• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil

4.1.2. Subordinasi terhadap perempuan sebagai orangtua tunggal dalam filosofi Dalihan Na Tolu pada masyarakat Batak Toba

4.1.2.5. Subordinasi terhadap LM dalam filosofi Dalihan Na Tolu pada masyarakat batak toba

LM merupakan informan terakhir peneliti, informan yang satu ini sangat berbeda dengan informan yang sebelumnya. LM menjadi orangtua tunggal karena kematian, suami LM meninggal tahun 2007 silam. Kehilangan suami tidak membuat LM kehilangan keluarga suami. LM mendapatkan perhatian lebih setelah suaminya meninggal, LM merasa bahwa janda tidak selamanya terkucilkan. Memang dapat dikatakan mendapat keluarga seperti ini sangat jarang, keluarga suami masih peduli dengan menantu mereka. Meskipun demikian LM tetap saja merasa sedih kehilangan suaminya.

LM yang dulu selalu bersama dengan suami, sekarang tidak lagi dapat sama-sama seperti yang diharapkannya. LM merasa terpukul karena kepergian suami, di mata LM suaminya adalah sosok laki-laki yang sempurna. LM sering mengingat suaminya sekalipun kesibukan mengelilinginya. LM mengingat bagaimana mereka sering makan siang bersama, bagaimana ketika mereka jalan-jalan dengan keluarga, bahkan bagaimana keseharian suaminya. LM mengaku sangat sulit melupakan suaminya, karena tidak ada satu sikap buruk yang ditampakkan suaminya. Keluarga bahagia adalah sebutan yang tepat jika melihat bagaimana kisah LM dengan suaminya.

Saat kepergian suami, LM hanya menafkahi anaknya sendiri bahkan peran LM di keluarganya bukan lagi sebagai ibu melainkan sebagai ayah. LM menjalani dua fungsi sekaligus, berat memang ketika kita harus sendiri tanpa ada yang mendukung kita. Untungnya, anak LM yang pertama sangat memahami situasi keluarga mereka begitu pula

dengan kedua anak laki-laki LM. Ketiga anak LM sangat menyayangi ibunya, itu karena sikap LM yang menjadikan anaknya sahabat sekalipun tetap harus menghormati. LM tahu kebutuhan anaknya semakin banyak, sehingga gaji pegawai negeri tidak lah cukup, LM membuka toko untuk menambah kebutuhan mereka. Bagi LM, ketiga anaknya sangat penting di hidupnya.

Ingatan yang intens muncul dipikiran LM cukup membuat LM bertahan sampai sejauh ini. LM tidak pernah berfikiran untuk menikah lagi, hubungan suami istri yang harmonis membuat LM betah sekalipun dia menjadi orangtua tunggal dan memiliki tekanan-tekanan. LM merasa dia sudah cukup memiliki keluarga yang lengkap dan keluarga yang ruku satu dengan yang lain. Keluarga suami yang sangat perhatian dan begitu juga dengan keluarga LM sendiri. Anak-anak juga sangat dekat dengan kedua keluarga mereka, sehingga tak ada satu alasanpun untuk menikah lagi.

Keluarga sangat berpengaruh dikehidupan LM, keluarga suami yang tidak membedakan LM bahkan sudah menganggap LM sebagai anak dan bagian dari keluarga mereka. Disisi lain, hal yang sama pun terlihat dari keluarga LM sendiri yang memberikan perhatian juga. LM merasa pantas mendapatkan semua perhatian dari keluarganya karena LM tidak pernah bersikap buruk. LM sangat menghormati keluarganya, LM menganggap mertuanya sama dengan orangtua sendiri sehingga LM sangat menyayangi dan menghormati mertuanya. Sikap inilah yang LM yakini menjadi alasan kuat untuk keharmonisan kedua keluarga.

LM merasa tidak ada penomor duaaan di kehidupannya.menurut LM menjadi seorang perempuan tidak selamanya harus tersubordinasi.Saat peneliti bertanya kepada LM bagaimana tentang subordinasi di adat batak, LM menjawab memang ada suordinasi di adat batak tetapi kembali lagi bagaimana pandangan orang menanggapinya.Menurut LM hanya ada dua pandangan jika menilai subordinasi, salah satu dari mereka adalah salah atau benar tetapi sebenarnya tidak ada yang salah, karena pandangan

mereka adalah hak mereka untuk berfikir. Misalnya saja, LM merasa dia tidak tersubordinasi karena keluarga LM dan keluarga suami tidak pernah menyudutkan LM bahkan LM sendiri tidak pernah membuat masalah. Sementara mungkin saja jika orang lain beranggapan tersubordinasi, barangkali ada yang salah dari salah satu keluarga. Misalnya saja istri tidak peduli dengan mertua atau orangtua sendiri, hal ini akan membuat subordinasi sekalipun tidak di sengaja.

Sekalipun LM berpendapat demikian, LM tetap mengakui adanya subordinasi di kalangan batak. Contohnya saja jika dimintai pendapat pastilah pendapat suami yang utama. Bukan hanya itu saja dengan menganut sistem patrilineal sudah dapat terlihat pengaruh bentuk subordinasi. Jika dilihat satu persatu maka akan banyak yang kita temui bentuk – bentuk subordinasi akan tetapi bedahalnya dengan ”sinamot”. Sinamot yang artinya harga yaitu sebagai bentuk pengahargaan karena sudah membesarkan anaknya perempuan dan akan menjadi keluarga pihak laki- laki. Sinamot sangat penting di adat batak, tanpa sinamot perempuan tidak akan berharga sekalipun sinamotnya kecil dia tetap berharga.

Masyarakat sering menyalahkan adat, bahkan terkadang menyalahgunakan adat. “Dalihan Na Tolu” merupakan adat orang batak dan sebagai pedoman masyarakat batak. Ada tiga dalihan yaitu somba marhula – hula, elek marboru, manat mardongan tubu. “Dalihan Na Tolu” mengajarkan suku batak untuk menyayangi perempuan, manyayangi boru, menghormati keluarga istri. Akan tetapi pada kenyatanya tidak begitu ditanggapi oleh masyarakat, misalnya saja janda, janda dikalangan masyarakat batak memiliki pandangan yang negatif karena perempuan tidak memiliki pemimpin didirinya sehingga bertolakbelakang dengan “Dalihan Na Tolu”. Perempuan yang sudah menjadi janda memilikihidup yang sulit, jika perempuan dekat dengan laki - laki masyarakat pasti menganggap perempuan murahan, tidak memperdulikan anak. LM menganggap sikap tersebut bertolakbelakang dengan “Dalihan Na Tolu”. Perempuan harus dihargai sekalipun harta, kekuasaan, milik laki – laki.

Tetapi kembali lagi, LM menganggap itu semua teradi karena masyarakat terbiasa dengan pola pikir yang mengatakan bahwa perempuan tidak layak untuk diutamakan dank arena menganut sistem patrilineal.

4.1.3. Tabel Subordinasi Perempuan Sebagai Orangtua tunggal dalam