• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Deskripsi Data

5) Maksud Penutur

4.2.4.1 Subkategori Menyindir Cuplikan tuturan 40 (D3) Cuplikan tuturan 40 (D3)

P : “Koyo adimu kae lho iso ngopo-ngopo, koe kok tura-turu

wae.”

MT : “Joni kae rak tritikan ngene-ngene mesti pengen.”

(Konteks D3: Tuturan terjadi di rumah. MT sedang tiduran dan menonton televisi. Penutur dan orang ketiga (adik MT) akan pergi bekerja karena pada saat itu merupakan hari libur. Penutur membandingkan MT dengan orang ketiga dihadapan orang ketiga.)

Cuplikan tuturan 41 (D4)

MT : “ Habis kumpulan dari kabupaten, ini monggo dicakke.”

P : “Wah, opo-opo dinas... opo-opo dinas...”

(Konteks D4: Tuturan ini terjadi pada saat diadakan perkumpulan nelayan pantai congot. Penutur laki-laki, nelayan. MT laki-laki, ketua nelayan salah satu pantai di Kulonprogo. MT sedang mengumumkan hasil rapat dari Kabupaten mengenai perintah kerja/ pelatihan kerja. Penutur merasa bahwa MT selalu patuh terhadap dinas.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik menghilangkan muka subkategori menyindir adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan D3 : Koyo adimu kae lho iso ngopo-ngopo, koe kok tura-turu wae.

Tuturan D4 : Wah, opo-opo dinas... opo-opo dinas... 2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan D3 : Penutur membandingkan MT dengan adik MT. Penutur menyampaikan tuturannya dengan cara kesal. Penutur membandingkan MT di depan orang lain. MT merasa dirinya kehilangan muka akibat tuturan dari penutur.

Tuturan D4 : Penutur berbicara dengan ketua nelayan salah satu pantai di KP. Penutur kesal kepada MT yang selalu patuh kepada dinas. Penutur berbicara dengan nada keras kepada MT di hadapan nelayan-nelayan lainnya. MT merasa tidak dihargai dan kehilangan muka oleh tuturan dari penutur.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan D3 : Tuturan D3 mempunyai intonasi berita. Kata fatis: lho dan kok. Penutur berbicara dengan nada sedang. Tekanan lunak pada frasa koe kok

tura-turu wae. Diksi: bahasa nonstandar (bahasa Jawa).

Tuturan D4 : Tuturan D4 mempunyai intonasi berita. Penutur berbicara dengan nada tinggi. Tekanan keras pada frasa opo-opo dinas. Diksi: bahasa nonstandar (bahasa Jawa).

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan D3 : Tuturan terjadi di rumah. Penutur laki-laki, ayah dari MT. MT laki-laki berusia 21 tahun, anak dari penutur. MT sedang tiduran dan menonton televisi. Penutur dan orang ketiga (adik MT) akan pergi bekerja karena pada saat itu merupakan hari libur. Penutur membandingkan MT dengan orang ketiga dihadapan orang ketiga. Tujuan penutur adalah menyindir MT. Tindak verbal tuturan D3 adalah tindak ekspresif. Tindak perlokusi MT adalah menanggapi tuturan penutur dengan sanggahan.

Tuturan D4 : Tuturan ini terjadi pada saat diadakan perkumpulan nelayan pantai congot. Penutur laki-laki, nelayan. MT laki-laki, ketua nelayan salah satu pantai di Kulonprogo. MT sedang mengumumkan hasil rapat dari Kabupaten mengenai perintah kerja/ pelatihan kerja. Penutur merasa bahwa MT selalu patuh terhadap dinas. Tujuan penutur untuk menyindir MT yang selalu taat/patuh kepada dinas. Tindak verbal tuturan D4 adalah tindak ekspresif. Tindak perlokusi MT langsung menanggapi penutur, walaupun begitu MT merasa dirinya dipermalukan di depan rekan-rekan nelayan.

5) Maksud Penutur

Tuturan D3 : penutur memiliki maksud menyindir. Tuturan D4 : penutur memiliki maksud kecewa. 4.2.4.2 Subkategori Mengejek

Cuplikan tuturan 43 (D6)

P : “Gampang nek mung kur ngono. Solusino piro anggarane sayap?

Ngertimu piro?”

MT : ”Rung ngerti aku.”

P : “Halah... Nelayan seprono-seprene gaweane kok muni ra

ngerti!”

(Konteks D6: Tuturan ini terjadi di teras rumah sekitar jam setengah 5 sore, pada tanggal 20 April 2013. Dalam situasi ini penutur dan MT

sedang membahas biaya perbaikan kapal yang sayapnya patah karena diterjang ombak. Sebelumnya penutur bertanya kepada MT mengenai anggaran perbaikan sayap kapal, tetapi pertanyaan tersebut hanya menguji pengetahuan MT. MT menjawab pertanyaan tersebut.)

Cuplikan tuturan 44 (D7)

P : “Tak inggoni pitmu motor mas, koe nek nulisi ora ngono kae!

Tulisi ojo dumeh...”

MT2 : “Diwarai mas.”

P : “Ojo dumeh koe kie sugeh, ojo dumeh koe kie waras, wong sak

lapangan sewengi ra rampung-rampung nek ojo dumeh, ojo dumeh koe ki ayu, aku yo iso.”

MT2 : (sambil menyela) “iya...aaa... iya...aaa...”

(Konteks D7: Tuturan ini terjadi di teras rumah sekitar jam setengah 5 sore, pada tanggal 20 April 2013. Penutur berada di halaman rumah dan berada di samping motornya. Di samping motor penutur terdapat motor MT. Penutur mengomentari tulisan atau stiker yang ada di motor MT. MT berada di teras rumah beserta 2 orang lainnya.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik menghilangkan muka subkategori mengejek adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan D6 : Halah... Nelayan seprono-seprene gaweane kok muni ra ngerti!

Tuturan D7 : Tak inggoni pitmu motor mas, koe nek nulisi ora ngono kae! Tulisi ojo dumeh...

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan D6 : Penutur berbicara dengan tuan rumah sekaligus ketua nelayan pantai setempat. Penutur berbicara dengan MT di hadapan tamu lain. Penutur menyampaikan tuturannya dengan cara sinis. MT merasa kehilangan muka dengan tuturan tersebut sehingga mengalihkan pertanyaan kepada orang lain. Tuturan D7 : Penutur berbicara dengan tamu yang baru ia kenal pada saat itu. Penutur menyampaikan tuturannya dengan cara bercanda. Penutur berbicara di hadapan tuan rumah dan tamu lain, tuturan penutur bermaksud untuk mengejek MT. MT merasa kehilangan muka sehingga ia hanya diam saja dan sedikit tersenyum.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan D6 : Tuturan D6 mempunyai intonasi seru. Kata fatis: kok. Penutur berbicara dengan nada sedang. Tekanan keras pada frasa muni ra ngerti. Diksi: bahasa nonstandar (bahasa Jawa).

Tuturan D7 : Tuturan D7 mempunyai intonasi seru. Penutur berbicara dengan nada sedang. Tekanan lunak pada frasa koe nek nulisi ora ngono kae. Diksi: bahasa nonstandar (bahasa Jawa).

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan D6 : Tuturan ini terjadi di teras rumah sekitar jam setengah 5 sore, pada tanggal 20 April 2013. Penutur laki berusia 41 tahun, tamu. MT laki-laki berusia 42 tahun, tuan rumah sekaligus ketua nelayan. Dalam situasi ini penutur dan MT sedang membahas biaya perbaikan kapal yang sayapnya patah karena diterjang ombak. Sebelumnya penutur bertanya kepada MT mengenai anggaran perbaikan sayap kapal, tetapi pertanyaan tersebut hanya menguji pengetahuan MT. MT menjawab pertanyaan tersebut. Tujuan penutur adalah mengejek MT kapal. Tindak verbal tuturan D6 adalah tindak representatif. Tindak perlokusi MT menimpali pertanyaan tersebut kepada tamunya yang lain yang merupakan seorang nelayan berpengalaman juga.

Tuturan D7 : Tuturan ini terjadi di teras rumah sekitar jam setengah 5 sore, pada tanggal 20 April 2013. Penutur laki berusia 41 tahun, tamu. MT laki-laki berusia 23 tahun, tamu. Penutur berada di halaman rumah dan berada di samping motornya. Di samping motor penutur terdapat motor MT. Penutur mengomentari tulisan atau stiker yang ada di motor MT. MT berada di teras rumah beserta 2 orang lainnya. Tujuan penutur adalah mengomentari sekaligus mengejek tulisan yang ada di motor MT. Tindak verbal tuturan D7 adalah tindak direktif. Tindak perlokusi MT hanya tersenyum karena malu.

5) Maksud Penutur

Tuturan D6 : penutur memiliki maksud mengejek. Tuturan D7 : penutur memiliki maksud menggoda.

4.2.4.3 Subkategori Menegur