bahasa Siswa Tunarungu

Winarsih (2010:65) menjelaskan pemerolehan bahasa diartikan sebagai proses perkembangan alami bahasa pertama yang terjadi tanpa disadari dan digunakan sebagai sarana untuk berkomunikasi. Chaer (2003:11) menjelaskan bahwa pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seseorang, ketika memperoleh bahasa pertama atau bahasa ibu.

Masa pemerolehan bahasa siswa tunurungu tidak dapat dilalui seperti halnya siswa yang bisa mendengar. Jika siswa yang bisa mendengar, mampu menghubungan pengalaman dan lambang bahasa melalui pendengaran, tetapi siswa tunarungu tidak.

Hal ini disebabkan adanya disfungsi pada pendengara. Siswa tunarungu memperoleh bahasa lebih difoskuskan melalui fungsi penglihatan, karena siswa tunarungu lebih banyak menyerap informasi melalui penglihatan untuk memperoleh bahasa.

Pemerolehan kosakata yang dihasilkan oleh siswa tunarungu cenderung didominasi oleh kata benda, dan sedikit jenis kata selain kata benda. Hal itu dikarenakan siswa lebih cepat menanggapi hal-hal yang konkret daripada yang bersifat abstrak.

e. Klasifikasi Siswa Tunarungu

Klasifikasi mutlak diperlukan untuk layanan pendidikan khusus. Hal ini sangat menentukan dalam pemilihan alat bantu mendengar yang sesuai dengan sisa pendengarannya dan menunjang lajunya pembelajaran yang efektif. Boothroyd

(25)

(dalam Winarsih, 2007:23) menjelaskan klasifikasi tingkat ketunarunguan adalah sebagai berikut:

1. Kelompok I: kehilangan 15-30 dB. Mild hearing losses atau tingkat tunarungu ringan, daya tangkap terhadap suara cakapan manusia normal.

2. Kelompok II: kehilangan 31-60 dB. Moderate hearing losses atau tingkat tunarungu sedang, daya tangkap terhadap suara cakapan manusia hanya sebagian.

3. Kelompok III: kehilangan 61-90 dB. Severe hearing losses atau tingkat tunarungu berat, daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada.

4. Kelompok IV: kehilangan 91-120 dB. Profound hearing losses atau tingkat tunarungu sangat berat, daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada sama sekali.

5. Kelompok V: kehilangan lebih dari 120 dB. Total hearing losses atau tingkat tunarungu total, daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada sama sekali.

Selanjutnya Uden (dalam Winarsih, 2007:26) menjelaskan klasifikasi tunarungu dibagi menjadi tiga, yakni berdasarkan saat terjadinya ketunarungan, berdasarkan tempat kerusakan pada organ pendengarannya, dan berdasarkan pada taraf penguasaan bahasa.

a. Berdasarkan sifat terjadinya tunarungu:

1) Tunarungu bawaan, artinya ketika lahir anak sudah mengalami tunarungu dan indera pendengarannya sudah tidak berfungsi lagi.

2) Tunarungu setelah lahir, artinya terjadi tunarungu setelah anak lahir diakibatkan oleh kecelakaan atau suatu penyakit.

b. Berdasarkan tempat kerusakan:

1) Kerusakan pada bagian telinga luar dan tengah sehingga menghambat bunyi- bunyian yang masuk ke dalam telinga disebut tunarungu konduktif.

2) Kerusakan pada telinga bagian dalam sehingga tidak dapat mendengar bunyi atau suara disebut tunarungu sensoris.

(26)

c. Berdasarkan taraf penguasaan bahasa:

1) Tunarungu prabahasa (prelingually deaf) adalah mereka yang menjadi tunarungu sebelum dikuasainya suatu bahasa (usia 1,6 tahun) artinya anak menyamakan tanda (signal) tertentu seperti mengamati, menunjuk, meraih, dan sebagainya.

2) Tunarungu purnabahasa (post lingually deaf) adalah mereka yang menjadi tunarungu setelah menguasai bahasa, yaitu telah menerapkan dan memahami sistem lambang yang berlaku di lingkungan.

Klasifikasi di atas merupakan jenis klasifikasi yang membagi tingkat tunarungu menjadi beberapa kelompok sesuai dengan kehilangan pendengarannya dan tempat terjadi kerusakan.

2. Kajian Kosakata a. Pengertian Kosakata

Kosakata sangat dibutuhkan seseorang dalam berbahasa. Purwo (dalam Yunisah, 2007:11) menjelaskan bahwa penguasaan kosakata merupakan ukuran pemahaman seseorang terhadap kosakata suatu bahasa dan kemampuannya menggunakan kosakata tersebut, baik secara lisan maupun tertulis. Soedjito dan Djoko (2013:13) mengungkapkan bahwa kosakata adalah perbendaharaan atau kekayaan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa. Burhan (2010:338) berpendapat bahwa kosakata adalah kekayaan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa yang berfungsi membentuk kalimat yang mengutarakan isi pikiran, baik secara lisan maupun tertulis.

Dari berbagai pendapat tersebut, kosakata adalah himpunan kata yang dimengerti oleh seseorang serta untuk menambah pembelajara kosakata baru.

b. Ruang Lingkup Pembelajaran Kosakata

Abdul (2006:86) membedakan kosakata menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Kata benda 6. Kata petunjuk 2. Kata ganti 7. Kata bilangan 3. Kata kerja 8. Kata penyangkal

(27)

4. Kata sifat 9. Kata penghubung 5. Kata sapaan 10. Kata keterangan

Kosakata dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kosakata dasar dan kosakata serapan. Kosakata dasar adalah perbendaharaan kata dasar, sedangkan kosakata serapan adalah kosakata dari bahasa asing dan kosakata dapat berubah.

c. Jenis Kosakata Benda, Kosakata Kerja, Kosakata Sifat a) Kosakata Benda

Keraf (1991:55) menjelaskan kata benda konkret yaitu nama dari benda- benda yang dapat ditangkap dengan panca indera. Kata benda konkret dibagi menjadi:

1. Nama diri : Tomi, Rani, Budi, Nina 2. Nama benda : Rumah, batu, tali, binatang 3. Nama zat : emas, tanah, air

4. Nama alat : pemukul, cangkul, pisau, jala 5. Nama jenis : siswa, guru, ibu

Kata benda konkret merupakan nama-nama benda bersifat nyata dan dapat ditangkap oleh pancaindera yang meliputi nama diri, nama benda, nama zat, nama alat, dan nama jenis.

b) Kosakata Kerja

Nurhayati (2001:69) menjelaskan kata kerja adalah jenis kata yang menyatakan suatu perbuatan, pekerjaan, tindakan, atau keadaan. Kata kerja dibagi berdasarkan bentuknya menjadi:

1. Kosakata kerja bentuk dasar : memasak, mandi, menyapu, tidur, mengajar.

2. Kosakata kerja bentuk turunan : lari-lari, makan-makanan, berputar- putar.

(28)

c) Kosakata Sifat

Kridalaksana (2001:89) menjelaskan kata sifat adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan. Jenis-jenis kata sifat : 1. Kata sifat bentuk dasar : Anggun, marah, lama, ramai, rusak.

2. Kata sifat bentuk turunan atau pengulangan : cantik-cantik, murah- murah.

d. Kemampuan Pembelajaran Kosakata

Pembelajaran kosakata merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai penambahan bahasa. Semakin banyak kosakata yang dimiliki, semakin banyak pula ide dan gagasam yang dimilki seseorang. Musfiroh (dalam Triami, 2016:26) menjelaskan bahwa saat anak berusia 5 tahun, anak telah mampu menghimpun kurang lebih 3000 kata, meliputi kata benda, kata sifat, kata kerja, dan kata keterangan. Anak tunarungu masih kesulitan dalam menggunakan kata benda karena keterbatasannya.

Yunisah (2007:11) menjelaskan pembelajaran kosakata adalah ukuran pemahaman seseorang terhadap kosakata suatu bahasa dan kemampuannya menggunakan kosakata tersebut baik secara lisan maupun tertulis. Suryono dan Zumrotin (2015:25) menjelaskan bahwa kemampuan mengenal kosakata adalah kemampuan mengenal komponen bahasa yang memuat informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Zuchdi (1990:3) menjelaskan bahwa pembelajaran kosakata adalah kemampuan seseorang untuk mengenal, memahami, dan menggunakan kata-kata dengan baik dan benar dengan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.

3. Kajian Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting dalam proses belajar mengajar karena dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi yang akan

(29)

diajarkan. Sadiman (2011:14) menjelaskan bahwa media merupakan salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan sehingga membantu mengatasi hambatan dalam belajar, seperti perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan gaya indera, cacat tubuh, atau hambatan jarak geografis dan waktu.

Arsyad (2013:10) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan maupun informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar.

Pendapat ini menekankan bahwa segala sesuatu yang dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar dapat dijadikan media dalam pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat merangsang perhatian dan minat belajar siswa. Media pembelajaran digunakan oleh guru dalam menyampaikan pesan kepada siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Media pembelajaran juga berfungsi untuk mempermudah penyampaian materi ke siswa.

b. Karakteristik Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah berbagai perangkat, isi materi, atau pengalaman yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Santyasa (2007:4) menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Karakteristik media pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Fiksatif

Media pembelajaran hendaknya memiliki sifat fiksatif dalam artian media pembelajaran memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan demikian, objek atau kejadian tersebut dapat digambar, difoto, direkam atau difilmkan, serta disimpan dan kemudian ditampilkan kembali saat dibutuhkan (Santyasa, 2007: 4).

(30)

2. Manipulatif

Media pembelajaran hendaknya bersifat manipulatif, dalam artian bahwa media pembelajaran dapat menampilkan kembali objek atau kejadian yang telah disimpan sebelumnya dengan memberikan beberapa modifikasi atau perubahan seperlunya sehingga dapat menunjang proses belajar mengajar (Santyasa, 2007:4).

4. Media Flashcard

a. Pengertian Media Flashcard

Indriana (2011:68) menjelaskan Flashcard merupakan media visual. Media ini juga dipakai baik untuk kelas bawah maupun kelas atas secara kelompok kecil.

Flashcard adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar yang ukurannya tidak terlalu besar, ukurannya sekitar 15x16 cm. Gambar yang ditampilkan dalam media tersebut adalah gambaran tangan maupun foto yang sudah ada dan ditempelkan pada lembaran-lembaran kartu.

Arsyad (2014:19) menjelaskan Flashcard merupakan media pembelajaran berupa kartu kecil berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan atau menuntun siswa kepada suatu yang berhubungan dengan gambar itu. Flashcard biasanya berukuran 8x12 cm atau dapat disesuaikan dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi.

Berdasarkan pengertian dari beberapa para ahli, media Flashcard adalah media pembelajaran yang berbentuk kartu berukuran kecil atau disesuaikan dengan kebutuhan gambar.

b. Karakteristik dan Macam-Macam Media Flashcard

Flashcard merupakan media grafis yang praktis dan aplikatif. Pengertian mengenai Flashcard yaitu sebuah kartu belajar yang efektif. Kartu Flashcard sisi depan berisi gambar, teks, atau tanda simbol. Oleh karena itu, Budimanjaya (2015:211) mengemukakan media Flashcard mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

(31)

1) Flashcard berupa kartu bergambar yang efektif.

2) Sisi depan berisi gambar atau tanda simbol.

3) Sederhana dan mudah membuatnya.

Media Flashcard adalah kartu bergambar yang dapat mengarahkan siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar yang ada pada kartu tersebut. Flashcard merupakan media praktis dan aplikatif yang menyajikan pesan singkat berupa materi sesuai kebutuhan siswa. Oleh karena itu, Susilana dan Riyana (2009:96-97) mengemukakan macam-macam Flashcard yaitu:

1) Flashcard membaca;

2) Flashcard berhitung;

3) Flashcard kartu gambar;dan 4) Flashcard binatang.

Dari macam-macam Flashcard, peneliti memilih Flashcard kartu gambar karena peneliti memfokuskan pada pembelajaran kosakata baru dengan menggunakan kartu gambar untuk siswa tunarungu.

c. Kelebihan dan Kekurangan Media Flashcard

Semua media pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan media Flashcard. Susilana dan Cepriyana (2009:95) mengemukakan beberapa kelebihan yang dimiliki oleh media Flashcard yaitu:

1) Media Flashcard ini memiliki desain yang simpel dan mudah digunakan dan tidak membahayakan bagi para siswa.

2) Cara pembuatan dan penggunaan praktis.

3) Gampang dingat karena kartu Flashcard terdapat sebuah gambar agar anak paham materi yang sudah disampaikan.

4) Menyenangkan karena media Flashcard dalam penggunaanya bisa melalui bermain karena siswa mengambil jawabannya secara acak.

Selain kelebihan, media Flashcard juga mempunyai kekurangan. Adapun kekurangan media Flashcard tersebut yaitu media Flashcard sebagai berikut :

(32)

1) Media Flashcard ini tidak bisa dipergunakan untuk kelompok besar. Media ini hanya cocok digunakan untuk kelompok kecil. Media Flashcard ini tidak cocok digunakan untuk pembelajaran yang jumlah siswanya banyak.

d. Manfaat Media Flashcard Dalam Pembelajaran Kosakata

Manfaat pengembangan media Flashcard antara lain, oleh karena itu Susilana dan Riyani (dalam Hotimah 2010:93) mengemukakan manfaat media Flashcard dalam pembelajaran kosakata baru:

1. Siswa mampu belajar kosakata baru menggunakan bahasa yang sederhana.

2. Siswa mampu menggunakan media Flashcard pada saat pembelajaran di kelas.

3. Siswa mampu dalam menghafal kata.

4. Memudahkan orangtua atau guru dalam mengajarkan dan mengenalkan kosakata kepada anak.

e. Penggunaan Media Flashcard dalam Pembelajaran

Penggunaan media Flashcard dalam pembelajaran merupakan suatu proses atau cara menggunakan kartu belajar yang efektif berisi gambar, teks, atau tanda simbol untuk membantu mengingatkan atau mengarahkan siswa kepada suatu yang berhubungan dengan gambar, teks, atau tanda simbol yang ada pada kartu, serta merangsang pikiran dan minat siswa dalam meningkatkan kecakapan. Media Flashcard merupakan media visual yang digunakan sebagai pembelajaran kosakata baru bagi siswa tunarungu. Kartu gambar dipasang dipapan media Flashcard, kemudian dibawah kartu gambar terdapat kosakata 1, kosakata 2, kemudian siswa diminta untuk melengkapi kosakata baru kosakata 3.

f. Penggunaan Media Flashcard

Penggunaan media Flashcard sangat mudah. Indriana (2011:68) mengemukakan cara penggunaan media Flashcard:

(33)

1. Siapkan media Flashcard yang digunakan.

2. Guru menjelaskan cara menggunakan media Flashcard.

3. Siswa maju kedepan untuk mempratikkan media yang sudah disediakan.

4. Guru memasang kartu gambar yang pertama ditempat yang sudah disediakan, kemudian guru menambah kosakata 1 dan kosakata 2 di bawah gambar ditempat yang sudah disediakan.

5. Siswa diminta untuk membaca kosakata 1 dan kosakata 2 terlebih dahulu.

6. Siswa diminta untuk melengkapi kosakata 3 sebagai penambahan kosakata dengan mencari kartu kosakata di sebuah kotak yang sudah disediakan. Guru membimbing siswa tersebut.

7. Siswa mencari kosakata 3 secara acak yang ada di sebuah kotak.

8. Setelah siswa menemukan kosakata 3, lalu dipasang di papan yang sudah disediakan.

9. Siswa diminta untuk membacakan hasilnya kemudian ditulis di buku tulis masing-masing.

g. Peran Media Flashcard dengan Pembelajaran Kosakata

Flashcard adalah media visual yang berupa kartu kecil berisi gambar merupakan keterangan yang berhubungan dengan gambar yang ada tersebut. Media Flashcard merupakan sarana pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media pembelajaran yang disukai oleh siswa karena terdapat gambar- gambar yang menarik yang disertai dengan warna yang cerah. Media Flashcard dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Seperti yang dikatakan Levie &

Levie (dalam Arsyad, 2006:9) bahwa belajar melalui gambar menumbuhkan hasil belajar yang lebih untuk mengingat, mengenali, dan mengingat kembali.

Curtain dan Dahlberg (2010:345) menjelaskan bahwa Flashcard yang berupa gambar atau simbol dapat digunakan untuk menstimulasi kosakata atau aktivitas siswa. Media ini dimainkan dengan cara diperlihatkan kepada siswa dan kemudian dibacakan. Suyanto (2010:109) menjelaskan bahwa penggunaan media Flashcard

(34)

sangat dianjurkan agar siswa dapat menambah dan mengingat kosakata dengan mudah sambil melihat gambar.

Dari pendapat para ahli tersebut, media Flashcard merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk mengingatkan pembelajaran kosakata baru dalam penelitian ini.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini tentunya sudah melihat penelitian- penelitian yang relevan sebelumnya. Peneliti banyak menemukan jenis penelitian yang sama yakni terkait dengan pengembangan media Flashcard untuk pembelajaran kosakata. Berikut beberapa penelitian yang relevan, yang peneliti temukan.

1. Penelitian yang relevan dilakukan oleh Galih Pranowo (2011) yang berjudul Pengembangan Media Flashcard untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Aksara Jawa Bagi Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Karangduwet Gunungkidul. Jenis penelitian yang digunakan yaitu PTK. Penilaian oleh ahli media mendapat hasil 82 dengan persentase perolehan nilai kelayakan media 83,13% yang berarti sangat baik. Pengembangan media yang dilakukan oleh Galih Pranowo tersebut berisi materi aksara Jawa untuk meningkatkan kemampuan membaca aksara Jawa.

2. Penelitian yang relevan dilakukan oleh Oktavia Triami Putri (2016) dengan judul Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia Menggunakan Media Flashcard siswa kelas 2 SD Negeri Surokarsan 2 Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan Research and Development (R&D) memberikan hasil peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan kemampuan penguasaan kosakata bahasa Indonesia siswa dilihat melalui rerata kelas pada saat pratindakaan sebesar 39,55 dan mengalami peningkatan sebesar 13,35 pada siklus I menjadi 52,9.

Melalui penggunaan media Flashcard, siswa lebih tertarik dalam pembelajaran kosakata bahasa Indonesia sehingga lebih memperhatikan pelajaran dan semangat

(35)

untuk menguasai kosakata tersebut karena gambar yang disediakan berwarna- warni dan mudah diingat.

3. Penelitian yang relevan dilakukan oleh Tresna Hendrayani (2013) yang berjudul

“Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Melalui Flashcard”. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan media Flashcard dalam meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris untuk kelas 2 di SD Kartika Srondol Semarang. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 9 anak. Jenis penelitian yang digunakan Research and Development (R&D) Dengan menggunakan media Flashcard, hasil akhir persentase penguasaan kosakata bahasa Inggris anak berkembang sebesar 100%.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah mengkaji variabel penelitian yang sama yaitu tentang kemampuan kosakata dengan media Flashcard.

Perbedaannya dengan penelitian yang dilakukan terletak pada lokasi, bidang kajian, dan subjek. Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di SLB/B Karnnamanohara Yogyakarta. Perbedaan yang lainnya adalah dilihat dari bidang kajiannya dan subjek yang diteliti. Bidang kajian yang peneliti fokuskan pada penambahan kosakata, sedangkan subjek yang diteliti adalah siswa yang mengalami kebutuhan khusus tunarungu.

(36)

Bagan 2.1 Literatur Map dari Penelitian yang Relevan C. Kerangka Berpikir

Siswa tunarungu merupakan individu yang mengalami gangguan pada alat pendengaran atau saluran pendengaran yang menyebabkan kehilangan pendengaran secara keseluruhan, sedang, atau sedikit. Permasalahan dalam pendidikan siswa tunarungu yang paling mendasar adalah aspek kebahasaan yang sulit meningkat bahkan tidak dapat meningkat sama sekali karena tunarungu tidak dapat mendengar bunyi bahasa di lingkungan mereka. Akibat yang diderita siswa tunarungu seperti kurangnya bahasa dan kosakata yang akan mengalami kesulitan dalam kemampuan

Galih Pranowo (2011) tentang

“Pengembangan Media Flashcard untuk Meningkatkan Kemampuan Kosakata Aksara Jawa bagi siswa kelas IV SD Muhammadiyah KarangduwetGunungkidul. Jenis penelitian yang digunakan yaitu PTK

Oktavia Triami Putri (2016) dengan judul “Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia Menggunakan Media Flashcard siswa kelas II” jenis penelitian yang digunakan Reserarch and

Development (R&D)

Tresna Hendrayani (2013) yang berjudul “Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Melalui Flashcard”

bagi siswa kelas II. Jenis penelitian yang digunakan Reserarchand Development (R&D)

Penelitian Media Flashcard untuk meningkatkan kemampuan kosakata

Penelitian Media Flashcard untuk meningkatkan penguasaan kosakata

Yang diteliti adalah pengembangan media Flashcard untuk

pembelajaran kosakata baru bagi siswa tunarungukelas I

(37)

pemahaman siswa dalam pembelajaran. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami kosakata yang ambigu atau bermakna ganda dan kesulitan untuk berpikir abstrak tentang kosakata.

Siswa tunarungu kelas 1 di SLB/B Karnnamanohara Yogyakarta yang masih kesulitan dalam pembelajaran kosakata sehingga dibutuhkan media yang tepat untuk membantu kesulitan dalam pembelajaran kosakata yang mereka miliki. Alangkah baiknya apabila media yang digunakan merupakan media yang berbasis visual karena siswa tunarungu lebih banyak menyerap informasi menggunakan indera visualnya.

Salah satu media berbasis visual yang dapat digunakan untuk pembelajaran kosakata adala media Flashcard.

Media Flashcard merupakan media visual yang menarik untuk menyampaikan informasi tentang pembelajaran kosakata. Media ini berisi gambar- gambar yang ada di sekitar siswa dan beberapa kosakata sehingga siswa tunarungu akan mudah memahami materi yang disampaikan dan memahami dalam pembelajaran kosakata baru.

Peneliti menggunakan sebuah jenis metode penelitian guna mengembangkan media tersebut. Metode yang digunakan yaitu R&D (Reserch and Development).

Metode ini menghasilkan sebuah produk yaitu media Flashcard. Media Flashcard berfungsi untuk pembelajaran kosakata baru bagi siswa tunarungu.

(38)

24 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian dan pengembangan Research and Development (R&D). Penelitian Research and Development (R&D) adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka membangun suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan.

Sugiono (2009:297) menjelaskan bahwa penelitian Research and Development (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan sebuah produk tertentu dan menguji keefektifan produk yang dianggap handal telah melalui tahap- tahap pengujian dan revisi, produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan lapangan dan sesuai dengan hasil analisis kebutuhan.

Borg dan Gall (2003:772) menjelaskan bahwa penelitian pengembangan adalah penelitian yang berorientasi untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam suatu pendidikan.

Peneliti menggunakan metode dari Borg dan Gall (dalam Sugiyono, 2015:409) karena peneliti mengembangkan dan memvalidasi dari suatu produk yang akan dibuat oleh peneliti.

Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media Flashcard untuk pembelajaran kosakata baru pada siswa tunarunggu kelas bawah di sekolah SLB Karnnamanohara Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan Borg dan Gall. Berikut merupakan langkah-langkah penelitian dan pengembangan dalam Borg dan Gall (dalam Sugiyono, 2015:409):

(39)

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian dan Pengembangan Borg dan Gall

Prosedur penelitian dan pengembangan Borg dan Gall menggunakan sepuluh tahap dalam penelitian. Sepuluh tahap tersebut terdiri atas 1) tahap potensi dan masalah, 2) tahap pengumpulan data, 3) tahap desain produk, 4) tahap validasi desain, 5) tahap revisi desain, 6) tahap uji coba produk, 7) tahap revisi produk, 8) tahap uji coba pemakaian, 9) tahap revisi produk, 10) tahap produk massal. Dari sepuluh langkah tersebut, penelitian pengembangan media Flashcard ini menggunakan 6 langkah. Langkah-langkah tersebut adalah:

Gambar 3.2 Prosedur Pengembangan yang digunakan Peneliti B. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan dalam penelitian ini menghasilkan sebuah produk atau media akhir berupa media Flashcard kosakata bagi siswa tunarungu. Langkah-

Potensi dan Masalah

Pengumpulan Data

Desain Produk

Validasi Desain

Revisi Desain Uji Coba

Produk Revisi

Produk

Revisi Produk

Produk Masal Uji Coba Pemakaian

Potensi dan Masalah

Pengumpulan Data

Desain Produk Validasi Desain

Revisi Desain Uji Coba Produk

(40)

langkah pengembangan produk ini menggunakan model penelitian dari Borg and Gall. Prosedur penelitian dan pengembangan Borg and Gall menggunakan sepuluh tahap dalam penelitian. Langkah-langkah tersebut terdiri atas 1) tahap potensi dan masalah, 2) tahap pengumpulan data, 3) tahap desain produk, 4) tahap validasi desain, 5) tahap revisi desain, 6) tahap uji coba produk, 7) tahap revisi produk, 8) tahap uji coba pemakaian, 9) tahap revisi produk, dan 10) tahap produksi masal.

Setiap langkah penelitian Research and Development (R&D) dari langkah- langkah penelitian menurut Borg dan Gall dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Potensi dan Masalah

Penelitian diawali dengan melakukan analisis kebutuhan, penelitian pustaka, penelitian literatur, penelitian skala kecil, dan standar laporan yang diperlukan (Borg dan Gall 1989). Analisis kebutuhan terdapat beberapa kriteria yang berhubungan dengan pentingnya pengembangan produk, ketersediaan sumber daya yang kompeten, dan ketersediaan waktu. Studi literatur diperlukan untuk pengenalan sementara terhadap produk yang hendak dikembangkan, serta mengumpulkan informasi lain yang berkaitan dengan pengembangan produk yang telah direncanakan. Riset skala kecil adalah untuk mengetahui beberapa hal tentang produk yang hendak dikembangkan.

Analisis kebutuhan dilakukan dengan melakukan pengamatan dan wawancara dengan guru kelas I SLB/B Karnamanohara Yogyakarta. Pengamatan dan wawancara ditujukan untuk mengidentifikasi adanya fakta dan masalah yang terjadi di lapangan. Selain itu, peneliti juga melakukan kajian pustaka sebagai bekal dasar penelitian untuk melakukan pengembangan.

2. Tahap Pengumpulan data

Dalam tahap perencanaan ini, peneliti merumuskan untuk memberikan rancangan yang tepat yang berkaitan dengan permasalahan dan menentukan tujuan yang akan dicapai pada setiap tahapan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, peneliti merencanakan untuk membuat sebuah produk berupa media Flashcard bagi siswa tunarungu untuk pembelajaran kosakata. Peneliti juga

(41)

melakukan studi pustaka untuk mencari bahan melalui sumber buku atau internet dan mengumpulkan bahan dari berbagai sumber untuk menambah referensi guna melengkapi perencanaan pembuatan produk.

3. Tahap Desain Produk

Pengembangan produk awal dalam penelitian ini berupa bahan sebuah produk dalam bentuk Flashcard. Peneliti mulai mengembangkan produk awal dengan menentukan desain awal Flashcard agar menarik bagi siswa. Desain awal pada Flashcard dilakukan dengan mengumpulkan gambar dan berbagai kosakata yang mudah dimengerti untuk siswa tunarungu. Media Flashcard dibentuk dengan menarik berbentuk segitiga sama sisi. Bagian atas terdapat tempat untuk mengisi sebuah kartu gambar. Bagian bawah kartu gambar terdapat tempat untuk mengisi kosakata 1, kosakata 2, dan kosakata 3 sebagai pembelajaran kosakata baru.

4. Tahap Validasi Desain

Produk Flashcard divalidasi oleh ahli media dan ahli materi. Selama validasi produk, validator memvalidasi produk dengan mengisi sebuah intrumen yang sudah disediakan oleh peneliti. Validitas produk bertujuan untuk memperoleh kritik dan saran, serta penilaian kualitas produk Flashcard. Validasi tersebut dilakukan oleh dua ahli yaitu:

a. Ahli Media

Sebelum produk diujicobakan ke siswa, produk divalidasi oleh ahli media. Validasi tersebut dilakukan oleh ahli media dari dosen PGSD Universitas Sanata Dharma. Validasi dilakukan dengan cara menilai instrumen tentang desain produk dan komponen-komponen media yang dikembangkan. Melalui kegiatan validasi, peneliti mendapatkan data kelayakan, penilaian, komentar dan saran dari media Flashcard. Data hasil validasi tersebut digunakan sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan media Flashcard dalam pembelajaran kosakata baru.

(42)

b. Ahli Materi

Sebelum produk diujicobakan ke siswa, produk divalidasi oleh ahli materi dari guru kelas I SLB/B Karnnamanohara Yogyakarta. Validasi tersebut bertujuan untuk melihat isi materi mengenai kejelasan materi dalam pembelajaran kosakata baru yang telah disusun melalui media Flashcard yang peneliti buat. Validasi ahli materi dilakukan dengan cara menilai instrumen tentang materi yang disajikan dalam media Flashcard.

Data hasil penilain instrumen, komentar, dan saran dari ahli materi yang digunakan sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan materi yang disajikan dalam produk Flashcard.

5. Tahap Revisi Desain

Revisi produk dilakukan setelah melakukan validasi produk oleh kedua ahli.

Tahap penyempurnaan produk awal dilakukan pendekatan kualitatif tentang produk Flashcard. Revisi produk dilakukan oleh peneliti setelah memperoleh kritik dan saran oleh kedua ahli dari hasil validasi. Revisi produk dilakukan untuk memperbaiki kekurangan dari produk yang telah divalidasi oleh para pakar ahli.

C. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini yaitu siswa berkebutuhan tunarunggu kelas 1 di SLB/B Karnnamanohara Yogyakarta tahun ajaran 2019/2020 dengan tingkat tunarungu yaitu sedang. Pertimbangan dalam pemilihan siswa tunarungu sebagai subjek penelitian berdasarkan wawancara bersama guru kelas I pada saat melaksanakan observasi di sekolah SLB/B Karmanohara. Observasi dilakukan di kelas pada saat pembelajaran mengenai masalah hilangnya jaket dari salah satu siswa. Guru mengajarkan siswa tentang kosakata terkait situasi atau masalah.

(43)

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah berupa media pembelajaran yaitu media Flashcard. Media Flashcard ini didesain untuk siswa tunarungu kelas I.

3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SLB/B Karnnamanohara Yogyakarta yang merupakan sekolah SLB/B dengan tingkat tunarungu bermacam-macam.

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2019 sampai Maret 2020.

Berikut merupakan jadwal penelitian yang direncanakan oleh peneliti.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

N

NO Kegiatan Bulan

November Desember Januari Februari Maret 1. Observasi dan

Penyusunan rancangan

penelitian BAB III.

2. Pembuatan media Flashcard

3. Pelaksanaan Penelitian dan revisi media 4. Penyusunan

laporan hasil penelitian

D. Teknik Pengumpulan Data

Sugiono (2013:2) menjelaskan metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data terdiri atas tes dan nontes. Penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup dengan responden dapat memilih jawaban yang disediakan oleh peneliti.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan kuesioner. Observasi dan wawancara dilakukan dengan tujuan untuk

(44)

mengumpulkan informasi dan melihat fakta dan masalah yang terjadi di lapangan.

Peneliti melakukan observasi di SLB/B Karnamanohara Yogyakarta kelas I dan kelas II serta melakukan wawancara dengan guru kelas I dan guru kelas II. Data yang sudah diperoleh kemudian dianalisis oleh peneliti untuk mendapatkan informasi mengenai kebutuhan siswa dalam pembelajaran kosakata baru dan kebutuhan siswa dalam sebuah media pembelajaran di kelas.

1. Pengamatan/ Observasi

Dalam penelitian ini, pengamatan atau observasi diartikan sebagai aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan maksud memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya.

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis, di antaranya adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Hadi dalam Sugiono, 2013:145). Pengataman atau observasi dilakukan di kelas I dan kelas II di sekolah SLB/B Karnnamanohara Yogyakarta. Aspek yang diamati oleh peneliti yaitu tentang siswa tunarungu dalam pembelajara kosakata. Saat melakukan observasi di kelas I SLB/B Karnnamanohara, siswa tunarungu kelas I sudah bisa membaca, tetapi masih kesulitan dalam pembelajaran kosakata baru. Selain itu, siswa tunarungu kelas I baru mengetahui 2 jenis kosakata, misalnya baju-biru. Siswa masih kesulitan membaca lebih dari dua kosakata.

2. Wawancara

Esterbeg (dalam Sugiono, 2013:231) menjelaskan wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Peneliti menggunakan pedoman wawancara untuk memahami informasi-informasi yang lebih dalam dan informasi pokok. Pedoman wawancara menjadi acuan bagi peneliti agar informasi yang diperoleh lebih jelas. Wawancara ini dilakukan pada guru kelas I di SLB/B

(45)

Karnnamanohara Yogyakarta. Hasil dari wawancara guru kelas, kemudian data diolah dan digunakan untuk menganalisis masalah dan potensi.

3. Kuesioner

Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak bertanya jawab secara langsung dengan responden). Sugiono (2008:199) menjelaskan bahwa angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Peneliti menggunakan bentuk kuesioner yang berstruktur dengan bentuk jawaban tertutup. Hal tersebut dikarenakan pada kuesioner, validator dapat memberikan komentar, tanggapan, atau saran yang digunakan peneliti untuk merevisi produk yang telah divalidasi.

Lembar kuesioner validasi diisi oleh dua validator yaitu ahli materi dari guru kelas 1 SLB/B Karnamanohara dan ahli media dari dosen PGSD Universitas Sanata Dharma. Lembar instrumen dibedakan menjadi ahli materi dan dan ahli media.

Setelah divalidasi, data dihitung menggunakan perhitungan skala lima. Hasil dari validasi tersebut mendapat penilaian dan masukan dari kedua validator untuk memperbaiki media Flashcard jika ada yang perlu direvisi. Peneliti menyertakan hasil kuesioner pada lampiran 1.3.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan teknik nontes. Peneliti menggunakan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan kuesioner.

1. Pedoman Observasi

Observasi dilaksanakan pada saat guru kelas dan seluruh siswa sedang melakukan pembelajaran di kelas. Di sekolah SLB/B Karnnamanohara Yogayakarta, pada saat ingin memulai kegiatan belajar, guru harus menemukan sebuah masalah untuk bahan belajar siswanya. Misalnya pada saat peneliti melakukan observasi, terdapat sebuah masalah tentang jaket yang hilang. Kemudian guru kelas tersebut

(46)

memulai pembelajaran membaca dengan membuat sebuah kalimat tentang jaket yang hilang. Peneliti mencatat hal-hal penting yang berkaitan dengan aspek yang digunakan untuk pedoman penelitian. Berikut ini adalah kisi-kisi observasi analisis kebutuhan diuraikan pada tabel 3.2

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Observasi Analisis Kebutuhan

Aspek yang ingin diketahui No. Item Ketersediaan media untuk siswa kelas I 1, 2, 3 Penggunaan media untuk siswa kelas I 4, 5 Kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran bahasa

Indonesia materi kosakata

6, 7, 8 Keaktifan/ partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaraan

materi kosakata

9, 10

Berikut adalah daftar pernyataan pengembangan instrumen observasi analisis kebutuhan untuk siswa kelas 1 SLB/B Karnnamanohara Yogyakarta diuraikan pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Pedoman Observasi Analisis Kebutuhan

Aspek yang ingin diketahui Pernyataan

Ketersediaan media untuk siswa kelas I

1. Ketersedian media di sekolah.

2. Ketersediaan media yang memuat materi pembelajaran kelas I mengenai Kosakata 3. Pembuatan media untuk siswa kelas I apakah

dibuat yang menarik.

Penggunaan media untuk siswa kelas I

4. Apakah menggunakan media pada saat pembelajaran di kelas

5. Siswa memahami isi dari media yang dibuat sehingga dapat mengenal kosakata-kosakata baru.

Kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi

kosakata

Keaktifan/partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaraan materi

kosakata

6. Siswa masih kurang dalam memahami kosakata baru.

7. Siswa sulit mengeja kosakata baru 8. Siswa sulit menambah kosakata baru

9. Siswa aktif mengikuti pembelajaran kosakata di kelas

10. Siswa aktif mengenal kosakata baru.

2. Pedoman Wawancara

Wawancara ini ditujukan oleh narasumber yaitu guru kelas I SLB/B Karnamanohara Yogyakarta. Wawancara ini bertujuan untuk menganalisis mengenai

Referensi

Dokumen terkait

pembelajaran, siswa diberikan perlakuan dengan menggunakan media flashcard untuk melatih keterampilan siswa menuliskan kata tentang animals.Setelah pembelajaran

Berkaitan dengan permasalahan yang dialami oleh siswa SDLB tunarungu kelas 5 di SLB Negeri Surakarta dalam belajar penguasaan kosa kata bahasa Indonesia tersebut

Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG SUMBER DAYA ALAM MELALUI MODEL TEBAK KATA DENGAN MEDIA

Kemandirian belajar siswa tunarungu SMPLB Negeri Ungaran mengalami peningkatan setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan video berbasis BISINDO yang telah layak

Media pembelajaran scrapbook pada materi listrik untuk siswa SMALB tunarungu kelas X praktis digunakan oleh siswa tuna rungu dalam proses pembelajaran dengan

membantu siswa menambah kosakata baru dan pola kalimat baru. Mengingat bahwa anak tunarungu mengalami hambatan dalam menulis karena gangguan pada pendengarannya

Melalui tahap ini dapat menghasilkan suatu produk media pembelajaran yang berupa kartu Ahad, media tersebut akan digunakan untuk membantu peserta didik dalam menghafal kosa kata bahasa

Dengan membaca dan menganalisis teks deskriptif, siswa dapat mengaitkan kosakata baru dengan gambaran konkret yang membantu memperkuat pemahaman dan mengingat kosa kata tersebut."