• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Advokasi Komunitas Perempuan Pembaharu Desa

Advokasi merupakan salah satu dari berbagai pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Hanya saja tidak radikal seperti yang diperkirakan. Advokasi merupakan proses sistematis, terstruktur, terencana, dan bertahap yang bertujuan untuk mempengaruhi kebijakan agar menjadi lebih baik. Advokasi bertujuan membangun sikap tertentu dan membangun komitmen, yang ditujukan kepada semua stakeholder, yang berkaitan dengan isu-isu pembangunan dengan menggunakan fakta atau evidence (bukti). Tidak perlu revolusioner karena advokasi bukan revolusi. Perubahan yang dilakukan melalui perangkat dan jalur demokrasi, proses legislasi, maupun kebijakan politik dalam sistem yang berlaku.

Advokasi adalah upaya terencana dan terorganisir untuk mendesakkan perubahan dengan cara mempengaruhi para pengambil keputusan, khususnya saat mereka mengambil keputusan dalam menetapkan peraturan perundang-undangan tentang sumber daya dan menyangkut masyarakat. Titik beratnya adalah pada tujuan yang hendak dicapai, yaitu perubahan kebijakan menyangkut kepentingan kita sebagai masyarakat (Sagala, 2011). Seperti halnya advokasi kesehatan, masih perlu terus dilakukan untuk mempromosikan desentralisasi dalam reformasi sektor kesehatan agar tujuan peningkatan sistem kesehatan tercapai. Dalam pemberdayaan perempuan juga dibutuhkan perlindungan agar dapat terhindar dari kekerasan berbasis gender. Salah satu perlindungan tersebut adalah advokasi. Aksi strategis yang ditujukan untuk menciptakan kebijakan publik yang bermanfaat bagi masyarakat atau mencegah munculnya kebijakan yang diperkirakan merugikan masyarakat.

mempengaruhi perubahan kebijakan menggunakan bahan-bahan utama dari hasil riset atau sajian data dan analisis. Advokasi berbasis data dapat digunakan untuk mempengaruhi kebijakan strategis dan membangun serta memperkuat kesadaran kritis warga. Ini merupakan cara alternatif, melalui analisis data dimungkinkan akan muncul berbagai pilihan strategi advokasi dapat ditempuh (Kristiono DS, 2012). Beberapa kelebihan advokasi berbasis data antara lain adalah data dan analisis menjadi kekuatan berargumen dan pertimbangan pada saat mempengaruhi kebijakan strategis. Data dan analisis menjadi bahan-bahan melakukan edukasi, penyadaran, pengorganisasian atau penggalangan, serta menjadi legitimasi dalam pendekatan pada warga. Hasil analisis data bisa membantu pemetaan masalah lebih lengkap, mengidentifikasi dan memprioritaskan isu, mencari pilihan solusi dalam negosiasi perubahan, serta peluang menempuh beragam strategi aksi.

Pilihan komunitas perempuan di Gumelem Kulon memulai advokasi kesehatan dari petani penderes, sekilas sudah dipaparkan dalam pembahasan tentang kondisi Desa Gumelem Kulon. Penduduk Desa Gumelem Kulon sebagian besar adalah buruh penderes, sebutan penyadap nira dan petani gula kelapa. Dalam menjalankan profesinya, mereka bukan saja harus berhadapan dengan ulah para tengkulak namun juga bertaruh nyawa, khususnya saat musim hujan. Sebagian pekerja ini tidak mengenal hari libur karena terlambat beberapa jam saja nira tidak lagi bisa diolah menjadi gula.

Menurut Tursiyem, salah satu pengurus komunitas perempuan Sidaluhur Sejati, petani penderes kelapa merupakan salah satu aset desa sekaligus tantangan bagi desa. Berdasarkan hasil survei para ibu ini, ada sekitar 2.800 petani penderes yang memanfaatkan 60.077 pohon kelapa. Sehingga sangat penting bagi desa memperhatikan nasib mereka untuk mendapat jaminan sosial kesehatan. Upaya komunitas perempuan ini juga mendapatkan dukungan, baik dari Pemdes maupun Pemda dalam hal ini dari Kantor Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa (KPMD) dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Banjarnegara. Kades Gumelem Kulon Arif Machbub menilai kelompok perempuan lebih teliti dalam proses pendataan. Para ibu berjalan kaki dari rumah ke rumah di Gumelem Kulon seluas 812 hektar yang terbagi 62 RT dan 11 RW untuk melakukan pendataan.

Banyak petani penderes usia 50 tahun ke atas yang masih bekerja. Para penderes ini beresiko jatuh hingga menyebabkan cacat bahkan meninggal. Di awal tahun 2016, ada tiga orang meninggal karena jatuh dari pohon kelapa. Masing-masing kasus di RW 4, RW 6, di RW 9. Namun dari sekitar 2.800-an penderes, yang baru terdaftar jaminan kesehatan hanya 74 orang saja. Jumlah ini masih sangat sedikit.

Nasib para petani penderes awalnya menjadi perhatian khusus para perempuan yang tergabung dalam Komunitas Perempuan Pembaharu Desa Sidaluhur Sejati Gumelem Kulon. Upaya kelompok perempuan memastikan jaminan kesehatan bagi para penderes dilakukan melalui beberapa tahapan, mulai dari lobi ke Pemdes, mendiskusikan tentang pentingnya melakukan pemutaakhiran daftar PBI, hingga akhirnya melakukan beberapa kali pertemuan. Baik dengan Pemdes maupun Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Banjarnegera. Pada 17 Mei 2016 ada 74 petani penderes yang terdaftar dalam data penerima bantuan iuran (PBI) untuk mendapatkan jaminan kesehatan daerah (Jamkesda).

Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu daerah yang mengintegrasikan program jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) ke program JKN. Ada juga peserta BPJS kategori PBI yang didaftarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan SK Bupati. Namun dibandingkan jumlah penderes di desa, angka 74 masih sangat sedikit. Bermula dari pengalaman memperjuangkan jaminan kesehatan penderes dan keluarganya, komunitas perempuan kemudian menindaklanjuti dengan mendorong pemerintah desa melakukan perubahan data penerima bantuan iuran (PBI).

Setelah kelompok perempuan berhasil memasukkan sejumlah nama-nama penderes sebagai penerima jaminan kesehatan, pada Juni-Desember 2016 kelompok perempuan mulai mengawal jaminan kesehatan bagi kelompok rentan; kaum difabel, lansia, perempuan kepala keluarga, dan keluarga miskin. Mengawal jaminan kesehatan bagi kelompok marginal menjadi salah satu program selain mengawal pembangunan desa. Sasaran program ini adalah semua warga marginal seperti difabel, lansia, janda miskin dan anggota keluarga rumah tangga miskin.

Program mengawal jaminan kesehatan bagi kelompok marginal ini dilakukan agar kelompok marginal di Desa Gumelem Kulon yang selama ini belum mendapatkan jaminan kesehatan masuk daftar penerima bantuan iuran (PBI), baik untuk jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) maupun BPJS. Awal 2016, telah melakukan tahapan untuk advokasi jaminan kesehatan petani penderes dan keluarganya. Beberapa di antaranya adalah dengan melakukan verifikasi data penerima bantuan iuran (PBI) yang dimiliki oleh desa maupun Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Banjarnegera. Dalam proses verifikasi tersebut akan diketahui apakah data PBI yang sudah ada sesuai dengan data kesejahteraan lokal. Jika tidak sesuai, Pemdes perlu melakukan perbaikan dan menetapan data penerima PBI yang sesuai dengan data kesejahteraan lokal desa melalui kesepakatan Musyawarah Desa.

Proses tersebut kemudian mendorong komunitas perempuan untuk memperjuangkan jaminan kesehatan kelompok marginal lebih banyak lagi. Tahapan strategi yang telah dilakukan di antaranya mulai dari proses persiapan sosial, pelaksanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, pertanggungjawaban, hingga refleksi pembelajaran dari proses advokasi jaminan kesehatan kelompok marginal.

Persiapan Sosial: Lobi dan Identifikasi Daftar