MANAjEMEN RISIKO
STRUKTUR TATA KELOLA MANAJEMEN RISIKO SECARA KESELURUHAN
SEGMEN , PR ODUK , WILA Y AH DE W AN DIREKSI , RISK & C APIT AL C OMMIT TEE
Selain itu, guna mengintegrasikan pengelolaan risiko secara
bankwide, Bank juga telah mengimplementasikan ERM system
sebagai sarana untuk memantau pengelolaan risiko secara holistik, termasuk menghitung modal untuk mengcover semua jenis risiko.
Pengimplementasian ERM system, ini mencakup perhitungan capital charge (Standardized Approach dan
Advanced Approach), implementasi
operational risk management tools, active portfolio management, stress testing dan value-based management.
PROFIL KINERJA & RISIKO (BANK SAJA)
Kredit bertumbuh dengan kualitas terjaga • Pertumbuhan kredit 24,1% (YoY) dengan NPL terjaga pada level 1,74%. (bank secara individual).
• Portfolio kredit yang terdiversiikasi dengan penerapan kebijakan limit
(limit industri dan limit debitur). Selama 2012 eksposur ke sektor terkait pertambangan, komoditas dan tekstil dipantau secara ketat.
Likuiditas dan akses pasar yang kuat • Kondisi likuiditas yang baik dan mendukung aktivitas bisnis dengan LDR
sebesar 77,66%.
• Akses pendanaan yang baik.
Penerapan manajemen risiko yang handal • Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi.
• Kebijakan manajemen risiko yang disusun sesuai dengan misi, strategi
bisnis, kecukupan permodalan, kemampuan SDM dan risk appetite Bank.
• Dipercaya sebagai responden dalam Thematic Peer Review Risk Governance
Survey oleh Financial Stability Board.
Penerapan Good Corporate Governance yang
terpercaya • Menjaga aspek kepatuhan terhadap ketentuan internal dan regulator.
• Pengakuan dan penghargaan pihak independen atas kualitas Good
Corporate Governance (GCG), antara lain meraih peringkat tertinggi dalam
survey Corporate Governance Perception Index Indonesia.
4. METODOLOGI/MODEL & ANALYTICS Bank secara berkelanjutan menerapkan pengukuran risiko yang mengacu kepada internationalbest practices dengan menggunakan pendekatan permodelan kuantitatif maupun kualitatif melalui pengembangan model risiko seperti rating, scoring, model Value at Risk (VaR), portfolio management, stress testing dan model lainnya sebagai pendukung judgmental decision making. Secara periodik, model-model risiko tersebut dikalibrasi dan divalidasi oleh unit Model Risk Validator yang bersifat independen untuk menjaga keandalan dan validitas model serta memenuhi persyaratan regulasi.
TINJAUAN UNIT-UNIT PENDUKUNG
B. RISK PERFORMANCE REVIEW Seperti pada tahun sebelumnya, di tahun 2012 Indonesia masih mencatat pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat di atas 6% yang didukung oleh pertumbuhan kredit perbankan yang juga cukup tinggi sebesar 23%. Walaupun demikian, secara global masih dirasakan adanya ancaman terhadap pertumbuhan ekonomi dan stabilitas pasar keuangan yang antara lain berasal dari krisis di Eropa dan perlambatan ekonomi China. Bank Mandiri secara antisipatif terus melakukan stress testing
dan penyusunan contingency plan
serta tetap mengoperasikan Business Command Center sebagai suatu crisis management center yang terintegrasi.
137
Laporan Tahunan 2012
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
C. RISK OVERVIEW
Bank Mandiri melakukan evaluasi yang terintegrasi secara bankwide terhadap risiko-risiko yang dihadapi. Beberapa ketidakpastian yang dihadapi Bank
Ketidakpastian Deskripsi Mitigasi Krisis global dan
perlambatan pertumbuhan ekonomi
European sovereign debt crisis
menyebabkan ancaman perlambatan pertumbuhan ekonomi dan volatilitas pasar keuangan. Perlambatan pertumbuhan ekonomi China dan India mengancam permintaan komoditas.
• Melakukan stress testing secara komprehensif dan berkala, serta menyusun
contingency plan.
• Mengoperasikan Business Command Center sebagai crisis management center
yang terintegrasi.
• Memantau secara ketat sektor industri yang berpotensi terkena dampak
krisis dan resesi, misalnya pertambangan, komoditas dan tekstil. Konsentrasi kredit Eksposur yang berlebihan kepada
satu individu atau entitas, sekelompok entitas yang saling terkait, suatu wilayah geograis, sektor industri, produk tertentu dan lain sebagainya yang mempunyai kriteria sistematik yang serupa, dapat mengakibatkan potensi kerugian yang sangat besar.
• Menggunakan alat bantu yang dinamakan Portfolio Guideline (PG) pada seluruh tahapan pengelolaan risiko kredit.
• Melakukan pembatasan eksposur melalui kebijakan limit (limit industri dan
limit debitur). Perubahan
ketentuan pemerintah dan regulator
Adanya perubahan ketentuan yang terkait dengan regulator yang menimbulkan peningkatan eksposur Bank.
Menyesuaikan portfolio atau eksposur risiko pada Bank sehingga dapat mengurangi dampak atas perubahan kebijakan pemerintah/regulator, antara lain melalui diversiikasi portfolio Bank, meningkatkan permodalan, dan lain-lain.
Kompleksitas proses bisnis dan
coverage jaringan
yang luas
Sejalan dengan pertumbuhan bisnis yang agresif dan non-organik, Bank Mandiri memiliki bisnis yang beragam dan kompleks serta memiliki jaringan yang luas meliputi kantor luar negeri dan perusahaan anak.
• Menerapkan Enterprise Risk Management dalam pelaksanaan manajemen risiko.
• Melaksanakan konsolidasi pengelolaan risiko dengan perusahaan anak yang
bergerak di bidang keuangan secara bertahap dan berkesinambungan. Persaingan
di industri perbankan yang meningkat
Perekonomian negara yang membaik mengakibatkan peningkatan persaingan industri perbankan, salah satunya dalam hal pricing suku bunga.
• Menerapkan strategi sebagai market leader dalam hal pricing pendanaan.
• Menerapkan risk based pricing, yaitu pemberian suku bunga kredit kepada nasabah yang bervariasi berdasarkan tingkat risiko kreditnya.
Internal & external fraud
Tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi bank, nasabah, atau pihak lain, yang terjadi di lingkungan bank dan/atau menggunakan sarana bank sehingga mengakibatkan bank, nasabah, atau pihak lain menderita kerugian dan/atau pelaku fraud
memperoleh keuntungan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung.
• Meningkatkan risk awareness unit kerja diantaranya melalui program
“Letter to CEO”, program “NO Surprise” yang disosialisasikan di seluruh Unit
Kerja, arahan CEO yang disampaikan melalui video kepada seluruh unit kerja, program budaya, penggunaan aplikasi / sistem untuk mendeteksi / mencegah fraud (ATM, kartu kredit), mengidentiikasi risiko operasional dan mendeteksi kemungkinan fraud dengan Risk Control Self Assesment
(ORM Tools), perangkat dan info lain serta memberikan sanksi keras kepada
pelaku.
• Implementasi ORM yang dimonitor secara periodik dalam Forum
Manajemen Risiko Operasional yang dilakukan baik di tingkat Kantor Wilayah maupun Kantor Pusat.
• Menerapkan proses duedilligence dan pengelolaan risiko terhadap nasabah mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia dan didasarkan pada prinsip
risk-based approach.
Mandiri berikut mitigasi yang telah dilakukan selama tahun 2012 adalah sebagai berikut:
D. ENTERPRISE RISK MANAGEMENT (ERM)
ERM merupakan pengelolaan risiko secara terintegrasi, yang menghubungkan antara strategic planning, risk appetite, business execution, risk assessment dan
performance evaluation, dalam upaya mengoptimalkan pertumbuhan bisnis sesuai risk-adjusted return
serta memaksimalkan shareholder value. Implementasi ERM sekaligus menjadi wahana untuk penerapan Basel II Accord di Bank Mandiri secara bertahap sesuai dengan regulasi dari Bank Indonesia. Untuk pemenuhan regulasi Bank Indonesia dalam SE BI No.13/6/DPNP tanggal 18 Februari 2011 perihal Perhitungan ATMR Risiko Kredit Menggunakan Pendekatan Standar, Bank Mandiri telah melakukan perhitungan kecukupan modal menggunakan Standardized Approach.
Cakupan implementasi ERM dilakukan dengan pendekatan two-prong, yaitu pengelolaan risiko melalui permodalan dan pengelolaan risiko melalui aktiitas operasional, sehingga diharapkan
TINJAUAN UNIT-UNIT PENDUKUNG
tercapai pengelolaan risiko yang melekat dalam pengelolaan bisnis. ERM juga memberikan common language bagi seluruh unit kerja sehingga dapat meminimalkan “silo” di antara unit kerja serta meningkatkan keterkaitan antara fungsi manajemen risiko dengan pengendalian internal, termasuk kepada seluruh perusahaan anak. Selain itu, ERM akan ikut berperan dalam meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan bisnis dan risiko. PENGELOLAAN RISIKO MELALUI PERMODALAN
Pengelolaan risiko melalui permodalan di Bank Mandiri meliputi kebijakan diversiikasi sumber permodalan yang sesuai dengan rencana strategis jangka panjang, dan kebijakan alokasi modal secara eisien pada segmen bisnis yang memiliki proil risk-return
yang optimal (termasuk penempatan pada perusahaan anak). Hal ini bertujuan untuk memenuhi ekspektasi
stakeholder termasuk investor dan
regulator.
Bank Mandiri memastikan memiliki kecukupan modal untuk mengcover risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional, baik berdasarkan ketentuan regulasi (regulatory capital) maupun kebutuhan internal (economic capital). Bank Mandiri mengacu kepada regulasi Bank Indonesia (Basel II) dalam melakukan perhitungan kecukupan modal untuk risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional. Untuk risiko kredit, Bank menggunakan Pendekatan Standar Basel II (Standardized Approach) dan saat ini secara bertahap memulai simulasi pendekatan berdasarkan rating internal (Internal Ratings-Based Approach). Pendekatan Standar Basel II risiko kredit mengacu kepada SE BI No. 13/6/DPNP dengan tanpa memperhitungkan rating eksternal debitur, namun Bank sudah melakukan simulasi terkait penggunaan rating eksternal tersebut. Untuk risiko pasar, Bank menggunakan Model Standar, sedangkan secara internal Bank telah menggunakan Value at Risk sebagai model internal. Untuk risiko operasional, Bank mengacu kepada Pendekatan Indikator Dasar Basel II (Basic Indicator Approach) dan sudah mensimulasikan
139
Laporan Tahunan 2012
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Rp. Miliar 2012 Modal Inti
Modal Disetor 11.667 Cadangan Tambahan Modal 44.369 Faktor Pengurang Modal Inti (1.597)
Jumlah Modal Inti 54.439
Modal Pelengkap 7.509
Total Modal 61.948
Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
Risiko Kredit (Standardized Approach) 350.761 Risiko Pasar (Standard Model) 1.044 Risiko Operasional (α 15%) (Basic Indicator
Approach) 48.385
Total ATMR 400.190
CAR (Modal Inti) * 13,60%
CAR (Total Modal) * 15,48%
* Sesuai regulasi BI, Modal Inti minimal 5% dari ATMR dan Total Modal minimal 8% dari ATMR.
Pendekatan Standar (Standardized Approach). Untuk posisi Desember 2012, perhitungan ATMR dan kecukupan modal adalah seperti tertera pada tabel sebelah kanan:
Berdasarkan simulasi perhitungan beban modal risiko operasional dengan pendekatan standar, didapatkan ATMR sebesar Rp47,3 triliun (dibandingkan dengan menggunakan pendekatan indikator dasar Basel II sebesar Rp48,4 triliun).
Beban modal untuk risiko kredit dengan pendekatan Standardized Approach untuk posisi Desember 2012, memberikan komposisi aset berdasarkan bobot risiko seperti tertera pada piechart sebelah kanan:
Bank juga telah menghitung simulasi beban modal kredit dengan pendekatan
Advance IRBA (Internal Rating Based Approach). Dengan menggunakan pendekatan Advance IRBA, diharapkan Bank dapat mendapatkan rasio kecukupan modal yang lebih tinggi sekitar 1% dibandingkan pendekatan yang digunakan saat ini.
Komposisi Aset berdasarkan Bobot Risiko Credit Risk SA - Desember 2012 1% 1% 1% 14% 11% 41% 27% 4% Bobot Risiko 0% Bobot Risiko 20% Bobot Risiko 35% Bobot Risiko 40% Bobot Risiko 50% Bobot Risiko 75% Bobot Risiko 100% Bobot Risiko 150%
Saat ini, Bank juga sedang mengembangkan pengukuran kebutuhan modal secara ekonomis (economic capital) baik untuk risiko kredit maupun risiko operasional, yang sekaligus menjadi dasar bagi bank untuk mulai mengimplementasikan VBM (Value Based Management) melalui pengukuran RORAC (Return On Risk Adjusted Capital). Selama tahun 2012, salah satu fokus bisnis Bank Mandiri adalah segmen mikro, terbukti dengan pertumbuhan kredit segmen mikro yang signiikan sebesar 60,4% (YoY) yang dijustiikasi dengan angka RORAC yang tinggi.
Bank Mandiri telah mempersiapkan penerapan Basel III mengacu kepada dokumentasi Basel serta regulasi dan inisiatif yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Bank Mandiri aktif mengikuti kelompok kerja Basel III maupun
Quantitative Impact Study (QIS) yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Berdasarkan posisi per Juni 2012, hasil QIS menunjukkan bahwa secara umum Bank Mandiri telah memenuhi pedoman dalam Basel III, dengan hasil simulasi
Capital Adequacy Ratio lebih tinggi dibandingkan perhitungan kecukupan modal menggunakan Basel II. Hal ini disebabkan oleh struktur permodalan Bank Mandiri yang didominasi oleh
Tier 1 Common Equity. Hasil QIS juga menunjukkan bahwa Bank Mandiri beroperasi pada tingkat risiko yang rendah, ditunjukkan oleh kecukupan
leverageratio dan tingginya liquidity ratio yang disebabkan oleh ketatnya pengendalian risiko atas eksposur of balance sheet. Selain itu, posisi aset likuid dan komposisi neraca Bank menunjukkan konsistensi terhadap persyaratan Basel III.
TINJAUAN UNIT-UNIT PENDUKUNG
PENGELOLAAN RISIKO MELALUI AKTIVITAS OPERASIONAL
Pengelolaan risiko melalui aktivitas operasional ditujukan untuk pengelolaan risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional pada level yang dapat diterima. Bank Mandiri menerapkan risk appetite dan risk tolerance dalam bentuk kebijakan limit dan sistem limit, yang disusun dan diusulkan oleh unit bisnis bersama unit manajemen risiko dan disetujui oleh Risk & Capital Committee. Penetapan limit didasarkan pada limit secara keseluruhan, limit per jenis risiko maupun limit per aktivitas fungsional tertentu yang memiliki eksposur risiko. Kebijakan limit tidak saja berfungsi dalam proses pengendalian risiko namun juga mendorong strategi bisnis
dan ekspansi bisnis ke dalam koridor pertumbuhan dengan proil risk-reward yang optimal.
Pengelolaan risiko kredit dilakukan melalui front end, middle end dan back end. Pengelolaan risiko pasar dan likuiditas dilakukan melalui sistem limit. Pengelolaan risiko operasional pada produk dan aktivitas Bank dilakukan oleh seluruh unit kerja, dan di-review secara bankwide oleh unit
riskmanagement serta diukur
keefektifan pelaksanaannya (assurance) oleh unit Internal Audit.
1. Pengelolaan Risiko Kredit Risiko kredit berasal dari aktivitas pemberian kredit, penempatan pada surat berharga dan kepada bank lain,