• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETRAMPILAN INJEKSI MAHASISWA Yekti Satriyandari, Mufdlilah, Ririn Wahyu Hidayat

201 Suratini, Pengaruh Relaksasi Progresif Terhadap Tingkat

dalam sistem syaraf pusat dan syaraf

otonom, dimana fungsi sistem syaraf pusat adalah mengendalikan gerakan yang dikehendaki, misalnya gerakan tangan, kaki, leher dan jari-jari. Sistem syaraf otonom berfungsi mengendalikan gerakan yang otomatis misalnya fungsi digestif dan kardiovaskuler. Sistem syaraf otonom terdiri dari dua subsistem yang kerjanya saling berlawanan yaitu syaraf simpatis dan syaraf parasimpatis.

Syaraf simpatis bekerja meningkatkan rangsangan atau memacu organ-organ tubuh, memacu meningkatkan denyut jantung dan pernafasan serta menimbulkan penyem- pitan pembuluh darah perifer dan daya tahan kulit serta akan menghambat proses digestif dan seksual. Syaraf parasimpatis bekerja menstimulasi naiknya semua fungsi yang diturunkan oleh sistem syaraf simpatis. Pada waktu orang mengalami ketegangan dan kecemasan yang bekerja adalah sistem syaraf simpatis sehingga denyut jantung, tekanan darah, jumlah pernafasan, aliran darah ke otot dan dilatasi pupil sering meningkat. Pada kondisi stres yang terus menerus mungkin muncul efek negatif terhadap kesehatan seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, distres gastro- intestinal dan melemakan sistem imun (Bluerufi, 2009).

Relaksasi mungkin memberikan aktivitas yang berlawanan. Beberapa perubahan akibat tehnik relaksasi adalah menurunkan tekanan darah, menurunkan frekuensi jantung, mengurangi disritmia jantung, mengurangi kebutuhan oksigen dan konsumsi oksigen, mengurangi ketegangan otot, menurunkan laju metabolik, mening- katkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar, tidak memfokuskan perhatian dan rileks, meningkatkan kebugaran, meningkatkan konsentrasi dan memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stresor (Perry & Potter, 2005).

Penelitian yang bertolak belakang adalah penelitian yang membandingkan antara meditasi transedental dan otot pro- gresif dengan program pendidikan modi- fikasi gaya hidup dalam penurunan stres pada hipertensi sedang yang dilakukan oleh Scneider dkk (1995). Hasil penelitian menyatakan bahwa relaksasi progresif dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 4,7 mmHg namun tidak bermakna (pv=0,054), sedangkan tekanan darah diastolik menurun sebesar 3,3 mmHg dan bermakna (pv=0,02), sedangkan meditasi transedental dapat menurunkan tekanan darah sistolik 10,7 mmHg (pv<0,0003) dan tekanan darah diastolik 6,4 mmHg (pv=0,0005).

Hasil penelitian Charles dkk (1996) juga bertolak belakang tentang upaya menu- runkan stres dengan membandingkan medi- tasi transendetal dan relaksasi progresif pada klien hipertensi etnis Amerika Afrika, hasil penelitian menyatakan bahwa latihan relaksasi otot progresif pada responden laki- laki hanya dapat menurunkan tekanan darah diastolik secara bermakna sebesar 6,2 mmHg (pv<0,01) sedangkan pada respon- den perempuan latihan relaksasi otot pro- gresif tidak dapat menurunkan tekanan darah.

Dari hasil penelitian dan teori di atas, peneliti berpendapat bahwa ketika melaku- kan latihan tehnik relaksasi progresif dengan keadaan tenang, rileks dan konsetrasi penuh terhadap tegangan dan rileks otot yang dilatih selama 15 menit, sekresi CRH (Corti- cotropin Reasing Hormone) dan ACTH (Adrenocorticotropic Hormone) di hipo- talamus menurun. Penurunan sekresi hormon ini menyebabkan aktifitas kerja syaraf simpatik menurun, sehingga penge- luaran adrenalin dan noradrenalin berkurang. Penurunan adrenalin dan noradrenalin mengakibatkan terjadi penurunan denyut jantung, pembuluh darah melebar, tahanan

202 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 2, Desember 2013: 193-204 pembuluh darah berkurang dan penurunan

pompa jantung sehingga tekanan darah arterial jantung menurun.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakuan oleh Schiener dkk (1995) dan Charless dkk (1996). Schiener dkk (1995) menggunakan responden dengan tekanan diastolik antara 90 sampai dengan 109 MmHg dan tekanan darah sistolik ku- rang atau sama dengan 189 mmHg. Se- dangkan Charless dkk (1996) menggu- nakan responden dengan tekanan diastolik antara 90 sampai dengan 104 mmHg dengan tekanan darah sistolik kurang atau sama dengan 179 mmHg. Tekanan darah diastolik ini masih dalam rentang hipertensi sedang, sedangkan tekanan darah sistolik sampai rentang hipertensi berat. Pada res- ponden perempuan kemungkinan karena sudah masa menopause sehingga terjadi penurunan esterogen yang berisiko terjadi peningkatan tekanan darah.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan terjadi penurunan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik. Hal tersebut disebabkan karena hipertensi diastolik lebih sering terjadi pada lanjut usia antara umur 50-60 tahun, bersifat lebih lama dan kemudian cenderung menetap atau sedikit menurun. Hipertensi diastolik lebih banyak berhubungan penurunan fungsi otot jantung, penurunan kemampuan pompa jantung dan terjadi kekakuan otot jantung, hal ini berbeda dengan hipertensi sistolik yang mengalami peningkatan secara progresif sampai dengan usia 70-80 dikarenakan perubahan elastisitas pembuluh darah (Kuswardhani, 2006). SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan tekanan darah sistole dan diastole sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi progresif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

antara relaksasi progresif terhadap tingkat tekanan darah sistole dan diastole pada lanjut usia dengan nilai p=0,017 dan p=0,001 (α=0,05).

Saran

Keluarga lanjut usia dan lansia hen- daknya menerapkan relaksasi progresif dalam kesehariannya sehingga dapat menu- runkan tekanan darah sistole dan diastole pada lansia tanpa menggunakan obat- obatan yang dapat memiliki efek samping yang tidak baik dalam tubuh lansia.

Puskesmas hendaknya menerapkan dan mengajarkan relaksasi progresif pada lansia ketika melakukan kunjungan rumah sebagai salah satu solusi/intervensi dalam mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah sistole dan diastole pada lansia. DAFTAR RUJUKAN

Ali. 2009. Hipertensi, (online), (http:// www.m.tipsdokter.com/details? url=hipertensi), diakses 22 Mei 2013. Anderson, E,T., Mc Farlane, J. 2007. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Edisi 3. EGC: Jakarta.

Arifin, 2009. Buku Pegangan Penyakit tidak Menular bagi Kesehatan. EGC: Jakarta.

Asminarsih. 2010. Pengaruh Teknik Re- laksasi Progresif Terhadap Res- pon Nyeri dan Frekuensi Kekam- buhan Nyeri pada Lanjut Usia de- ngan Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok. Tesis tidak diterbitkan. De- pok: Program Studi Ilmu Kepera- watan UI.

Attamimi, Hisyam. 2003. Hipertensi Pe- nyebab Terbesar Penyakit Jan- tung, (online), (http://www.suara merdeka.com/harian/0309/08/ dar3.htm), diakses 22 Mei 2013.

203