• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5. Tafsir Surat Ar-Rahmân ayat 13

a. Teks dan Terjemahan surat Ar-Rahmân ayat 13

Artinya: Maka nikmat Tuhan kamu yang mana kah yang kamu dustakan? b. Kosakata Ayat

Kata ّا memiliki arti “sesuatu apa”. Ayyun bisa menjadi syarat jâ zimah fi’layni contoh: ayyan tađrib ađrib dan bisa juga menjadi istifhâm contoh: ayyukum atâ? Dan menjadi maushul contoh: sallim

‘alâ ayyuhum afđol, dan seterusnya.58 Kata ayyun dalam ayat ini menjadi adatul istifhâm karena ayyun dalam ayat ini meminta pengkhususan akan suatu hal yang didustakan.

Dalam kaidah ilmu nahwu “ayyun” merupakan kata yang digunakan untuk menanyakan dengan mengkhususkan salah satu dari dua hal yang berkaitan.59

Selanjutnya ءاا merupakan bentuk jama’ dari kata يلاا, ataupun

يلاا, ataupun ّاا yang memiliki arti sebagai ة عِّلا yakni nikmat.60

58Al-Munjid, ( Bairut, Maktabah Asy-Syarqiyyati, 1987), 22

59Mamat Zaenudin dan Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung, Refika

Auditama, 2007), h. 109

Adapun kata ni’matu dalam Al-Munawwir dartikan sebagai Kesenangan, Kebahagiaan ataupun anugrah.61

Tukażżibâni merupakan bentuk mustanna dengan đomirnya yaitu antuma yang berasal dari kata każżaba-yukażżibu yang artinya adalah mendustakan. Dengan demikian tukażżibâni berarti kamu (dua orang) dustakan.62

c. Tafsir

Munâsabah Ayat

Pada ayat-ayat sebelumnya, merupakan ayat-ayat yang menjelaskan tentang kebesaran-kebesaran Allah. Dan pada ayat-ayat sebelumnya dijelaskan pula nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya. Dari nikmat maha pengasih-Nya Allah, nikmat mengajarkan al-Qurân, menjadikannya pandai bicara, menjadikan bulan dan matahari, menciptakan tumbuh-tumbuhan, pepohonan, langit dan lain-lain, serta nikmat-nikmat Allah yang lain sebagainya. Dan pada ayat 13 ini Allah bertanya “Maka nikmat tuhan yang manakah yang kamu dustakan?”.

Tafsir Ayat

Pada surat Ar-Rahmân ayat 13 ini kata tanya dalam bentuk istifhâm yang digunakan adalah ayyun, yakni pertanyaan yang mengkhususkan sesuatu diantara beberapa lainnya. Pada ayat ini Allah meminta pengkhususan terkait nikmat-Nya yang manakah yang didustakan atau diingkari oleh manusia dan jin. Pertanyaan ayyun pada ayat ini merupakan pertanyaan yang meminta jawaban terkait nikmat yang mana yang didustakan. Yakni setelah Allah menjabarkan nikmat-nikmat yang telah diberikan Allah kepada makhluk-Nya,

61Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya, Pustaka Progresif, 1997), h.

1439

62Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesi. Jakarta: Mahmud Yunus Wa Dzurriyyah, 2013.h.

maka yang mana yang didustakan itu?. Dari sekian banyaknya nikmat yang Allah berikan kepada makhluk-Nya itu.63

Menurut Quraisy Shihab kata âlâu merupakan bentuk jama’ dari ilyi yang berarti nikmat. Penggunaan kata ini karena anugrah dan nikmat itu merupakan hal-hal yang sangat khusus yang dianugrahkan oleh yang Maha Agung. Hal itu mengesankan sinar dan kecemerlangan (At-Tala’lu) dan dengan melihatnya terasa adanya

kebijakan dan do’a.64

Adapun yang dimaksud mendustakan nikmat-nikmat Allah ialah kafir terhadap tuhan mereka. Orang yang kafir atau orang yang menyembah selain Allah dalam hal ibadah maka orang itu juga termasuk kedalam orang yang kufur terhadap nikmat-nikmat Allah. Karena nikmat-nikmat Allah adalah untuk disyukuri. Sedangkan bersyukur itu hanya bisa dilakukan apabila adanya nikmat-nikmat tersebut mereka resapi. Adapun ungkapan dengan kata ar-Rab adalah untuk mengisyaratkan bahwa nikmat-nikmat itu adalah nikmat-nikmat dari Allah yang Maha Memiliki dan Maha Mengasuh kepada kepada manusia dan jin, yang telah menghidupkan mereka, baik tubuh mereka maupun akal mereka. Dengan demikian maka hanya Allah lah yang patut untuk disembah, dipuji dan di syukuri atas segala nikmat yang telah dianugrahkan-Nya dan dikaruniakan-Nya kepada hambanya dalam surat ini yakni jin dan manusia.65

Setelah ayat-ayat yang sebelum ayat 13 ini merupakan ayat tentang banyaknya nikmat-nikmat Allah, maka dengan mengecam atau menggugah jin dan manusia. “Maka nikmat tuhan pemelihara kamu berdua, wahai manusia dan jin, yang manakah yang kamu

63 Ibid., Juz 13, h. 287

64 Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Ciputat Lentera Hati, 2002), Juz 13, h. 287

65Ahmad Mustafa Al-Maroghi, Terjemah Tafsir Al-Marogh, (Semarang, CV. Toha Putra

berdua dustakan? Apakah nikmat-nikmat yang disebutkan itu ataukah selainnya.

Adapun Kata âlâ’u adalah bentuk jama’ dari kata ilyi atau alyi yang artinya adalah nikmat. Penggunaaan kata ini karena anugrah dan nikmat itu merupakan hal-hal yang sangat kusus yang hanya dianugerahkan oleh Allah Yang Maha Agung. Kata itu mengesankan sinar dan kecemerlangan dan dengan melihatnya terasa adanya kebajikan dan do’a.66

Dalam tafsir lain dijelaskan bahwa ayat ini adalah tantangan Allah

kepada manusia dan jin. “maka nikmat tuhan yang manakah yang telah mereka rasakan itu yang mereka dustakan?” yang dimaksud pada pendustaan nikmat-nikmat tersebut adalah kekafiran mereka terhadap tuhan mereka, karena mempersekutukan tuhan-tuhan mereka dengan Allah. Dalam peribadatan adalah bukti tentang kekafiran mereka terhadap tuhan mereka, karena nikmat-nikmat itu harus disyukuri, sedangkan syukur artinya menyembah yang memberi nikmat-nikmat kepada mereka. Ayat ini diulang-ulang dalam surat Ar-Rahmân 13 ini sebanyak tiga puluh satu kali untuk memperkuat tentang adanya nikmat dan untuk memperingatkannya. Dari situ, sambil Allah menyebut satu persatu dari nikmat-nikmat tersebut Dia memisahkannya dengan kata-kata memperingati dan memperkuat dengan adanya nikmat-nikmat tersebut.67

Susunan kata serupa ini banyak terdapat dalam bahasa Arab, dari itu telah menjadi kebiasaan bahwa seorang mengatakan kepada temannya yang menerima kebaikannya, tetapi ia mengkari

kebaikannya. “Bukankah kamu dahulu miskin, lalu Aku menolongmu sehingga berkecukupan? Apakah kamu mengingkarinya? Bukankah kamu dahulu tidak berpakaian? Bukankah kamu dahulu tidak dikenal, maka Aku mengangkat derajatmu, lalu engkau menjadi dikenal,

66Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Ciputat Lentera Hati, 2002), Juz 13, h. 287

67Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta, Lentera Abadi, 2010), Edisi

apakah kamu mengingkarinya?”. Seakan-akan Allah berkata

“Bukankah aku menciptakan manusia, menajarkannya berbicara, Aku jadikan matahari dan bulan beredar menurut perhitungan, Aku jadikan macam-macam kayu-kayuan, Aku jadikan aneka ragam buah-buahan, baik di dusun-dusun maupun di Bandar-bandar untuk mereka yang beriman dan kafir kepada-Ku, terkadang Aku menyiramnya dengan air hujan, ada kalanya dengan air sungai dan alur-alur apakah kamu

hai manusia dan jin mengingkari hal itu?”68 6. Tafsir surat Al-Baqarah ayat 245

a. Teks dan Terjemahan surat Al-Baqarah ayat 245

Artinya: Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan

b. Kosakata Ayat

Secara arti مberarti siapa. Dalam kaidah ilmu nahwu م

merupakan adatul istifhâm yang mana kata tersebut digunakan untuk menanyakan tentang seseorang69.

Sedangkan kata ض ق memiliki arti Pinjaman. Berasal dari kata qarađa-yaqriđu. Sedangkan dalam kitab lisânul arabi dijelaskan bahwa qarađa adalah:

68Ibid., Edisi Revisi, jil. 9, h. 598

69Mamat Zaenudin dan Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung, Refika

Qarađa atau al-qarđu memiliki arti yaitu al-qaIJ’u yang artinya adalah potongan. Qarađahu-yaqriđuhu yaitu dengan kasrah, adapun qarđon adalah maşdarnya. Waqarrađohu yaitu qaIJa’ahu yaitu memotongnya. Adapun miqrađani atau jalamani memiliki arti gunting tidak tunggal bagi keduanya satu, ini adalah perkataan ahli bahasa. Dan Sibawaih menceritakan gunting itu di tunggalkan. Adapun guntingan adalah dengan menggunting, dan darinya juga potongan emas.

c. Tafsir

Munâsabah Ayat

Pada ayat-ayat yang lalu, dibicarakan masalah pembenahan intern rumah tangga, seperti talak dan sebagainya, dan pada ayat ini dijelaskan tentang pembenahan keluar, seperti masalah infak.70

Tafsir Ayat

Allah SWT. telah menganjurkan hamba-Nya untuk berinfaq di jalan Allah. Dan firman Allah yang juga memerintahkan untuk bershodaqoh dan berinfaq di jalan Allah dalam ayat lainnya71. Qard dalam konteks surat al-Baqarah ayat 245 ini memiliki arti pinjaman. Sedangkan dalam tinjauan al-Qur’ân qard memiliki arti memotong sesuatu dengan gigi. Asal kata ini memberikan pesan bahwa pinjaman yang diberikan itu dilakukan dengan keadaan jiwa yang sedang

70

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta, Lentera Abadi, 2010), Edisi

Revisi, jil. 1, h. 358

megalami kesulitan. Disisi lain pada saat orang melakukan sesuatu , jelas ia mengharapkan hasil yang memuaskan dari upayanya itu. Karenanya seorang pakar tafsir mendefinisikan qard sebagai segala sesuatu yang dilakukan dengan mengharapkan imbalan, selanjutnya karena yang diberi pinjaman itu Allah, maka bila kita semua percaya kepada-Nya, pasti kita percaya pula bahwa pinjaman itu tidak akan hilang, bahkan akan mendapat imbalan yang wajar.72

Lebih-lebih jika pemberian atau santunannya itu diberikan kepada kaum kerabat yang terdekat. Maka, akibatnya pun positif dan hartanya akan semakin terpelihara. Apabila seseorang hidup dan di sekitarnya masih ada orang yang menderita, orang miskin, orang yang sengsara ataupun fakir maka hidupnya belumnya aman dan tentram. Kemudian Apabila menginfakkan harta di jalan Allah demi meninggikan kalamullah, maka akibat-akibat seperti tersebut tidak akan terjadi.73

Kata ađ’af merupakan jama’ dari kata đo’fun yang artinya adalah dilipat gandakan beberapa kali dari modalnya.74 Pahala yang berlipat ganda ini sampai mencapai hitungan berates-ratus kali lipat, seperti yang disebutkan dalam ayat lain, yakni dalam surat al-Baqarah ayat 261;                         

٢٧٥

Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan

72Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta, Lentera Abadi, 2010), Edisi

Revisi, jil. 1, h. 358

73Ahmad Mustafa Al-Maroghi, Terjemah Tafsir Al-Maroghi, (Semarang, Toha Putra

Semarang, 1974),juz. 2, h. 363.

sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Allah mengumpamakan pemberian seseorang dengan tulus untuk kemashlahatan hamba-Nya bahwa pinjaman itu kelak akan dikembalikan. Selanjutnya yang meminjam, makaAllah menjanjikan bahwa Allah akan melipat gandakan pembayaran pinjaman itu kepadanya didunia ataupun diakhirat. Dengan lipat ganda yang banyak seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, dan pada tiap butir terdapat seratus biji.75

Selanjutnya al-Maraghi pun mengartikan kata yaqbiđu yaitu menyempit, dan yabsuIJu diartikan sebagai melebar. Arti ayat Allah mempersempit risky sebagian orang karena kesalahan mereka sendiri, yakni tidak memperhatikan sunnatullah dalam unpaya mencari penghidupan. Disamping itu, karena kemalasan mereka didalam mencari rizki di atas bumi Allah, sesuai dengan situasi yang ditetapkan untuk hamba-hamba-Nya. Dan Allah membuka pintu rizki kepada sebagian yang lain karena mereka pandai membawa diri dan menyesuaikan diri dengan situasi yang ada, disertai dengan usaha mereka yang bersungguh-sungguh dan bersifat positif, sesuai dengan keadaan alam.76

Pada ayat ini kata tanya yang digunakan adalah “siapa”. Dalam hal ini kata tanya “siapa” digunakan untuk menanyakan tentang

seseorang. Dalam ayat ini Allah bertanya “siapa yang ingin memberikan pinjaman kepada Allah?” pertanyaan ini ditujukan

kepada hamba-Nya yakni manusia. Allah menanyakan hal ini dengan untuk mengajak hamba-Nya agar mau berinfak dan mengeluarkan hartanya dijalan Allah. Selain dalam Tafsir Departemen RI dan

75Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Ciputat Lentera Hati, 2002), Juz 1, h 641

76Ahmad Mustafa Al-Maroghi, Terjemah Tafsir Al-Maroghi, (Semarang, Toha Putra

man pada dasarnya sama, bedanya digunakan untuk yang tidak berakal dan man digunakan untuk menanyakan yang berakal. Sama seperti mâ, man juga digunakan untuk menanyakan subtansi dari yang berakal. Pertanyaan ini juga mengarah kepada siapa hakikat yang ingin memberikan pinjaman kepada Allah.77

B.

Analisis Metode Tanya Jawab yang terdapat dalam surat

Al-Anbiya 7, Al-Qori’ah 1-2, Al-Baqarah 28, At-Takwîr 26-27,

Ar-Rahmân 13, Al-Baqarah 245