• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Deskripsi Data

5) Maksud Penutur

4.2.3.6 Subkategori Memperingatkan Cuplikan tuturan 33 (C20) Cuplikan tuturan 33 (C20)

MT : “Sesok nek ono seng neng kono meneh, aku tak nang...”

P : “Sesok, nek ngomongke sesok, ndag lali!”

(Konteks C20: Tuturan ini terjadi di teras rumah sekitar jam 4 sore, pada tanggal 20 April 2013. MT menerima 3 tamu yang mempunyai maksud dan tujuan yang berbeda-beda. MT sedang berbicara atau menyampaikan sesuatu kepada salah satu tamunya (penutur). Penutur langsung menanggapi tuturan MT, padahal MT belum selesai berbicara.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik melecehkan muka subkategori memperingatkan adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan C20 : Sesok, nek ngomongke sesok, ndag lali! (Besok, kalau

membicarakan besok, nanti lupa!)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C20 : Penutur berbicara dengan tuan rumah. Penutur berbicara pada saat MT belum menyelesaikan bicaranya. Penutur menyampaikan tuturannya dengan cara ketus.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan C20 : Tuturan C20 mempunyai intonasi seru. Penutur berbicara dengan nada tinggi. Tekanan keras pada frasa ndag lali. Diksi: bahasa nonstandar (bahasa Jawa).

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C20 : Tuturan ini terjadi di teras rumah sekitar jam 4 sore, pada tanggal 20 April 2013. Penutur laki-laki berusia 41 tahun, tamu. MT laki-laki berusia 42 tahun, tuan rumah. MT menerima 3 tamu yang mempunyai maksud dan tujuan yang berbeda-beda. MT sedang berbicara atau menyampaikan sesuatu kepada salah satu tamunya (penutur). Penutur langsung menanggapi tuturan MT, padahal MT belum selesai berbicara. Tujuan penutur adalah menanggapi tuturan MT. Tindak verbal tuturan C20 adalah tindak direktif. Tindak perlokusi MT adalah diam saja.

5) Maksud Penutur

Tuturan C20 : penutur memiliki maksud kesal. 4.2.3.7 Subkategori Mengancam

Cuplikan tuturan 18 (C5)

P : “Makan dulu, mainnya nanti lagi!”

MT : “Gak mau, nanti aja.”

P : “Kalo gak mau makan, kamu gag boleh pergi sama dia

(temannya)!”

(Konteks C5: Tuturan ini terjadi di rumah, pada siang hari. MT sedang ingin pergi bermain bersama teman-temannya. Penutur menyuruh MT untuk makan terlebih dahulu, kemudian baru boleh bermain. MT menolak suruhan penutur.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik melecehkan muka subkategori mengancam adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan C5 : Kalo gak mau makan, kamu gag boleh pergi sama dia (temannya)!

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C5 : Penutur mengeluarkan kata-kata ancaman agar MT menaati perintahnya. Penutur menyampaikan tuturannya dengan cara kesal. MT merasa takut dengan ancaman penutur.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan C5 : Tuturan C5 mempunyai intonasi perintah. Penutur berbicara dengan nada sedang. Tekanan lunak pada frasa gag boleh pergi sama dia. Diksi: penggunaan bahasa populer.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C5 : Tuturan ini terjadi di rumah, pada siang hari. Penutur laki-laki berusia 32 tahun, ayah dari MT. MT laki-laki berusia 6 tahun, anak dari penutur. MT sedang ingin pergi bermain bersama teman-temannya. Penutur

menyuruh MT untuk makan terlebih dahulu, kemudian baru boleh bermain. MT menolak suruhan penutur. Tujuan penutur adalah mengancam MT karena susah makan. Tindak verbal tuturan C5 adalah tindak ekspresif. Tindak perlokusi MT adalah melakukan apa yang diperintah penutur.

5) Maksud Penutur

Tuturan C5 : penutur memiliki maksud memaksa. 4.2.3.8 Subkategori Mengusir

Cuplikan tuturan 21 (C8)

MT : “Tangi-tangi... wes jam telu!” (menendang-nendang kaki

kakaknya yang sedang tidur).

P : “Aaassss... minggat kono!” (melanjutkan tidurnya).

MT : “Yowes... damuk kapok mengko.”

(Konteks C8: Tuturan ini terjadi di rumah, tepatnya di ruang keluarga pada sore hari sekitar jam 3 sore, tanggal 28 April 2013. Penutur sedang tidur di ruang keluarga. MT membangunkan penutur karena sudah sore dan MT disuruh oleh ibunya agar membangunkan penutur. MT membangunkan penutur dengan menendang-nendang kaki penutur.) 1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik melecehkan muka subkategori mengusir adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan C8 : Aaassss...minggat kono! (melanjutkan tidurnya).

(Aaassss...pergi sana!)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C8 : Penutur mengusir MT dengan suara keras dan kata-kata kasar. MT memiliki niat baik kepada penutur. Penutur menyampaikan tuturannya dengan cara keras. MT pergi karena penutur marah.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan C8 : Tuturan C8 mempunyai intonasi perintah. Penutur berbicara dengan nada tinggi. Tekanan keras pada frasa minggat kono!. Diksi: bahasa nonstandar (bahasa Jawa).

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C8 : Tuturan ini terjadi di rumah, tepatnya di ruang keluarga pada sore hari sekitar jam 3 sore, tanggal 28 April 2013. Penutur laki-laki, kakak berusia 23 tahun. MT laki-laki, adik berusia 12 tahun. Penutur sedang tidur di ruang keluarga. MT membangunkan penutur karena sudah sore dan MT disuruh oleh ibunya agar membangunkan penutur. MT membangunkan penutur dengan menendang-nendang kaki penutur. Tujuan penutur untuk menyuruh pergi MT karena telah mengganggu tidurnya. Tindak verbal tuturan C8 adalah tindak ekspresif. Tindak perlokusi MT adalah pergi meninggalkan penutur. 5) Maksud Penutur

Tuturan C8 : penutur memiliki maksud mengusir. 4.2.3.9 Subkategori Menagih

Cuplikan tuturan 24 (C11)

P : “Pak, udah cair belum?”

MT : “Belum.”

(Konteks C11: Tuturan terjadi di rumah pukul 09.00 WIB, tanggal 5 Mei 2013. MT pernah membuat janji dengan penutur akan membelikan sesuatu bila sudah mempunyai uang. Penutur menagih janji MT.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik melecehkan muka subkategori menagih adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan C11 : Pak, udah cair belum? 2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C11 : Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua. Penutur menyampaikan tuturannya dengan cara sinis. Penutur tidak melihat/tahu kondisi keuangan MT. Penutur menagih janji kepada MT.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan C11 : Tuturan C11 mempunyai intonasi tanya. Penutur berbicara dengan nada sedang (sinis). Tekanan lunak pada frasa udah cair belum. Diksi: bahasa nonstandar (bahasa Jawa) dan bahasa slang pada kata cair.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C11 : Tuturan terjadi di rumah pukul 09.00 WIB, tanggal 5 Mei 2013. Penutur laki-laki berusia 15 tahun, anak dari MT. MT laki-laki berusia 43 tahun, bapak dari penutur. MT pernah membuat janji dengan penutur akan membelikan sesuatu bila sudah mempunyai uang. Penutur menagih janji MT. Tujuan penutur untuk meminta uang kepada MT untuk membeli sesuatu. Tindak verbal tuturan C11 adalah tindak ekspresif. Tindak perlokusi MT adalah menanggapi pertanyaan MT.

5) Maksud Penutur

Tuturan C11 : penutur memiliki maksud menagih janji MT. 4.2.3.10Subkategori Mengejek

Cuplikan tuturan 25 (C12)

P : “Jenggote koyo kowe, Pak.”

MT : “Kok, kowa-kowe to, ora pantes.”

(Konteks C12: Tuturan terjadi di rumah, tepatnya di ruang keluarga. Penutur perempuan, anak dari penutur. MT laki-laki, ayah dari penutur. Penutur dan MT sedang menonton televisi di ruang keluarga.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik melecehkan muka subkategori mengejek adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan C12 : Jenggote koyo kowe, Pak. (Jenggotnya seperti kamu, Pak.) 2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C12 : Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua. Penutur menyamakan MT dengan seseorang yang berada di TV. Penutur

menyampaikan tuturannya dengan cara bercanda. Penutur menggunakan kata

“kowe” kepada orang yang lebih tua (bapak dari penutur).

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan C12 : Tuturan C12 mempunyai intonasi berita. Penutur berbicara dengan nada sedang. Tekanan lunak pada kalimat Jenggote koyo koe, Pak. Diksi: bahasa nonstandar (bahasa Jawa).

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C12 : Tuturan terjadi di rumah, tepatnya di ruang keluarga. Penutur perempuan, anak dari penutur. MT laki-laki, ayah dari penutur. Penutur dan MT sedang menonton televisi di ruang keluarga. Tujuan penutur adalah mengejek MT (menyamakan mitra tutur dengan apa yang dilihat penutur dalam TV) . Tindak verbal tuturan C12 adalah tindak representatif. Tindak perlokusi MT adalah memperingatkan penutur.

5) Maksud Penutur

Tuturan C12 : penutur memiliki maksud mengejek MT. 4.2.3.11Subkategori Menasihati

Cuplikan tuturan 29 (C16)

P : “Kalo memang niatnya masih mau sekolah, Bapak masih

ingin ngragati. Kalo emang maunya nikah, bilang aja pengen nikah. Bapak nikahke.”

MT : “Lho kok ngono, Pak!

(Konteks C16: Tuturan ini terjadi saat di rumah dan pada saat situasi santai. Penutur menasihati MT menganai hubungannya dengan lawan jenis (pacaran). MT merasa dirinya disalahkan dan sedang terpojok.) 1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik melecehkan muka subkategori menasihati adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan C16 : Kalo memang niatnya masih mau sekolah, Bapak masih ingin ngragati (biayai). Kalo emang maunya nikah, bilang aja pengen nikah. Bapak nikahke.

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C16 : Penutur membuat pilihan yang memojokkan MT. Penutur menyampaikan tuturannya dengan cara kesal. Secara tidak langsung penutur telah menuduh MT lebih mementingkan pacaran daripada sekolah.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan C16 : Tuturan C16 mempunyai intonasi berita. Penutur berbicara dengan nada sedang. Tekanan keras pada frasa Bapak nikahke. Diksi: bahasa nonstandar (campuran antara bahasa Indonesia dan bahasa Jawa).

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C16 : Tuturan ini terjadi saat di rumah dan pada saat situasi santai. Penutur laki-laki, ayah dari MT. MT perempuan, anak dari penutur. Penutur menasihati MT menganai hubungannya dengan lawan jenis (pacaran). MT merasa dirinya disalahkan dan sedang terpojok. Tujuan penutur menasihati MT mengenai pendidikan atau pacaran. Tindak verbal tuturan C16 adalah tindak direktif. Tindak perlokusi MT adalah menanggapi nasihat dari penutur dengan sangkalan.

5) Maksud Penutur

Tuturan C16 : penutur memiliki maksud memarahi. 4.2.4 Menghilangkan Muka

Culpeper (2008) dalam Rahardi (2012) memberikan penekanan pada fakta ‘face loss’ atau ‘kehilangan muka’, kalau dalam bahasa Jawa mungkin konsep itu dekat dengan konsep ‘kelangan rai’ (kehilangan muka). Jadi, ketidaksantunan dalam berbahasa itu merupakan perilaku komunikatif yang diperantikan secara intensional untuk membuat orang benar-benar kehilangan muka (face loss), atau setidaknya orang tersebut ‘merasa’ kehilangan muka. Kategori ketidaksantunan yang mengancam muka sepihak memiliki empat subkategori, yaitu subkategori menyindir, mengejek, menegur, dan menyinggung. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.

4.2.4.1 Subkategori Menyindir